A. Sejarah
Teologi PB baru diminati sekitar dua abad terakhir ini.
Sebelumnya teologi yang diminati adalah dogmatic, formulasi doktrin dari
gereja. Dan sistematik, yang seringkali merupakan hasil spekulasi filosofis.
Dalam suatu ceramah di 1787, J.P. Gabler mengimbangi dan menyerang metodologi
teologi dogmatic, dengan mengkritik pendekatan filosofisnya. Pendekatan
rasionalistik dipakai untuk mengerti PB. Alkitab dipandang sebagai buku hasil
karya manusia, baik dalam prosses penulisannya dan apa yang ditekankan oleh masing-masing
penulis. Pada dasarnya mereka menolak inspirasi Kitab Suci dan memandang PB
sebagai karya literature yang tidak berbeda dengan karya literature lainnya,
oleh sebab itu pendekatan yang mereka lakukan untuk studi PB adalah sudut
pandang kritikal. Oleh sebab itu maka banyak keragaman opini. Sebagaian melihat
adanya pertentangan antara penulis yang satu dengan yang lain dalam PB,l baik
dari segi sejarah, latar belakang, suatu sintesa atau kehidupan Kristus yang
dibumbui oleh para penulisnya. Akan tetapi kalangan konservatif dalam
mempelajari PB biasanya memakai pendekatan dengan cara menyusun suatu materi
sesuai dengan pembagian teologi sistematik atau memakai pendekatan teologis
dari para penulis PB.
Pelopor mula-mula dalam studi teologi PB adalah F.C. Baur
dari Tubingen
(1792-1860) ia adalah pemimpin dari kaum rasionalis. Ia menerapkan filsafat
Hegel, yaitu tesis-antitesis-sintesis pada tulisan-tulisan PB. Jadi baur
menemukan pertentangan antara penekanan yahudi dari tulisan Petrus dan
penekanan non-Yahudi dari Tulisan Paulus. H.J. Holtzman (1832-1910) melanjutkan
pemikiran itu, menyangkal ide apapun yang berkaitan dengan inspirasi dan
menyodorkan teologi konflik dalam PB.
Wilhelm Wrede (1859-1906) mempengaruhi teologi PB cukup
besar dengan penekanan pada pendekatan sejarah agama. Ia menyangkali bahwa PB
merupakan satu dokumen teologi; tetapi berpendapat bahwa PB harus dilihat
sebagai suatu sejarahdari abad pertama. Teologi seharusnya tidak boleh
dipertimbangkan sebagai istilah yang tepat; agama merupakan istilah yang lebih
baik untuk mengidentifikasikan tulisan-tulisan PB karena mengekspresikan
“kepercayaan, pengharapan, kecintaan” para penulis daripada hanya merupakan
“suatu catatan refleksi teologis yang abstrak.”
Rudolf Bultman (1884-1976) menekankan pendekatan kritik
bentuk pada PB dan berusaha mengungkapkan apa yang ada dibalik materi itu.
Bultman mengajarkan bahwa PB telah dicampuri oleh opini2 dan penafsiran kembali
pada penulis. Tugas sekarang adalah meliputi suatu “demitologisasi” dari PB, yaitu
untuk melucuti pengaruh penulis PB dan tiba pada kata-kata sebenarnya yang
diucapkan oleh Yesus. Bultman
tidak melihat adanya koneksitas antara Yesus sejarah dan Yesus kepercayaaan.
Oscar Cullman (1902) menekankan tindakan Allah dalam
sejarah dalam mencapai keselamatan manusia. Hal ini diberi istilah
Heilsgeschichte atau “sejarah keselamatan.” Culman banyak menolak gambaran
radikal dari kritik bentuk sebaliknya ia mengikuti eksegesis PB dengan
penekanan pada Kristologi PB.
B. Metodologi
Dalam mengikuti Teologi PB, sebagian mengikuti garis umum
dari teologis sistematik, namun demikian metodologi itu tidak cukup untuk
menyatakan penekanan dari masing-masing penulis. Kelihatannya yang paling baik
adalah menyusun teologi PB dengan menganalisa penulisan masing-masing penulis
PB yang merefleksikan apa yang setiap penulis katakana tentang suatu subyek. Ada beberapa factor yang
harus dipertimbangkan dalam perkembangan suatu metodologi:
- Pewahyuan adalah progresif; berkulminasi dalam wahyu yang berkaitan dengan Kristus. Teologi Penjanjian Baru harus berusaha menggambarkan kulminasi doktrin2 berkaitan dengan Kristus dan penebusan.
- Penekanan dari PB berpuncak pada kepercayaan kematian dan kebangkitan Kristus dan pengharapan akan kedatangan yang kedua kali.. teologi PB harus berfokus pada doktrin2 ini yang bersal dari berbagai penulis PB.
- Teologi PB harus mengakui bahwa pengajaran Yesus dan pengajaran dari penulis PB lainnya adalah merupakan satu kesatuan dan harmonis.
- Keragaman tulisan-tulisan PB tidak menyebabkan kontradiksi, tetapi berasal dari asal mula ilahi PB.
- Teologi PB harus mengaplikasikan metode analitik (tetapi tidak mengesampingkan metode tematik) karena metode itu dengan baik merefleksikan keragaman dari Perjanjian Baru. (>YB<)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar