KREATIVITAS DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Oleh: Markus Oci, M.Pd.K
Abstrak
Dalam kegiatan belajar mengajarperan pengajar (guru atau dosen) sangat penting. Keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kualitas pengajar. Pengajar memegang peran yang sangat vital, artinya proses belajar mengajar harus mampu menciptakan aktivitas –aktivitas yang bisa membangkitkan semangat belajar peserta didik. Sebagai pemegang peran yang sangat vital, pengajar dalamimple-mentasinnya harus mampumenerapkan prinsip-prinsip mengajar yang kreaktif berdasarkan pada kompetensi dari pengajar tersebut. Prinsip-prinsip mengajar yang kreaktif akan membantu peserta didik untuk lebih mudah memahami isi materi (pelajaran) yang disampaikan.
Kata Kunci: Kreatif, Mengajar, Kegiatan Belajar, Inovatif.
A. Pendahuluan
Dalam kegiatan belajar mengajar peranpengajar sangat penting, sebagaimana dikemukan oleh Nasution (2003:62) bahwa: “dalam proses belajar mengajar peranan guru tentu sangat penting”. Dengan demikian keberhasilan dalam kegiatan mengajar sangat ditentukan oleh kualitas pengajar. Secara realita dalam kegiatan belajar mengajar, pengajar memegang peran yang sangat vital. Artinya dalam kegiatan belajar mengajar pengajarharus mampu menciptakan aktivitas –aktivitas yang bisa membangkitkan semangat belajar peserta didik.
Kegiatan belajar mengajar sebagai suatu pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan guru atau dosen dan komponen-komponen lainnya. Sebagai pemegang peran pengajar dalam kegiatan belajar mengajar, harus mampu memikirkan seoptimal, dan mengupayakan terjadinya interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen yang lainnya.Yusri Panggabean,dkk. (2007: 24). Menjelaskan “Guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Secara nyata guru dituntut mampu menciptkan situasi belajar yang kondusif dan mampu mengorganisir seluruh upaya pembelajaran siswanya secara efektif-efisien”.Jadi interaksi antara pengajar dengan peserta didik dan komponen-kamponen yang lainnya dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting. Oleh sebab itu pengajar sebagai pemimpin dalam kegiatan belajar mengajar harus mengkonsentrasikan, dengan kata lain kreativitasnya harus diejawantakan dalam kegiatan belajar mengajar.
B. Pengertian Kreatif Mengajar BerdasarkanAlkitab
Alkitab merupakan dasar secara filosofis, teoritis dan praktis dalam segala aktivitas Kristiani, termasuk dalamhal kegiatan belajar mengajar. Untuk itu akan dibahas bagaimana perspektif Alkitab tentang kreatifmengajar. Pada bagian ini akan disajikan penjelasan tentang kreatif mengajar dalampersepktif bahasa Ibrani (Perjanjian Lama) dan bahasa Yunani (Perjanjian Baru).
1. Kreatif Mengajar
Berkenaan dengan kreativitas mengajar maka, akan dikaji kata kreativitas dan mengajar. Kedua kata tersebut akan dijelaskan daalam arti bahasa Indonesia, Inggris, Ibrani dan Yunani dan.
a. Kreatif
Dalam Perjanjian Lama kata kreatif sering digunakan dengan kata kerja Bara (גַחֶלֶת) yang berarti to create (menciptakan). Kata Bara (גַחֶלֶת) dihubungan dengan perbuatan Allah dalam menciptakan bumi dari tidak ada menjadi ada. MathewHenry (1984:52) memberikan arti kata Bara (גַחֶלֶת) sebagai “yang dibuat dari tidak ada dan bukan memformatkan dari bahan-bahan sebelumnya” (1985:2). Kata lain yang digunakan dalam Perjanjian Lama adalah Asah (אישה) berarti to make (Yes. 41:20; 43:7; 45:7, 12; Amos) muncul 2600 kali dalam pengertian membuat, yaitu membuat sesuatu dari bahan yang sudah ada.
Dalam Perjanjian Baru istilah kreaktif menggunakan kata Ktizo (χτίζω) Fritz Reinecker (1976:527-529) memberikan artikan Ktizo (χτίζω) sebagai to create atau mencipatakan. “menciptakan apa?”. Menciptakan keadaan baru (Ef. 2:15), segala sesuatu (Ef. 3:9; Why 4:11), langit bumi dan segala isinya (Why. 10:6). Menurut Vine (1985:137) kata Ktizo (χτίζω) (to creat): menciptakan, dikenakan pada Allah. Ketika menciptakan alam semesta (Mrk. 13:19, Roma 1:25).
b. Mengajar
Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ada beberapa kata yang menunjukkan kepada istilah mengajar. Akan dijelaskan kata mengajar menurut Perjanjian Lama, yakni :Be-en (להיות) Daniel 2:21; Mazmur 119:34; Yes. 29:14 berarti memberi hikmat atau membuat mengerti. S.P. Green (1986:315) memberikan pengertian “artibut allah yang diberikan”. Sedangkan Adam Clark(1985:1156) berpendapat bahwa kata be-en berarti “memberikan pengertian tentang hal-hal rohani yang berhubungan dengan Allah”.
Hakam (חכם ) Amsal 5:13; Mzm. 105:22; Amsal 6:6; 23:19:11; 30:24 . Secara literal kata ini berarti berhikmat dan sesuai konteksnya berarti suara yang berhikmat dari mulut seseorang yang ditangkap oleh telinga peserta didiknya yang membuat peserta didikpun berhikmat.
Sakal (סקאל)2Taw.30:22; Ams. 16:20; 19:14; 21:11; Dan. 1:17; 1 Sam. 18: 30. Artinya memahami sebuah pemahamaan yang diperoleh melalui perhatian yang seksama terhadap pengajaran yang membuat seseorang berakal budi.Maka tugas mengajar adalah membantu peserta didik berakal budi.
Zahar (א-זהאר)Kel.18:20; Mzm. 19:10-12; Dan. 12:3, berarti menyinari atau menerangi Mattew Henry (1985:177) memberikan arti sebagai menerangi dengan hukum Allah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa istilah mengajar dalam Perjanjian Lama berarti memberi penerangan pada seseorang dengan kebenaran firman Allah sehingga mengalami perubahan dari hidup dalam kegelapan pada terang-Nya yang ajaib.
Ada beberapa kata kerja dalam Perjanjian Baru yang berkaitan dengan pengertian mengajar, yakni :
Anangelo (αναγγέλο)Yoh.16:13), yang berarti memproklamirkan.Seorang pengajar tidak hanya berkata-kata tentang dirinya sendiri melainkan memberikan kuasa, kemuliaan dan kebenaran Allah.
Didasko (διδάσκω)Ef.4:21; Kol. 1:28; 3:16; 2 Tes. 4:11; 6:2; Tit. 1:11, berarti ‘mengajar sebagai kegiatan yang harus dilakukan terus menerus’.
Dianoigo (διανοίγω) Mrk. 7: 34; Luk. 24:31, 32, 45, secara literal berarti membuka (1976:109 dan 215). Kata tersebut mengacu pada makna pengajaran yang membukakan pengertian dan hati seseorang bagi kebenaran Allah.
Katakeo (κατεκεο), kata ini digunakan dalam Lukas 1:4 (kateketes), Kis. 18:25;21:21; Roma 2:18 (Katekemenos)berasal dari kata katekeoyang berarti ‘mengajar dengan pengulangan melalui kata-kata yang keluar dari mulut.
Matheteuo (μαθητέου) Mat. 28:19) dalam bentuk aoris imperatif yang berarti ; perintah untuk membuat dispilin atau membuat murid. Dalam hal ini B.S. Sidjabat (2000:18) menguraikan makna bahwa mengajar merupakan usaha membimbing orang untuk memiliki loyalitas dan pengabdian kepada Kristus.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa istilah mengajar dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, berarti: memberi penerangan pada seseorang dengan kebenaran firman Allah sehingga mengalami perubahan dari hidup dalam kegelapan pada terang-Nya yang ajaib.
C. PENGERTIAN KREATIF MENGAJAR SECARA UMUM
Pada bagian ini akan dijabarkan pengertian kreatif mengajar secara khusus, maksudnya dari persektipilmu pendidikan atau ilmu mengajar.
1. Pengertian Kreativitas
Terdapat bermacam-macam defenisi kreaktif.Utami Munandar (1998:243) menyebut bahwa: “kreaktif dapat diartikan sebagai proses yang memanifestasikan diri dalam kelancaran, kelenturan, dan keaslian dalam pemikiran”. Sedangkan A.S. Munadar (2000:85)memberikan definisi sebagai berikut:“Kreativistas adalah kemampuan untuk membentuk kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang sudah ada dalam pikiran. Kombinasi baru tersebut dapat berbetuk suatu konsep yang abstrak, suatu benda yang konkrit (produk dan jasa) atau satu cara, teknik dan metode”.
Defenisi lain dikemukan oleh Lawrence O. Richards (1970:91)sebagai berikut: “kreatif berarti yang mula-mula dipikirknan atau dibuat, yang bersifat menciptakan dan yang produktif” Jadi, kreatifitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil.Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru: inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan, berguna, lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurai hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan-hasil lebih baik.
Berdasarkan kepada beberapa defenisi tentang kreativitas tersebut, maka dapat disimpulkan : Pertama, kreativitas selalu menghasilkan suatu produk. Kedua, originalitas atau keaslian.Artinya produk yang dihasilkan merupakan sesuatu yang baru.Ketiga, produk dari kreativitas harus bermanfaat positif bagi kehidupan (khususnya bagi kegiatan belajar mengajar).
2. Mengajar
Menurut John Milton Gregory (1998:7)mengajar meruapakan usaha untuk mengkomunikasi pengalaman. Seleng-kapnya pendapat sebagai berikut:“ Teaching in simplest sense, is the communication of experience. This experience may consist of facts, truth, doctrines, ideals, or it may consist of the processes or skill of an art.” Berarti Gregory memahami mengajar sebagai seni untuk mengkomunikasikan pengalaman. Sementara itu Uzer Usman (2000:6), memberikan penekankan pada pengor-ganisasian lingkungan belajar, sebab menurutnya “memberikan merupakan suatu usaha mengorganisai lingkungan dalam hubungnya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar”. Penekanan berbeda diberikan olehSyaiful Bahri Djamarah (2002:1), menurutnya mengajar merupakan “kegiatan yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan” Dari definisi-definisi di atas dapat ditarik tiga penekanan yang berbeda, yaitu penekankan pada mengajar sebagai mengkomunikasikan atau menstransfer sesuatu, mengajar sebagai usaha pengorganisasian belajar dan mengajar sebagai kegiatan menuju tertentu. Tiga penekanan pada mengajar yang serupa dikemukan oleh B.S. Sidjabat (2000:7-8) menurutnya istilah mengajar dapat dimengerti dari segi yaitu:
Pertama, mengajar sebagai upaya untuk mentrasfer pengetahuan atau pandangan, keyakinan, dogma, doktrin atau teologia yang dimiliki kepada peserta didiknya.Kedua, mengajar sebagai usaha dari pengajar untuk menolong peserta didik sedemikian rupa sehingga apat menemukan konsep diri secara benar. Ketiga, mengajar sebagai upaya pengajar untuk mengelola atau mengatur situasi sedemikian rupa sehingga peristiwa belajar dapat terjadi .
