MENEMUKAN PASANGAN HIDUP: Refleksi Terhadap Pergumulan Dalam Menemukan Pasangan Hidup


MENEMUKAN PASANGAN HIDUP:
Refleksi Terhadap Pergumulan Dalam Menemukan Pasangan Hidup
Oleh: Aron Wesly Hutagalung, M.Th


Abstrak
Mendapatkan pasangan yang “terbaik” adalah dambaan setiap orang. Entah dia itu seorang wanita atau dia itu seorang pria. Pasangan adalah ikatan yang terjadi antara dua orang yang berbeda jenis kelamin  yaitu antara laki-laki dan perempuanPasangan yang seimbang adalah pasangan yang telah memiliki suatu komitmen untuk saling melengkapi antara satu dengan lainnyaYang dibahas disini sebagai prinsip-prinsip Alkitab yang menjadi dasar pernikahan Kristen yang bahagia. Untuk mengadakan konseling dengan mereka yang memiliki masalah dalam pernikahan, konselor-konselor harus mengetahui prinsip-prinsip Alkitab bagi keluarga Kristen.
Kata Kunci: Pasangan Hidup, Pergumulan, Kehendak Tuhan



PENDAHULUAN
Menemukan pasangan dewasa ini dimana banyak terjadi perceraian pada pernikahan-pernikahan yang bermula dengan cita-cita, impian dan tekad. Statistik di negara-negara Barat tentang pernikahan-pernikahan yang diakhiri dengan perceraian sangat memprihatinkan. Di Indonesia angka perceraian tidak setinggi di beberapa negara lain, terlihat gejala peningkatan. Dikuatirkan gejala-gejala peningkatan angka perceraian juga ada pada pernikahan-pernikahan Kristen. Ada bermacam-macam penyebab penyebab ketidak bahagiaan dalam keluarga.
Di samping perceraian-perceraian itu sendiri, suatu hal yang juga yang menjadi keprihatinan bagi kita, sebagai gembala jemaat, hamba Tuhan  dengan panggilan khusus (sebagai guru-guru dan pemimpin kelompok dalam jemaat), dan sebagai konselor-konselor Kristen.
Dalam perjalanan hidup menemukan pasangan bukan suatu hal yang mudah, semudah membalik telapak tangan misalnya. Dalam kehidupan seseorang yang yang siap masuk kehubungan yang lebih serius. 
Mendapatkan pasangan yang “terbaik” adalah dambaan setiap orang. Entah dia itu seorang wanita atau dia itu seorang pria. Pasangan adalah ikatan yang terjadi antara dua orang yang berbeda jenis kelamin  yaitu antara laki-laki dan perempuan. Sebab laki-laki tidak bisa hidup sendiri tanpa perempuan dan begitu juga sebaliknya perempuan tidak bisa hidup sendiri tanpa laki-laki. Oleh sebab itu keduanya saling membutuhkan dan saling menghormati satu dengan lainnya.  Jadi penulis melihat bahwa pasangan yang seimbang adalah merupakan pasangan yang sesuai dan saling melengkapi satu dengan lainnya.


PRINSIP-PRINSIP MENIKAHAN DI DALAM KRISTEN
Yesus mengatakan sesuatu yang sangat penting mengenai dua orang yang akan mengambil keputusan untuk menikah. Kata-Nya: “Dimana ada dua tiga orang yang berkumpul dalam nama-Ku di situ Aku ada ditengah-tengah mereka.”[1]
Hendaknya pada pasangan muda, yang percaya dalam memilih pasangan hidup didasarkan pada pimpinan Tuhan dan mereka tunduk pada otoritas Tuhan dan mereka harus percaya bahwa Tuhan akan memberi yang “terbaik”. Senada dengan itu maka di dalam memilih pasangan hidup, pertanyaannya adalah, apakah anda percaya cinta pada pandangan pertama dialami oleh orang-orang tertentu?[2] Pasangan hidup pada masing-masing individu tidak sama kriterianya. Ada memilih pasangannya dengan apa yang dia lihat, artinya dia bersandarkan pada dirinya sendiri, namun ada yang tunduk di bawah otoritas Firman, meminta pimpinan Tuhan dan menerima pasanganya sebagai jawaban atas doanya pada Tuhan. Namun supaya tidak salah dalam menangkap tujuan dalam hidup maka perlu dicermati pendapat yang ada. Tidak semua kehidupan manusia sampai pada pelaminan karena secara prinsip tujuan hidup ini bukanlah untuk menikah atau membujang, melainkan untuk menjadi pribadi yang makin menyerupai gambar Allah.[3]Kita tahu ada tiga pilihan utama yang harus kita ambil semasa hidup ini. Pilihan pertama ialah apakah pertama menerima atau menolak Kristus sebagai Juruselamat atau Allah atau Tuhan kita.[4] Ini berarti menerima atau menolak keselamatan kekal sebagai anugerah Allah. Pilihan kedua apakah kita akan menikah atau tidak dan kalau ya, siapakah pilihan teman hidup kita.[5] Pilihan ketiga ialah pilihan profesi, karier atau pekerjaan kita.[6]
Setelah tiga pilihan sudah dimengerti  maka, sekarang kita melangkah seiring dengan pilihan kita. Adapun gereja sadar akan fungsinya sebatas pada upaya agar menusia melakukan pilihan pertama itu dengan benar dan melupakan panggilannya untuk menyatakan kehendak Allah dalam pilihan kedua dan ketiga, karena sebetulnya pada pilihan kedua dan ketiga tidak masalah apakah dia menemui pasangan hidupnya atau tidak, yang terpenting  apakah dia semakin menyerupai gambar Allah atau tidak.
Pada sisi lain ada yang memulai dengan benar dan memulai dengan salah.[7] Benar kalau ia menyerahkan ini pada Tuhan dan salah apabila ia tidak melibatkan Tuhan di dalam pencariannya selama ini.                                                                                                                                    
Jika sampai pada pilihan pertama pasangan telah menerima Kristus sebagai Juruselamat maka pada pasangan yang telah menerima Kristus sebagai Juruselamatnya secara pribadi maka dia perlu mendorong pasangannya agar gemar dalam membaca Alkitab.[8] Gemar membaca Alkitab dalam arti “dengar-dengaran suara Tuhan”. Jika dalam hal ini diabaikan maka dapat dibilang pasangan tersebut menuju mahligai rumah-tangga hanya bersandar atas kekuatannya sendiri. Seperti diketahui bahwa dewasa ini banyak terjadi perceraian pada pernikahan yang dimulai dengan cita-cita, impian, dan tekad yang muluk-muluk.[9] Persiapan tahap menikah pada pasangan yang telah dipersatukan oleh Allah tidak dapat dipisahkan oleh manusia. Bersatu dalam istilah Yunani proskolaw, (προσσκολλαω ). Kata ini bermakna menyatukan. Kesatuan itu menyangkut tujuan, persekutuan, dan kesetiaan dalam hidup.[10]
Di dalam 2 Korintus 6:14, Paulus mengajarkan janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya,  artinya adalah bahwa ketika seseorang hendak memilih pasangan hidup yang baik, maka pertama-tama ia memiliki iman yang teguh, jika tidak maka ia akan menyandarkan pilihannya pada dirinya sendiri. Dan ayat diatas menunjukan bahwa tentu saja menyangkut masalah yang  lebih luas daripada hanya masalah berkencan dan pernikahan saja, tetapi bagi orangyang baru menginjak masa dewasa dan belum menikah, dalam masalah berkencan inilah biasanya masalah iman menjadi suatu cobaan yang paling besar.[11]
Pasangan yang seimbang adalah pasangan yang telah memiliki suatu komitmen untuk saling melengkapi antara satu dengan lainnya. Sebab pasangan yang seimbang adalah seseorang yang dipilih untuk menjadi pendamping atau penolong untuk seumur hidup. Permasalah yang terjadi ketika tidak memiliki pasangan yang seimbang adalah terjadi kesalahpahaman dalam menjalani suatu hubungan. Faktor  usia juga dapat menyebabkan ketidakharmonisan dalam hubungan, oleh karena itu berdasarkan wawancara yang sama bahwa usia maksimal dalam mencari pasangan hidup adalah 25 bagi perempuan dan 25-30 bagi laki-laki. Dari hal ini penulis melihat bahwa pasangan yang seimbang adalah pasangan yang saling melengkapi, menguatkan  satu dengan lainnya.
Paulus mengartikan pasangan yang tidak seimbang adalah ketidaksesuaian antara orang beriman dan orang-orang yang tidak beriman. Disini Paulus menunjukan hubungan jemaat Tuhan yang ada di Korintus yang selalu menentang pengajaran Paulus akan kebenaran sehingga ajaran Paulus selalu di tentang.
Didalam bahasa Yunani untuk menjadi pasangan yang tidak seimbang  adalah“απιστοισ”,apoistia dari kata sifat datif maskulin jamak dari kata“απιστοσ”apistos. Apistois berbeda dengan dengan Apistos. Kata Apistois menunjukan kepada sifat dari seseorang,  tetapi  kata Apistos adalah menunjukan kepada orang yang tidak setia.  Jadi kata Apistois bukan menunjukan kepada orangnya tetapi sifatnya,  jadi biarpun orang Kristen tetapi sifatnya tidak setia, dia bukanlah pasangan yang seimbang, orang-orang yang tidak percaya, mereka bukan pasangan yang cocok bagimu”.[12] Dari terjemahan kata  ini muncullah penafsiran yang merupakan pengertian paling umum dari 2 Korintus 6:14, yaitu Paulus memberikan peringatan yang menentang perkawinan antara orang-orang percaya dan orang-orang yang tidak percaya. Di dalam jemaat 2 Korintus 6:14 ini adalah unsur-unsur dalam jemaat yang  menentang ajaran Paulus dan pengajarannya, sehingga menimbulkan pemahaman yang salah dalam jemaat Korintus. Menurut buku yang berjudul “ Ucapan Paulus yang sulit, menyatakan bahwa: “ Menjadi pasangan yang tidak seimbang adalah di artikan dengan salah menjodohkan. Sehingga Paulus mengingatkan janganlah kamu berpasangan dengan orang-orang yang tidak percaya mereka bukan pasangan yang cocok bagimu.”[13]
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa Paulus memberikan peringatan yang menentang perkawinan antara orang-orang percaya dengan orang-orang yang tidak percaya. Penulis melihat bahwa ada perbedaan yang jelas antara orang Kristen dan orang yang bukan Kristen. Ada ketidaksesuaian mendasar yang harus di ketahui oleh orang percaya.
Jemaat yang ada di 2 Korintus ini merupakan jemaat yang rusak.sehingga.  Dosa yang dibicarakan dalam bagian ini adalah suatu bentuk perzinahan. Dan dosa seperti itu akan dikutuk oleh Paulus. Jemaat di 2 Korintus ini bukannya berdukacita atas dosa mereka, melainkan mereka akan menjadi sombong.
Berdasarkan penekanan Paulus di sini bahwa pasangan Kristen harus mempunyai pengaruh rohani terhadap pasangan yang belum diselamatkan. Ayat 14 ini tidak mengajarkan bahwa pasangan yang belum selamat itu menjadi selamat karena pasangannya sudah di selamatkan. Sebab setiap orang percaya harus dapat memberi pengaruh rohani dalam hidup pasangannya yang masih tersesat itu kepada keselamatan.[14]
Menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya  berarti menjadi satu hati dan pikiran dengan mereka dan menyesuaikan diri dengan pandangan yang menolak kebenaran mutlak dan kebenaran moral. Penulis melihat bahwa kehidupan Kristen adalah ciptaan baru yang hidup ditengah-tengah tatanan yang lama. Sebagai orang Kristen haruslah hidup sebagai anak terang dan menghasilkan keadilan dan kebenaran  (Efesus 5:8-9).