Pengertian kreativitas dalam hubungan dengan pengajaran dapat dilihat dari defenisi Richards (1970:99) sebagai berikut:“Mengajar secara kreatif berarti dengan sengaja atau secara sadar dan secara efektif memusatkan perhatian pada aktifitas-aktifitas belajar yang dapat meningkatkan tahap belajar pelajar”. Menurut Richards ada lima tahap belajar, yaitu : tahap menghafal tanpa berpikir, tahap mengenali konsep-konsep, tahap mengucap kembali, tahap menghubungkan apa yang dipelajari pada kehidupan dan tahap merealisasikan kebenaran Allah pada kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian menurutnya mengajar kreatif berarti membawa peserta didik pada tingkat yang paling tinggi yaitu merealisasi apa yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Berkenaan dengan itu maka pembelajaran kreatif menurutnya ditandai dengan adanya guru memusatkan pada makna dan bukan fakta, pelajar atau siswa aktif dan pengajar berperan sebagai pembimbing.Oleh sebab itu mengajar kreatif adalah usaha untuk menciptakan suasana belajar dengan ide-ide baru yang berkualitas untuk menghasilkan produk yang baik untuk disajikan pada peserta didik.
D. PENTINGNYA KREATIF DALAM MENGAJAR
Secara umum kreativitas sangatpenting bagi kehidupan manusia, oleh karena itu melalui kreativitaslah seseorang dapat mengaktualisasikan dirinya. Ketika sebuah produk baru dihasilkan tentu akan membawa kepuasan dan kebanggaan tersendiri dan dari hasil tersebut membuat peradaban manusia semakin baik.Bagi kegiatan belajar mengajar, kreativitas menjadi penting untuk menciptakan suasana baru, penuh kehangatan, dan efektifnya pengajaran menuju tujuan yang telah ditetapkan.Richards (1970:91) berpendapat sebagai berikut :
“Hal itu berlaku untuk sesorang guru yang mengajar secara kreaktif.Ia membuat anggota kelasnya menjadi segar, bergairah dan menarik. Dan kelas mereka menjadi produktif.Ajaranya menghasilkan buah yang nyata.Gereja janganlah mengharapkan ajaran kreaktif hanya dari beberapa guru yang luar biasa saja.Mengajar secara kreaktif adalah inti pelayanan yang diharapkan Gereja dari setiap guru.”
Mengajar kreaktif penting untuk dipahami bagi para pendidik (guru) terutama dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pengajar dalam membimbing atau mengantarkan peserta didik kepada pertumbuhan dan perkembangan prestasinya secara optimal.Pengajaran yang kreatif penting untuk membuat peserta didik menikmati pengalaman belajarnyanya, membawa kepuasan tersendiri bagi pengajar dan membuat pengajaran lebih efektif.
E. MENGEMBANGKANSIFAT KREAKTIF
Setiap orang mempunyai potensi kreatif tersebut.Dalam hal ini Shelly Cunninggham (2002:141) menyatakan bahwa : “kreativitas adalah kualitas ide-ide, tingkah laku dan produk yang dapat dikembangkan oleh setiap orang, maka lakukanlah.” Menyimak gagasan Sherlly Cunningham tersebut dapat dikatakan bahwa sebagai landasan bagi pengembangan sifat kreatif seseorang memerlukan keyakinan yang kuat bahwa ia memiliki potensi kreatif.
Kreativitas muncul dari kepekaan sensoris dan minat seseorang pada bidang (ranah) tertentu, baik itu melukis, bernyanyi, teknik dan sebagainya yang didukung oleh sarana dan prasarana serta kesempatan. Ketertarikan tersebut akan menolong munculnya karya-karya kreatif.
Marlene D. Lefever (1995:12)menyebutkan bahwa : “Allah menanam sifat kreatif pada setiap orang, karna Allah itu kreatif, maka guru yang berjalan bersama Tuhan akan kreatif pula”. Kaitannya dengan peranan Allah bagi pengajar, Sidjabat(2000:37)mengatakan :“Seorang guru, sebagai pengajar Kristen sudah tentu sangat memerlukan ketergantungan terhadap kuasa, urapan, dan kehadiran Roh Kudus. Sebab Dialah yang sanggup membuka matahati orang untuk memahami kebenaran (bandingkan) dengan Ef. 3:16, 17, 18). Ia pula yang akan memberikan ide-ide baru dalam masa persiapan dan bahkan sementara melakukan tugas mengajarnya (interaksi belajar mengajar)”.Dengan demikian kreativitas adalah keterampilan yang dimiliki oleh seseorang (pengajar) dalam kegiatan belajar mengajar.Utami Munandar (2000:18-20) memberikan tahapan-tahapan kreatif mengajar , sebagai berikut:
Pertama, kesendirian. Cara ini dilakukan agar orang lebih peka atau dapat mendengarkan sumber-sumber yang akan dalam lingkungan dan masyarakat, sebab dalam kesendirian biasanya orang mendapat inspirasi.
Kedua, mengambil waktu untuk berpikir dan merasakan berguna untuk mengembangkan sumber-sumber yang ada dalam dirinya.
Ketiga, merenung dan melamun untuk melihat kemungkinan-kemungkinan baru dan introspeksi diri.
Keempat, berpikir bebas, yaitu cara berpikir yang bebas dari praaduga sehingga seseorang dapat menjajaki berbagai kemungkinan.
Kelima, dengan kesiapan melihat atau analogi membuka kemungkinan seseorang menggabungkan unsur-unsur yang ditemukan menjadi ide baru.
Keenam, dengan menunda kritik.Pertimbangan atau penilaian memberi peluang untuk ide-ide kreatif.
Ketujuh, menggunakan konflik sebagai motivasi untuk berkreasi.
Kedelapan, kesiagaan, dispilin dan belajar keras akan menghasilkan karya-karya kreatif.
Artinya kedelapan tahapan tersebut sebagai sikap dan cara pengajar menjadi kreatif dan harus diejawantakan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam bagian lain Marlene D. Lefever (1995: 35-40)mengusulkan delapan cara dalam mengembangkan kreativitas, yaitu :
Pertama, mengembangkan sikap terbuka terhadap keadaan dan peristiwa yangakan menjadi stimulus bagi ide kreatif.
Kedua, memiliki visi, untuk menggerakkan seseorang pada masa yang akan datang.
Ketiga, membuka akses masuk terhadap terjadi di lingkungan sebagai sumber ide kreaktif.
Keempat, menghargai perbedaan sebagai kekayaan untuk merangsang ide-ide baru, dapat menerima orang lain yang berbeda dengan dirinya serta tetap nyaman sekalipun berbeda dengan orang lain.
Kelima, bersikap moderat atau lunak terhadap ide dan keadaan baru atau berbeda.Keenam, toleransi yaitu keingintahuan terhadap sesuatu yang berbeda dari biasanya.
Ketujuh, meneladani atau mencontoh orang-orang kreaktif dengan cara mengamati dan berusaha untuk berpikir dan berlaku sebagaimana orang kreaktif tersebut.
Kedelapan, suka memberi penghargaan terhadap karya-karya baru, sehingga hal itu akan menjadi rangsangan untuk bertindak kreatif .
Pendapat dari kedua tokoh di atas menyumbangkan gagasan dari dua sisi yang berbeda, Le Fefer menekankan sikap yang harus dimiliki oleh seseorang supaya kreatif, sedangkan Utami Munandar menekankan langkah-langkah praktis. Keduanya sama penting bagi penting bagi pengajar dalam mengembangkan cara, sikap mengajar kreaktif.
F. MENERAPKAN KREATIVITAS DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Pengajaran yang kreatif salah satunya ditandai dengan adanya kelas yang aktif, yakni melibatkan semua peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Hisyam Zaini(2002:8) ada empat keuntungan dengan adanya kelas yang aktif, yaitu : “akan diperoleh hasil belajar yang maksimal, mendorong kerja otak peserta didik lebih baik, dapat mengantisipasi perbedaan cara belajar peserta didik dan tidak membosankan”. Adapun prinsip-prinsip kreaktivitas dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu:
Pertama, mempersiapkan ruang kelas yang kondusif bagi proses belajar. Kelas ibarat ruangan restoran yang membangkitkan gairah makan pengunjungnya.Bobbi DePorter(2000:19). menyebutkan bahwa: “lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis”. Sebab itu, ruangan kelas harus yang bersih dengan sirkulasi udara dan penerangan yang baik. Tempat duduk diatur sedemikian rupa, agar memungkinkan interaksi aktif. Demikian pula sarana mengajar seperti spidol, penghapus, LCD dan sebagainya telah dipersiapkan dengan baik sebelumnya. Sangat baik bila dalam kelas tersedia musik (tape recorder) yang menyambut pada saat peserta didik memasuki ruangan, mengiringi saat peserta didik melakukan kegiatan non-verbal dan mengantar peserta didik meninggalkan kelas.