Mengacu pada hubungan yang seimbang tampaknya bahwa saling mencintai, mengasihi dan setia akan mempersembahkan cinta dan kesetiannya pada  Kristus karena Kristus telah lebih dahulu mengasihi manusia.  Oleh sebab itu kasih akan Kristus adalah suatu hal yang harus di miliki oleh setiap orang guna dalam mencari pasangan hidup yang baik. Dalam  Amsal 22:6 mencatat pentingnya orang muda dididik Firman Tuhan yang patut baginya, karena ketika seseorang dididik pada jalan yang benar maka akan menjadi orang yang selalu takut akan Tuhan. Di sini penulis melihat juga bahwa ketika seorang yang ingin memilih pasangan yang seiman, maka haruslah orang-orang yang takut akan Tuhan.
Dalam mencari pasangan hidup yang baik, hal utama yang harus dilakukan adalah berdoa dan saling mengenal terlebih dahulu. Sebab ketika sudah saling mengenal maka ada keterbukaan dalam komunikasi yang baik antara satu dengan lainnya.  Alkitab berkata, ” janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap 2 Korintus 6:14. Penulis sangat setuju dengan pernyataan Paulus ini, karena kalau memiliki pasangan yang tidak seimbang atau sesuai maka akan terjadi kesalahpahaman antara pasangan tersebut, baik dalam komunikasi, tindakan, perkataan serta perbuatan yang tidak benar. Oleh sebab itu pilihan yang tepat akan membawa suatu kebahagian yang kekal dalam kehidupan yang baik.
Yang dibahas disini sebagai prinsip-prinsip Alkitab yang menjadi dasar pernikahan Kristen yang bahagia. Untuk mengadakan konseling dengan mereka yang memiliki masalah dalam pernikahan, konselor-konselor harus mengetahui prinsip-prinsip Alkitab bagi keluarga Kristen.
Prinsip-prinsip ini perlu juga diketahui oleh mereka yang akan menikah dan perlu diketahui serta diterapkan dalam hidup sehari-hari oleh suami/istri untuk mencapai kebahagiaan dalam pernikahan mereka.


OTORITAS ALKITAB
Resep kebahagiaan bagi pernikahan Kristen didapat melalui Firman-Nya dan untuk itu kita membahas prinsip-prinsip itu, kita perlu membahas dahulu otoritas Allah sebagai resep bagi pernikahan Kristen melalui Firman-Nya. Kita harus yakin sebelumnya bahwa firman Allah yang tak pernah salah adalah pedoman yang paling tepat bagi pernikahan kita kalau kita ingin pernikahan kita berjalan di jalan yang direncanakan Allah.
Kitatidak asing dengan ucapan bahwa bagi orang Kristen firman Allah adalah makanan  bagi kita dan doa adalah nafas kita. Dengan sendirinya kita tidak dapat hidup tanpa firman sama seperti kita tidak dapat hidup tanpa makanan. Yesus mengajar kita bahwa untuk memiliki sebuah hidup yang bermutu tinggi, kita memerlukan firman Allah. Dengan mengutip Perjanjian Lama Ia berkata bahwa makanan saja tidak cukup. Manusia perlu firman Allah untuk hidup. “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Mat. 4:4).
Yang perlu kita perhatikan bahwa Yesus mengakui perlunya makanan dalam hidup ini. Ia tidak berkata, “Manusia bukan hidup dari roti, tetapi dari dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Jadi hendaknya kita tidak berkata, Yesus sendiri berkata bahwa kita tidak hidup dari roti. Orang Kristen tidak perlu mencari nafkah.”  Pendapat ini bertentangan sekali dengan Matius 4:4 dengan menghilangkan kata “saja”, maka ajaran Yesus itu berubah sama sekali. Pendapat ini bertentanga dengan 1 Timotius 5:8 yang mengajarkan bahwa jika kita tidak memelihara keluarga kita, kita lebih buruk dari orang yang tak beriman. Adanya pemeliharaan keluarga merupakan suatu prinsip bagi orang-orang Kristen: bahwa ia bertanggung jawab untuk kehidupan keluarga dan sanak saudaranya. Ia tidak boleh bermalas-malasan atau tidak peduli dalam mencari nafkah untuk keluarganya. Memang betul, keberhasilan memelihara keluarga dalam kebutuhan materi dapat menaikkan martabat suami, sedangkan melalaikan tanggung jawab ini dapat berakibat buruk bagi keluarganya dan kepribadian suami itu sendiri.
Yesus menerima bahwa kita perlu makanan, tetapi Ia mengingatkan bahwa kita kita hidup tidak hanya dari roti saja. Uang dan materi saja tidak cukup untuk mengalami hidup yang berarti. Sandang, pangan, dan papan yang berlimpah belum menjamin untuk hidup yang benar, penuh dan berkelimpahan (Yoh. 10:10) Ia hanya bisa mengikat anak-anaknya dengan uangnya, “Kalau tidak menurut, jangan harap beroleh warisan.” Sungguh hidup yang memilukan kalau “cinta” anak-anak harus diikat dengan harta benda. Ketika ia meninggal, maka anak-anaknya saling bermusuhan untuk saling berebut harta yang ditinggalkannya. Memang hidup yang ditopang oleh roti saja tidak memadai, malah dapat menjadi kutuk. Hidup menjadi benar jika ia ditopang oleh firman Allah dan roti.
Dalam II Samuel 22:31 dikatakan bahwa “Sabda Tuhan itu murni” atau lebih tepat lagi “Sabda Allah itu teruji”. Sabda Allah diuji, dicoba ternyata tahan uji. Firman Allah tidak lekang atau lapuk oleh waktu, tidak salah, tidak gagal, dan tahan uji. Meskipun telah ditempa oleh beribu-ribu tahun. Kebenaran Allah tetap “Ya dan Amin”. Ia menjamin firmannya bagi yang hendak mendasarkan firman-Nya pada Alkitab, firman Allah. Yesus berkata bahwa “lebih langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal” (Luk. 16:17).
Berdasarkan Firman Tuhan diatas maka sangat jelas kriteria yang Allah kehendaki bagi setiap orang yang mau  mencari pasangan  hidup haruslah sesuai dengan kehendak dan pimpinan Allah. Tujuan Allah menghendaki supaya harus mencari pasangan dengan orang yang seiman. agar dalam membangun rumah tangga di masa mendatang tidak perlu memulainya dari awal. Kalau mencari pasangan yang tidak seiman maka ada resiko yang harus dihadapi. Salah satu diantaranya adalah pasangan tidak mau mengerti prinsip-prinsip hidup yang diterapkan berdasarkan prinsip Firman Allah.
Konsep kesatuan memang hal yang tidak mudah apalagi menyatukan dua karakter yang berbeda. Memang masing-masing orang mempunyai karakter yang berbeda, namun dalam pasangan hidup karakter yang berbeda ini harus berusaha untuk menjadi satu. Dua karakter yang berbeda dapat disatukan ketika ada suatu sasaran yang tepat. Penyatuan karakter yang berbeda bukan tergantung pada orang tua  dan orang lain, melainkan tergantung pada kedua pasangan yang ada. Sebab perbedaan adalah sesuatu yang tidak dapat di sembunyikan, namun jangan sampai menjadikan perbedaan sebagai dasar yang hakiki untuk tidak dapat memperhatikan keserasian dalam pasangan.[15]
Dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus juga memberikan nasihat kepada orang-orang percaya yang ada di Kota Korintus untuk tidak salah dalam memilih dan mengambil pasangan yang tidak seiman untuk dijadikan sebagai suami ataupun istri, karena ketika salah dalam memilih pasangan hidup yang baik  akan membahayakan dan menimbulkan pemahaman yang salah dalam suatu hubungan (2 Korintus 6:14-15).
Keputusan yang tepat akan  menghasilkan suatu kebenaran yang tepat juga  serta menjadikan bekal kebahagian dimasa yang akan datang. Oleh karena itu jangan pernah melihat segala sesuatu baik adanya. Kedua pasangan hidup yang baik harus peka dan selektif dalam memilih, sebab pilihan yang tepat itu akan menjadi suatu keputusan yang berlangsung selama-lamanya dalam hidup.[16]
Persekutuan rohani merupakan hal yang harus dibina oleh setiap orang yang mau mencari pasangan hidup dalam kehidupannya. Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ditekankan bahwa kesatuan rohani sebagai dasar yang utama. Bangsa Israel hanya boleh menikah dengan umat Allah. Rasul Paulus pun mengingatkan orang-orang beriman supaya mereka jangan menikah dengan orang-orang tidak beriman  2 Korintus 6:14 . Cara berfikir orang beriman berbeda jauh dengan cara berfikir orang yang tidak beriman. Yang satu berorientasikan pada Firman Allah sebagai pedoman hidup, sedangkan yang satu berorientasikan pada hal-hal yang lain. Yang satu berpusat pada ajaran Allah dan yang lain berpusat pada ajaran manusia. Dalam hal ini penulis melihat bahwa sangat jelas, ketika seseorang hendak mencari atau memilih pasangan hidup haruslah yang seiman. Karena ketika memilih yang seiman akan mejadi suatu kebahagian yang telah Tuhan sediakan bagi setiap orang. Sebab ajaran Alkitab, yaitu Firman Allah tidak dapat ditawarkan lagi,  terang dan gelap tidak dapat persatukan  2Korintus 6:14.[17]
Memilih pasangan hidup untuk pernikahan yang berpusat pada Kristus  merupakan keputusan terpenting yang harus diambil oleh orang Kristen.[18] Dalam mencari pasangan yang sempurna, sangat membutuhkan waktu yang lama. Dalam hal ini bahwa dalam mendapatkan pasangan yang seimbang bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Oleh sebab itu perlu adanya perkenalan  terlebih dahulu sebelum memulai suatu hubungan khusus. Untuk menuju kearah tersebut maka ada empat pertanyaan yang dibutuhkan, dengan masing-masing urutannya. Perlu didoakan Mengapa dalam mencari pasangan hidup perlu di doakan adalah tidak lain dengan menggantungkan diri dan membiarkan Tuhan campur tangan dalam perkara tentang pasangan hidup yang sudah cukup waktunya untuk dalam kehidupan rumah tangga. Di dalam mencari pasangan hidup doa adalah sebuah hal yang sangat penting, khusus ketika hendak mencapai kebahagiaan pernikahan secara Kristen. Ada baiknya kita menyimak kisah pencarian Abraham akan istri kepada Ishak pasca Ishak ditinggal mati oleh ibunya Sarah. Sepeninggal kematian ibunya Sarah maka Abraham bermaksud untuk mencarikan Istri bagi Ishak, untuk itu Abraham menugaskan pekerjaan ini kepada Eliezer seraya Eliezer memegang teguh dan menjaga tugas ini dengan sumpah agar Eliezer mencarikan istri untuk Ishak. Eliezer di dalam cerita ini Eliezer adalah teman dan dia dipercaya oleh Abraham dan diapun mengenal Abraham dan Ishak, putra Abraham. Dan dengan berhati-hati Abraham memilih orang yang akan memilih istri bagi anaknya. Segala perincian ini anda dapat baca di dalam Kejadia pasal 24. Eliezer adalah seorang yang sangat bijaksana. Mengapa? Ia membawa barang-barang untuk dihadiahkan yang sesuai dengan kedudukan tuannya. Selain ia percaya kepada Allah, ia juga seorang yang percaya kepada Allah.[19] Pada butir pertanyaan yang pertama dia menanyakan apakah perlu calon pasangan hidup di doakan. Maka dalam arah tersebut marilah kita membaca dalam Kejadian 2:23,24: “Inilah dia,”kata Adam, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai ‘perempuan’, sebab ia diambil dari laki-laki.” Pada ayat ini diterangkan mengapa seorang laki-laki harus meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu.
Paulus menegaskan bahwa Allah ada dipihak kita. “Sebab itu, apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah  di pihak kita siapakah yang akan melawan kita?” (Rm. 8. :31). Siapa pun dan betapa kuatnya hal-hal atau orang-orang yang berusaha untuk mencelakakan kita, kita dapat naik banding kepada-Nya. Betapapun besarnya godaan dalam hidup kita, kita tahu bahwa Allah dipihak kita dan mengendalikan segalanya demi kebaikan kita. Segala sesuatu yang terjadi atas kita, termasuk hal-hal yang rasanya tak dapat diubah lagi, semuanya diijinkan Allah untuk kebaikan kita. Sebab itu kita merasa lega dalam pergumulan hidup ini. Memang menjadi seperti Kristus adalah tujuan utama hidup kita.


KESIMPULAN
Hendaklah orang percaya menjadi pasangan yang seimbang. Menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya  berarti menjadi satu hati dan pikiran dengan mereka dan menyesuaikan diri dengan pandangan yang menolak kebenaran mutlak dan kebenaran moral. Penulis melihat bahwa kehidupan Kristen adalah ciptaan baru yang hidup ditengah-tengah tatanan yang lama. Sebagai orang Kristen haruslah hidup sebagai anak terang dan menghasilkan keadilan dan kebenaran  (Efesus 5:8-9).
Mengacu pada hubungan yang seimbang tampaknya bahwa saling mencintai, mengasihi dan setia akan mempersembahkan cinta dan kesetiannya pada  Kristus karena Kristus telah lebih dahulu mengasihi manusia.  Oleh sebab itu kasih akan Kristus adalah suatu hal yang harus di miliki oleh setiap orang guna dalam mencari pasangan hidup yang baik. Dalam  Amsal 22:6 mencatat pentingnya orang muda dididik Firman Tuhan yang patut baginya, karena ketika seseorang dididik pada jalan yang benar maka akan menjadi orang yang selalu takut akan Tuhan. Di sini penulis melihat juga bahwa ketika seorang yang ingin memilih pasangan yang seiman, maka haruslah orang-orang yang takut akan Tuhan
Cara berfikir orang beriman berbeda jauh dengan cara berfikir orang yang tidak beriman. Yang satu berorientasikan pada Firman Allah sebagai pedoman hidup, sedangkan yang satu berorientasikan pada hal-hal yang lain. Yang satu berpusat pada ajaran Allah dan yang lain berpusat pada ajaran manusia. Dalam hal ini penulis melihat bahwa sangat jelas, ketika seseorang hendak mencari atau memilih pasangan hidup haruslah yang seiman.




[1]Sam Kamaleson,Berbahagia Menikah ataupun Membujang,(Bandung:KALAMHIDUP),hlm.7
[2]James Dobson,  Pernikahan dan Seksualitas ( Bandung,: KALAM HIDUP 1996), hlm. 15
[3]Sam Kamaleson, 7.
[4]Jonathan A. Trisna, Pernikahan Kristen (Jakarta:Penerbit Kalam Hidup Pusat), hlm. iii.
[5]Ibid.
[6] Ibid
[7]Greg John & Susie ShellenbergerLove Sex and Dating, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2002), hlm.11
[8]Hans Wuysang, Anne Kartawijaya,Julianto Simanjuntak
[9] Ibid.
[10] Ibid.
[11]Alice Fryling, Pasangan Yang Tidak Seiman,  ( Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1996 ), 3-13
[12]Biblework.
[13]Manfred T. Brauch, Ucapan Paulus Yang Sulit, ( Malang: Departemen Literatur SAAT ) 2003, 187
[14]Waren W. Wiersbe, Hikmat Di Dalam Kristus, ( Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1983 ), 93-94
[15]Federans  Randa, Dari Doa Sampai Pelaminan, (Rand’s Family Press: Jogjakarta, 2007), 123
[16]Federans  Randa II, Bagaimana Mencegah Perceraian Dalam Rumah Tangga (Randa Family Press: Jogjakarta, 2009), 71-74
[17]Doronthy I. Marx,Itu’  Kan Boleh (Yayasan Kalam Hidup ( Yayasan Kalam Hidup: Bandung, 2003),  46-48
[18]Norman  Wrigth, Menemukan Pasangan Hidup Ideal (Jakarta: Anggota Ikapi, , 2002) 126
[19] Sam Kamaleson, Berbahagia Menikah Ataupun Membujang (Bandung: Kalam Hidup, 1977), hlm. 10.                                                                                 

Tidak ada komentar:

DOKTRIN KRISTUS (KRISTOLOGI)

PANDANGAN KONTEMPORER TENTANG KRIST US A.       Ebionisme: “Yesus manusia biasa, diangkat menjadi Mesias karena kesalehan.” Go...