Kedua, membangkitkan kesadaran peserta didik terhadap manfaat yang dipelajari bagi hidupnya merupakan dasar penting bagi kelas yang aktif sebab kesadaran tersebut dapat menghindari sikap acuh tak acuh dan pasif dalam kelas. Bila peserta didik telah berpengalaman, biasanya telah timbul kesadaran yang tinggi akan kebutuhannya. Namun bila peserta didik belum terjun di lapangan perlu dorongan yang kuta membangkitkan kesadaran ambaknya.Hal tersebut dilakukan melalui penjelasan dengan kata-kata yang membangun tentang pentingya materi yang dibahas bagi kehidupan peserta didik.
Ketiga, mengupayakan interaksi optimal.Interaksi yang optimal dengan semua peserta didik.Model ini dapat dilakukan saat diskusi dan tanya jawab.Untuk membangun interaksi yang optimal seperti dijelaskan di atas, maka seorang pengajar harus mengadakan Tanya jawab dan diskusi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pengajar menyampaikan pertanyaan terbuka kepada semua peserta didik dengan berurutan atau acak. Cara lain pengajar dapat memberikan kesempatan, namun tetap mengendalikan diskusi antar peserta didik dengan tidak harus melalui pengajar. Bila kelas terlalu besar perlu dibagai dalam kelompok diskusi yang lebih efektif dengan beranggotakan empat sampai tujuh orang.
KESIMPULAN
Kreativitas mengajar terus berkembangan seiring waktu dan perubahan zaman khususnya dalam kegiatan belajar mengajar.Dalam melaksanakan tugas mengajar seorang pengajar (guru atau dosen) diperlukan kreativitas. Ciri pengajar yang kreatif adalahpengajar (guru atau dosen) yang menyadari potensi kreativitasnya dan berusaha mengembangkannya terus menerus sampai secara memiliki gaya mengajar yang kreaktif, yang dapat membangkitan semangat belajar peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab. Lembaga Alkitab Indonesia .Jakarta : LAI, 2000.
Bromiley, G.W. The International Standard Bible Encelopedia. Grand Rapids: W.M.B. Eerdmans, 1989.
Cunningham, Shelly. Creative Teaching Methods, dalam Introducing Christian
Education Foudation for the Twenty First Century. Grand Rapids, Michigan : Baker Academic, 2002.
De Porter, Bobbi. Quatum Teaching.Bandung : Kaifa, 2000.
Elwell, Walter A. Baker Commentary on the Bible. Grands Rapids : Baker Books,
1996.
Djamarah, Saiful Bahri, Zain Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Gregory, Milton John. The Seven Laws Of Teaching.Michigan : Baker Books, 1998.
Lefever, Marlene D. Learning Styles, Reaching Every one God Gave You to Teach.Denver : David Cook Publising Co, 1995.
Munandar, Utami S.C. Kreavitas Sepanjang Masa.Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1998.
--------------------, Kreativitas Dan Keberbakatan.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Nasution, S. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara, 2003.
Pazmino, Roberth W. Education Principles And Practices Of Christian. Michigan : Baker Book House, 1992.
Sidjabat, B.S. Strategi Pendidikan Kristen Suatu Tinjauan Teologis-Filosofis.Yogyakarta : Yayasan Andi, 2000.
Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2000.
Usman, Moh Uzer. Menjadi Guru Profesional.Bandung : Remaja Rodakarya, 2000.
Zaini Hisyam. Strategi Pembelajaran Aktif di PerguruanTinggi.Yogyakarta : CTSD, 2004.
Yusri Panggabean, dkk. Strategi,Model, Dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum. Bandung : Bina Media Informasi, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar