EKSPOSISI INJIL SINOPTIK



EKSPOSISI INJIL-INJIL


            Kitab Injil-injil merupakan kitab yang terdiri dari Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes. Keempat kitab Injil ini secara khusus menceriterakan mengenai kisah kehidupan Tuhan Yesus Kristus dari kelahiran sampai kepada kenaikan ke sorga. Namun dari keempat kitab Injil tersebut terdapat kitab yang digolongkan atau dinamakan dengan kitab Injil Sinoptik.


A.   PENDAHULUAN

Kata Sinoptik berasal dari dua kata istilah dalam bahasa Yunani yakni “sin” yang berarti bersama dan “optanomai” yang berarti melihat.”[1] Dari pengertian tersebut maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan istilah Injil Sinoptik adalah, penulis menceriterakan mengenai kisah kehidupan Yesus Kristus dari sudut pandang cerita yang sama. Dalam hal ini Injil yang dimaksudkan ialah Matius, Markus dan Lukas, sebagai suatu kemiripan yang harus dilihat secara bersama-sama. Ketiga kitab ini diakui bahwa pada waktu menulis ini mereka tidak duduk bersama-sama untuk menuliskan kitabnya masing-masing, juga dilihat dari waktu penulisan tidaklah mungkin mereka duduk bersama lalu menulis kitab masing-masing. Jika terdapat kesamaan di dalam penulisan tersebut, itu tidak berarti bahwa penulisnya hebat, bukan pula karena ada kerjasama, dan bukan pula saling copy dan kutip satu dengan yang lainnya, tetapi semuanya terjadi atas dorongan dan tuntunan daripada Roh Kudus melalui pengilhamanNya kepada penulis masing-masing, sehingga tidak terdapat suatu kesalahan di dalam penulisannya. Problematika ini sering diperdebatkan banyak pakar teologi, sehingga beberapa tidak dapat menerima kebenaran dari sisi akal dan logika manusia. Bahkan muncul berbagai pandangan mengenai pendapat atau teori-teori yang ingin menjelaskan mengenai keakuratan dari ketiga Injil tersebut. Sebagai contoh yang dapat kita lihat dalam Alkitab yakni mengenai peristiwa Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang lain yang diceritakan dalam ketiga Injil Matius, Injil Markus dan Injil Lukas (Mat.8:14-17; Mrk.1:29-34; Luk.4:38-41). Cerita ini kalau diperhatikan baik-baik menceritakan mengenai suatu peristiwa yang sama yang dilakukan Yesus terhadap ibu mertua dari Simon Petrus. Pertanyaannya adalah: apakah ketiga-tiganya saling mengcopy satu dengan yang lain? Jawabannya: peristiwa ini diceritakan dari tempat yang terpisah namun bila terdapat suatu kesamaan cerita ini bukanlah suatu kebetulan, tetapi semuanya terjadi oleh karena pekerjaan Roh Kudus memakai ketiga penulis ini untuk menceritakan suatu peristiwa yang sama.
Banyak sisi manusia tidak dapat memahami dan mengerti mengenai cara berpikir Allah dalam dunia ini, sehingga problematika yang terjadi dalam kitab Injil sinoptik bukanlah suatu pekerjaan yang sulit bagi Allah untuk memakai ketiga penulis yakin Matius (salah satu dari 12 murid yesus), Markus (teman sekerja Paulus & Barnabas) dan Lukas (seorang dokter, rekan Paulus) untuk menuliskan mengenai suatu kebenaran dari tempat yang berbeda, dalam situasi yang berbeda dan dari tingkat kehidupan yang berbeda, namun isinya banyak ditemukan unsur kesamaan dalam setiap cerita yang ditulis oleh ketiga penulis tersebut. Setiap kita harus ingat bahwa Allah menciptakan alam semesta ini dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada dan itu dilakukanNya dengan cara bersabda dan berfirman.
Dalam mengembangkan teologi Injil Sinoptik, sudut pandang penulis perlu diperhatikan. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat menjadi penuntun:
ü  Kepada siapakah Injil-Injil itu ditujukan?
ü  Mengapa para penginjil itu menulis Injil mereka?
ü  Apa motivasi mereka menulis Injil mereka?
ü  Dari manakah latar belakang di penulis?
ü  Apakah tekanan spesifik dan ciri khas setiap penulis?
ü  Apakah tema khusus setiap buku?
ü  Dari manakah mereka mendapatkan sumber-sumber tersebut?
ü  Kapankah penulis ini menulis kitabnya masing-masing?

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini dalam studi Teologi Alkitab atau Hermeneutik dalam menentukan suatu pemahaman dari aspek teologi yang diprioritaskan masing-masing penulis. Jadi Teologi Alkitab tergantung pada pikiran yang diperlihatkan penulis tanpa penulis secara benar dan akurat tanpa salah sedikitpun dalam teks asli. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembimbing ke dalam buku-buku tersebut diperhatikan lebih dalam seperti penulis, para pembaca, tahun, gaya, sifat, isi dan tujuan.


B.   PROBLEMATIKA INJIL SINOPTIK

Masalah yang terdapat dalam Injil-injil Sinoptik adalah berkaitan dengan masalah perbedaan dan kesamaan dari beberapa cerita yang terdapat dalam ketiga Injil tersebut yang masih banyak orang belum dapat menerimanya berdasarkan sudut pandang logika dan rasio. Memang harus diakui bahwa hal ini bukanlah suatu hal yang mudah dan gampang untuk menerima semua hal yang dibaca dan diketahui dalam Alkitab. Kita seringkali tidak mengerti mengapa semua ini bisa terjadi tanpa memiliki suatu hubungan dan kerjasama yang baik dalam mencari data, menyusun dan mengolah sampai kepada menghasilkan suatu cerita yang memiliki kemiripannya yang akurat dan benar.
Masalah dalam injil Sinoptik jangan dipandang sebagai suatu masalah yang akhirnya membuat ketidakpercayaan terhadap semua cerita yang terdapat dalam Injil Sinoptik tersebut. Kita bisa menggunakan berbagai pendekatan yang dapat menolong kita untuk tidak menjadikan masalah sebagai akhir dari segala kepercayaan yang kita miliki sehingga membuat kita berhenti sampai disitu. Pendekatan-pendekatan yang dapat kita lakukan ada dua hal yakni pendekatan ilmuwan dan pendekatan biblikal. Dalam pendekatan ilmuwan ada 4 teori yang dapat kita pakai sebagai bahan pendekatan untuk mendapat informasi yang diperlukan untuk menemukan dan memecahkan problematika yang terdapat dalam Injil Sinoptik dan 1 teori yang dapat kita pakai sebagai pendekatan akurat untuk meyakini manusia mengenai masalah dalam Injil Sinoptik.

1.     Pendekatan Ilmuwan

Masalah dalam Injil Sinoptik di mana kita dapat melihat dan mempelajarinya melalui pendekatan ilmuwan. Artinya bahwa semua problematika Injil Sinoptik ini dilihat dan didasarkan dari sudut pandang keilmuwan yang dijelaskan oleh pakar teolog, yang memang sampai saat ini pendekatan ilmuwan belum dapat diterima secara utuh yang mampu memberikan kepuasan bagi banyak orang. Kita harus akui bahwa sekalipun problematika Injil Sinoptik dicari titik persoalannya melalui pendekatan ilmuwan namun tidak berarti bahwa kesemuanya itu dapat dibuktikan secara benar berdasarkan pembuktian yang akurat, namun pendekatan ilmuwan hanya bersifat interpretasi untuk menolong banyak orang untuk memahami mengenai problematika yang terjadi dalam ketiga Injil Sinoptik
Dalam pendekatan ilmuwan yang terdiri dari 4 teori pendekatan menunjukkan bahwa keempat teori tersebut masing-masing mempunyai nilai kelebihan atau keunggulan dan juga memiliki nilai kekurangan atau kelemahan yang dipandang dari sudut biblikalnya. Nilai keunggulan dari keempat teori ini menunjukkan kepada kita bahwa teori ini dapat diterima secara akalia dan rasio manusia dengan menggunakan pendekatan ilmuwan yang bersifat interpretasi, sedangkan nilai kelemahan adalah bahwa mereka tidak dapat membuktikan secara akurat dan terpercaya sebagaimana yang mampu diukur melalui pendekatan biblikal atau imanen.


a.    Teori Tradisi Lisan











Matius Mencatat Ajaran Tuhan Yesus Dalam Bahasa Aram Dengan Menggunakan Dialek Bahasa Ibrani
 


MATIUS
 








Markus Merupakan Ahli Penerjemah Petrus Dan Mencatat Apa Yang Diingatnya Tetapi Tidak Berurutan
 

MARKUS
 







Lukas Sebagai Suatu Reproduksi Dari Khotbah-Khotbah Paulus Dan Kemudian Dibukukan
 


LUKAS
 





 













Teori “Tradisi Lisan” menjelaskan bahwa ketiga Injil ini mendapat informasi dan data dari berbagai sumber yang berbeda dan para penulis menjelaskan berdasarkan pada kapabilitas yang mereka miliki. Mereka tidak berani menuliskan sesuatu yang dijadikan sebagai kebenaran dengan cara merekayasa atau memanipulasi data karena itu akan membahayakan banyak orang dan reputasi mereka sebagai seorang penulis.
Pertama, Matius jelas mendapat data dan informasi secara langsung karena Matius merupakan saksi hidup dan saksi mata mengenai kisah perjalanan dan pelayanan Tuhan Yesus sejak dipanggil sampai kepada kenaikan Tuhan Yesus ke sorga karena Matius adalah salah satu dari 12 murid yang dipanggil oleh Yesus (Mat.9:9-13; 10:1-3)
Kedua, Markus bukanlah salah satu dari murid Tuhan Yesus namun Markus adalah seorang  petobat Kristen yang dibesarkan di Yerusalem (Kis.12:12). Sekalipun Markus bukan salah satu dari murid Tuhan Yesus, tetapi Markus merupakan murid dari Paulus, Barnabas dan Petrus, karena Markus banyak belajar dari ketiga orang ini. Markus mendapat data dari berbagai informasi di antaranya dari Paulus (Kis.13:1-13; Kol.4:10; Fil.1:24), Barnabas (Kis.15:39) dan Petrus (1Ptr.5:13). Namun kemungkinan besar data yang akurat didapatkan dari Petrus yang juga adalah salah satu dari 12 murid Tuhan Yesus dan Markus juga dikenal sebagai juru bahasanya Petrus.
Ketiga, Lukas bukan salah satu dari murid Yesus dan juga bukan salah satu dari murid para rasul, tetapi pekerjaan Lukas dikenal sebagai seorang dokter. Lukas terpanggil untuk menuliskan suatu kebenaran Allah yang berkaitan dengan kisah perjalanan kehidupan Yesus sampai kenaikan Yesus ke sorga, dengan cara mencari dan menemukan sebanyak mungkin data dan informasi, kemudian diteliti dengan seksama dan setelah itu menuliskannya sebagai suatu kebenaran yang absolut (Luk.1:1-4).

b.    Teori Hipotesis Dua Dokument


 
Teori “Hipotesis Dua Dokument” menjelaskan bahwa data yang diperoleh dalam Injil Matius dan Ijil Lukas bersumber dari Injil Markus, artinya bahwa sumber-sumber yang diperoleh bukan didasarkan dari hasil pencarian sendiri, namun kedua Injil tersebut mengambil data yang sudah dijelaskan dalam Injil Markus. Injil Markus dikatakan sebagai salah satu sumber utama yang dijadikan oleh Matius dan Lukas untuk mendapatkan sebanyak mungkin data yang mereka perlukan.
Di samping itu juga dikatakan bahwa kelengkapan data yang terdapat dalam Injil Matius maupun Injil Lukas tidak semuanya diperoleh dari Injil Markus, namun ada satu sumber yang dipakai Matius dan Lukas sebagai sumber untuk memperoleh informasi yang perlukan yang dinamakan dengan sumber Q. Kata “Q” berasal dari bahasa Jerman “Quelle” yang mengandung pengertian sumber[2].
Studi masalah dari teori hipotesis dua dokument yang berkaitan dengan sumber “Q” yang paling menyolok adalah berkaitan dengan peristiwa pembaptisan Tuhan Yesus oleh Yohanes Pembaptis dan peristiwa mengenai pencobaan Tuhan Yesus di Padang Gurun. Jadi kesimpulannya bahwa Matius menggabungkan sumber-sumbernya, sedangkan Lukas menyatukan sumber-sumbernya.[3]

c.    Teori Sumber Matius

Teori ini menekankan bahwa Markus dan Lukas menggunakan Injil Matius sebagai sumber utama dalam penulisan Injil mereka. Dari gambar yang dapat kita lihat bahwa ketiga Injil Sinoptik ini masing-masing mendapatkan data dari beberapa sumber yang diperlukan antara lain:
Teori “
Sumber Matius” atau dengan kata lain dikenal dengan sebutan “Teori Prioritas Injil markus.” Teori ini sudah muncul pada abad pertama dan kemudian hilang , namun beberapa waktu kemudian muncul kembali lagi pada abad pertengahan yaitu abad ke-17 sampai abad ke-18. Teori ini jelas lebih menekankan dan menonjolkan keakuratan dari Injil Matius sebagai sumber utama dan yang pertama kali ditulis dibandingkan dengan Injil Markus dan Injil Lukas[4].
Injil Matius. Matius mendapatkan dua sumber yang berbeda, yaitu: pertama, sumber utamanya yang tidak lain dari pengalamannya bersama Tuhan Yesus sebagai saksi mata dan saksi hidup di mana Matius melihat secara langsung, sehingga tidak diragukan lagi mengenai sumber yang diperolehnya. Kedua, Matius mendapat sumber dari para saksi mata yang juga tidak luput menyaksikan mengenai kisah kehidupan Tuhan Yesus yang dimulai dari peristiwa kelahiran sampai kepada kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Kedua sumber ini bagi Matius sudah sangat cukup untuk menjadikan sebagai sumber utamanya di dalam penulisan Matius.
Injil Lukas. Dalam hal ini Lukas juga mendapatkan data dari dua sumber yang berbeda, yaitu: pertama, Lukas mendapatkannya dari para saksi mata yang hidup pada zaman Tuhan Yesus dan yang turut mengambil bagian secara langsung dalam kehidupan pelayanan Tuhan Yesus. Kedua, Lukas juga mendapat sumber yang akurat dan terpercaya dari salah satu orang saksi mata dan saksi hidup yakni Matius yang adalah salah satu dari 12 murid Tuhan Yesus yang tidak meungkin menginformasikan data yang salah dan keliru kepada Lukas.
Injil Markus. Dalam Injil Markus di mana Markus mendapatkan data dari tiga sumber yang berbeda dan dapat dipercaya antara lain: pertama, Markus mendapat sumber dari Matius sebagai salah satu dari saksi mata yang melihat secara langsung peristiwa mengenai kisah kehidupan Tuhan Yesus sejak dipanggil sampai kepada kenaikan ke sorga. Kedua, Markus mendapat informasi data dari Lukas yang dianggap lebih dahulu mendapatkan informasi dari Matius. Ketiga, Markus mendapat informasi data yang akurat juga dari salah satu dari 12 murid Tuhan Yesus yakni Simon Petrus yang mana dalam hal ini Markus banyak belajar dari Petrus dan mendapatkan banyak sumber indormasi yang dibutuhkan untuk menuliskan Injil Markus atau dengan kata lain bahwa Markus adalah anak rohani dari Simon Petrus.


d.    Teori Ketergantungan Timbal Balik

Dalam teori “Ketergantungan Timbal Balik” berpendapat bahwa Injil Matius dan Injil Lukas meminjam atau menggunakan Injil Markus sebagai sumber utama di dalam menulis kedua Injil tersebut. Data yang diperoleh dari Matius dan Lukas kemudian diseleksi dan diteliti dengan baik kemudian dibukukan sebagai suatu kebenaran yang ditujukan kepada orang Yahudi dan juga kepada orang Yunani dan orang Romawi Kristen. Bagi teori ketergantungan timbal balik ini mengatakan bahwa Injil Markus merupakan sumber utama yang kemudian dijadikan sebagai dasar kitab Injil Matius dan Injil Lukas.
Untuk melengkapi data dan informasi yang diperlukan baik dalam Injil Matius maupun Injil Lukas, maka menurut teori ketergantungan timbal balik mengatakan bahwa penulis Matius dan penulis Lukas saling meminjamkan data dan informasi mereka mengingat bahwa pada zaman dahulu tidak ada undang-undang yang mengatur mengenai hak cipta, sehingga Matius maupun Lukas memanfaatkan dokument yang ada secara tertulis dengan bebas dan sukarela. Dengan dasar inilah maka data yang dimiliki oleh Matius pemungut cukai dengan dokter Lukas mengalami pertukaran yang menyebabkan terjadinya beberapa unsur kesamaan di dalam berbagai cerita yang terdapat dalam Injil Matius maupun Injil Lukas.
Sekalipun Injil Matius dan Injil Lukas dikatakan saling meminjam data dan informasi, namun di sisi lain masih banyak ditemukan beberapa peristiwa yang ditulis berdasarkan sudut pandang masing-masing, yaitu:
Pertama, kisah mengenai silsilah Yesus. Ada terdapat perbedaan mengenai silsilah Yesus dalam Injil Matius dan Injil Lukas. Dalam Matius 1:1-17, silsilah Yesus dimulai dari Abraham sampai kepada Daud ada empatbelas keturunan, generasi kedua dari Daud sampau kepada pembuangan ke Babel ada empatbelas keturunan, dan generasi ketiga dari pembuangan Babel sampai Tuhan Yesus Kristus ada empat belas keturunan. Jadi total semuanya ada empat puluh dua keturunan. Sementara dalam Lukas (3:23-38), silsilah Yesus Kristus dimulai dari Tuhan Kristus mundur sampai kepada Adam yang semuanya berjumlah lima puluh dua keturunan. Kedua cerita silsilah ini telah menunjukkan satu perbedaan yang cukup tajam.
Kedua, kisah mengenai pembaptisan Yesus Kristus oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan. Dalam Injil Matius (3:13-17) menjelaskan bahwa peristiwa itu terjadi ketika Tuhan Yesus baru saja datang dari Galilea ke sungai Yordan dan meminta agar Yohanes Pembaptis membaptis Yesus. Ketika Yesus selsai dibaptis dikatakan Yesus segera keluar dari air dan pada saat itulah langit terbuka dan Roh Kudus turun dalam bentuk burung merpati ke atas Yesus. Sedangkan dalam Injil Lukas (3:21-22) menjelaskan bahwa banyak orang yang dibaptis pada saat Yesus dibaptis dan setelah Yesus dibaptis Ia langsung berdoa dan sedang dalam doa itu terbukalah langit dan Roh Kudus dalam rupa burung merpati turun ke atas Yesus.
Ketiga, kisah mengenai pencobaan Tuhan Yesus di padang gurun. Dalam Matius (4:1-11) menjelaskan bahwa ada 3 bentuk pencobaan yang dilakukan Iblis terhadap Yesus, antara lain: (a) membuat batu jadi roti (ay.3,4); (b) membawa Yesus ke bubungan Bait Allah dan memerintahkan Yesus untuk menjatuhkan diriNya ke bawah (ay.5-7); (c) memperlihatkan semua kerajaan dunia kepada Tuhan Yesus (ay.8-10). Tetapi dalam Injil Lukas (4:1-13) menjelaskan bahwa ada 3 bentuk pencobaan yang dilakukan iblis terhadap Yesus, antara lain: (a) membuat batu mejadi roti (ay.3-4); (b) memperlihatkan semua kerajaan dunia kepada Tuhan Yesus (ay.5-8); (c) membawa Yesus ke bubungan Bait Allah dan menyuruh Yesus untuk menjatuhkan diriNya ke bawah (ay.9-11).
Dari ketiga contoh masalah Matius dan Lukas di atas, maka tidak mungkin kedua-duanya saling menukarkan atau saling meminjamkan data dan informasi yang sama sebab ada gaya berpikir yang tolak belakang dari keduanya. Hal ini seirng menimbulkan suatu problematika yang cukup tajam mengenai siapa yang benar dan dari manakah sesungguhnya data yang mereka peroleh, apakah data tersebut didapatkan dari satu sumber atau diperoleh dari hasil saling meminjamkan. Oleh sebab itu teori ketergantungan timbal balik perlu dikaji ulang untuk menemukan dan mendapatkan data yang akurat dan terpercaya yang dapat menjadi berkat bagi semua orang.

2.     Pendekatan Biblikal

Untuk menyelesaikan problematika yang terdapat dalam Injil Sinoptik, yakni Matius, Markus dan Lukas, maka pendekatan yang dilakukan dengan cara studi biblikal. Karena bagi kita pendekatan studi biblikal inilah yang dapat menyelesaikan dan menuntaskan masalah yang selama ini diperdebatkan para teolog yang berkaitan dengan masalah Sinoptik.
Pendekatan melalui studi biblikal ini diharapkan mampu memberikan kepuasan bagi semua orang untuk mendapatkan satu jawaban mengenai problematika yang terjadi dalam ketiga Injil tersebut. Memang untuk menuntaskan masalah Sinoptik tidaklah mudah, namun tidak berarti bahwa masalah tersebut tidak dapat ditemukan solusinya. Solusi yang paling tepat, akurat dan terpercaya dapat ditemukan jika kita memulainya dengan menggunakan pendekatan studi biblikal.
Studi Biblikal merupakan solusi yang tepat karena prinsip-prinsipnya berdasarkan Alkitab yang isinya tanpa salah dalam teks asli. Alkitab adalah isi hati Allah yang dituangkan secara tertulis kepada manusia dengan tujuan agar manusia dapat memahami dan mengerti secara benar mengenai kepedulian dankasih sayang Allah yang tidak pernah berkesudahan di dalam kehidupan manusia.
Pemahaman biblikal selalu mendasarkan prinsip pengilhaman Roh Kudus yang berkuasa atas penulis kitab suci, sehingga isi dari semua Injil Sinoptik adalah dari Allah. Dalam hal kemiripan teks dapat menunjukkan bahwa mereka semua diilhami oleh Roh Kudus yang sama, yang memberikan wahyu kepada masing-masing sesuai tujuan Allah dalam kitab mereka.
PENDEKATAN Biblikal merupakan satu pendekatan yang akurat dan terpercaya karena Allah telah mempercayakan si penulis yang telah dipilihNya di bawah pengontrolan Roh Kudus yang memimpin, menjaga, menguasai dan menggerakkan hati si penulis secara sadar untuk menyatakan kehendak Allah kepada manusia tanpa salah dan keliru sesuai yang tertulis dalam naskah asli[5]. Hal ini menunjukkan bahwa dari ketiga penulis Injil Sinoptik tidak ada yang saling menyontek, tidak ada yang saling meminjamkan data dan tidak ada yang saling menukar data mereka, namun ketiga penulis ini dalam menulis Injilnya masing-masing semata-mata didasarkan karena pekerjaan Roh Kudus yang mengilhami setiap penulis untuk menuliskan tanpa salah dan keliru sesuai naskah aslinya.
Matius, Markus dan Lukas adalah ketiga penulis kitab Injil Sinoptik yang dipakai oleh Allah secara langsung untuk menuliskan semua kebenaran yang ingin Allah tuangkan kepada manusia secara tertulis. Perlu dimengerti bahwa sekalipun ketiga tulisan ini ditulis dari tempat yang berbeda, dalam jangka waktu yang berbeda, latarbelakang yang berbeda, tetapi ditemukan ada beberapa bagian peristiwa yang mengandung unsur kesamaan dalam cerita mereka bukanlah sesuatu yang aneh, karena kita tahu bahwa ketiga penulis ini langsung dipimpin dan dikontrol oleh Roh Kudus yang adalah Pribadi Allah Ketiga dari Allah Tritunggal, sehingga jika terdapat kesamaan cerita itu semata-mata disebabkan karena pekerjaan Roh Kudus dan bukan didasarkan pada keinginan manusia atau rekayasa manusia semata (2Ptr.1:21).
Pendekatan biblikal inilah yang menjadi solusi dan jawaban yang terpercaya untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam Injil Sinoptik yang dipertentangkan dan diperdebatkan di kalangan para teolog. Keempat teori di atas tidak mampu untuk menjawab masalah yang terdapat di dalam Injil Sinoptik karena keempat teori tersebut menggunakan pendekatan ilmuwan yang bersifat interpretasi sehingga teori-teori tersebut saling bertentangan dan bertolak belakang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu diperlukan pendekatan Biblikal yang mampu mengungkapkan dan menyelesaikan masalah yang terdapat di dalam Injil Sinoptik secara tuntas, akurat dan terpercaya.



C.   KRITIK TERHADAP INJIL SINOPTIK

Masih ada saja ketidakpuasan manusia terhadap suatu kebenaran sehingga tidak mampu menerima secara iman, sehingga pendekatan yang dilakukan ialah melihat kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam Alkitab sebagai langkah awal untuk merendahkan kewibawaan Alkitab sebagai suatu kebenaran yang absolut. Pendekatan melalui intelektual duniawi yang mengandalkan akal/rasio sebagai barometer dalam menerima dan mengukur suatu kebenaran berdampak pada penolakan terhadap kebenaran Alkitab (yang memang seharusnya tidak diukur melalui akal atau rasio tetapi diukur melalui studi biblikal) apabila menemukan kendala apabila terdapat sesuatu hal yang tidak mampu diukur dengan rasio manusia.
Penolakan yang berwujud pada timbulnya suatu kritikan yang tajam terhadap kebenaran Alkitab terjadi karena manusia tidak mampu menemukan satu kebenaran yang dapat dipercayai, sehingga interpretasi melalui kritikan diharapkan dapat memberikan solusi yang diharapkan banyak orang yang akhirnya dapat memberikan rasa kepuasan temporal.
Kritikus tingkat tinggi selalu melihat peristiwa dari sisi kemanusiaan saja dan melepaskan segala sesuatu dari sisi keilahian, sehingga menjadikan Alkitab bukan Firman Allah tetapi sebagai kumpulan buku yang berisi Firman Allah, yang berarti bahwa Alkitab mengandung unsur kesalahan dan dapat berubah sewaktu-waktu, sehingga kebenaran-kebenaran dalam Alkitab tidak dapat dijadikan sebagai pedoman mutlak bagi iman Kristen.
Kritikan terhadap Alkitab merupakan satu serangan keras yang merendahkan wibawa Alkitab sebagai otoritas tertinggi dari Allah. Manusia kadang tidak puas dengan sesuatu yang tidak dapat diukur dengan akalnya, sehingga selalu memandang Alkitab sebagai sesuatu yang mengandung unsur-unsur kesalahan dan menjadi Firman Allah kalau Alkitab itu dapat mengubah hidup manusia. Ada beberapa pandangan mengenai Alkitab berikut ini:
Pertama, pandangan Injili. Pandangan Injili mengatakan bahwa Alkitab adalah Firman Allah tanpa salah berdasarkan pada naskah aslinya. Artinya semua kata-kata yang terdapat dalam Alkitab pada waktu kita membacanya (apakah kita mengerti atau tidak mengerti apakah kata-kata Alkitab memberkati atau tidak memberkati apakah kata-kata dalam Alkitab menyentuh hati kita atau tidak menyentuh hati kita), adalah Firman Allah. Kesimpulan: Alkitab tidak bisa berubah sedangkan manusia dapat berubah.
Kedua, pandangan Liberal. Pandangan ini mengatakan bahwa Alkitab hanya berisi Firman Allah. Artinya tidak semua kata-kata dalam Alkitab adalah Firman Allah, karena ditulis oleh manusia yang berdosa yang banyak memiliki kelemahan, kekurangan ketidaksempurnaan dan tidak luput dari kesalahan, sehingga dikatakan bahwa Alkitab merupakan buku catatan manusia biasa saja yang tidak mempunyai kelebihan dengan buku-buku yang lain. Kesimpulan: Alkitab bisa berubah sedangkan manusia tidak bisa berubah.
Ketiga, pandangan Neo Ortodoks. Pandangan ini mengatakan bahwa Alkitab hanya menjadi Firman Allah jika kata-kata dalam Alkitab itu dapat menyentuh hati manusia, tetapi jika kata-kata dalam Alkitab tidak menyentuh hati manusia maka itu bukanlah Firman Allah. Sehingga menurut Neo Ortodoks Alkitab bisa berubah-ubah sewaktu-waktu. Kesimpulan: Alkitab bisa berubah sedangkan manusia tidak bisa berubah.
Manusia, sampai kapanpun tidak pernah puas dengan apa yang dia pikirkan melalui rasionya, karena akal manusia sangat terbatas sehingga tidak mungkin mampu untuk memikirkan Allah yang adalah Pribadi yang tidak terbatas dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi maupun yang belum terjadi dalam dunia ini. Pikiran manusia begitu picik dan sempit, sehingga tidak mampu untuk menyelami keMahatahuan Allah yang jauh melebihi pengetahuan manusia. Manusia harus mencapai standard Allah maka manusia akan mengalami kepuasan dalam hidup ini. Ada baiknya kita melihat gaya kritik teks terhadap AlkitaB:


1.    Kritik Sejarah (Historical Criticism)
Yaitu usaha mencari kesalahan pada narasi dari peristiwa paralel, acapkali bersifat mencari kesalahan atau berusaha untuk mendapatkan kesalahan-kesalahan dan tidak berusaha untuk mencari kebenaran-kebenaran yang bisa membangun dan memberkati banyak orang. Dengan mencari kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam Alkitab sebagai tujuan untuk dijadikan sebgai baha acuan untuk menjatuhkan dan mempermalukan wibawa Alkitab.
Penekanan dalam kritik sejarah hanya berfokus kepada peristiwa masa lampau yang sudah pernah terjadi, sehingga bila ada peristiwa-peristiwa yang sekiranya tidak dapat dibuktikan dan dicermati melalui akal, maka hal itu akan menjadi bahan kritikan yang tajam terhadap peristiwa tersebut. Salah satu contoh mengenau kisah kejatuhan manusia dalam dosa (Kej.3:1-8).
Kelemahan yang dimiliki teori Kritik Sejarah adalah bahwa mereka lupa mengenai Pribadi Allah yang dikenal sebagai Pencipta alam semesta ini dan yang telah membuat segala sesuatu yang tidak ada menjadi ada, sehingga sekalipun Musa tidak hidup pada zaman kejatuhan manusia ke dalam dosa, tetapi Allah sanggup memakai Musa untuk menuliskan mengenai suatu peristiwa yang pernah terjadi sekalipun Musa tidak hidup dalam zaman tersebut. Allah melalui pekerjaan Roh Kudus yang mengilhami Musa akan segala peristiwa masa lampau sehingga Musa dapat menuliskan dengan benar dan akurat. Teori kritik sejarah hanya melihat dari sisi historisnya saja, tetapi tidak melihat dari sisi keilahian Allah.

2.    Kritik Sumber (Source Criticism)
Usaha mencari sumber utama dengan tidak mempercayai akan tuntunan dan pekerjaan Roh Kudus yang telah membimbing, menguasai, menjaga dan memampukan si penulis untuk menuliskan kebenaran-kebenaran tanpa harus mengkopy dari sumber yang lain. Sebagai contoh mengenai kisah pencobaan Yesus di padang gurun yang terdapat dalam Injil Matius 4:1-13, di mana sumber utamanya Markus yang mengambilnya dari sumber lain yakni dalam Injil Lukas 4:1-13. Kesamaan kata-kata juga dinyatakan sebagai adanya sumber yang sama, dan menolak pernan Allah dalam pewahyuan dan menganggap bahwa Alkitab ada salahnya sehingga memerlukan sumber-sumber lain sebagai bukti yang akurat dan absolut.
Kelemahan yang dimiliki teori Kritik Sumber adalah hanya menekankan mengenai sumber utama yang dapat digunakan sebagai bahan untuk dipakai oleh orang lain sebagai sumber yang digunakan di dalam menulis Injil mereka. Satu hal yang menjadi titik kelemahan dari Kritik Sumber adalah di mana mereka menolak peranan Allah dalam pewahyuan melalui pekerjaan Roh Kudus yang mengilhamikan kepada setiap penulis untuk menyatakan kebenaran-kebenaran Allah. Selain itu juga mereka tidak mempercayai sepenuhnya otoritas Alkitab sebagai kebenaran yang absolut tanpa salah dalam naskah aslinya, sehingga mereka sangat merendahkan kewibawaan Alkitab sebagai sumber kebenaran yang dapat dipercayai. Alasan yang mendasar di mana teori Kritik Sumber tidak memakai Alkitab sebagai dasar untuk berpijak, karena menganggap bahwa Alkitab ada salahnya, sehingga teori Kritik Sumber harus mencari sumber-sumber yang lain selain Alkitab sebagai bukti yg absolut.

3.    Kritik Redaksi (Redaction Criticism)
Mencari kesalahan lebih mudah dan gampang dari pada menemukan kebenaran yang dapat mengubah hidup manusia. Teori Kritik Redaksi lebih menekankan dan memfokuskan kepada kritik teks atau naskah di bandingkan dengan mengkritik mengenai masalah historikalnya ataupun masalah sumbernya. Dalam teori ini dikatakan bahwa kisah mengenai para gembala, orang majus, palungan Betlehem merupakan suatu cerita fiktif dan mitos. Cerita ini sengaja dibuat oleh si penulis untuk mernarik simpatisan dan daya tarik pembaca akan cerita mengenai kisah kelahiran Yesus dalam palungan yang dikunjungi oleh para gembala dan orang majus.
Penulis berusaha untuk menciptakan suatu redaksi cerita yang mampu menarik minat banyak orang untuk mengetahui sehingga akhirnya banyak orang harus membacanya. Bagi teori Kritik Redaksi mengatakan bahwa sesungguhnya cerita mengenai kisah kelahiran Yesus itu hanya rekayasa si penulis dengan menambah beberapa adegan tambahan seperti para gembala dan orang majus untuk membuat kisah ini semakin menarik untuk dibaca orang.
Kelemahan yang terdapat di dalam teori Kritik Redaksi adalah mereka hanya mempersoalkan mengenai redaksi yang dibaca yang mana ketika direnungkan maka hal ini tidak dapat diterima secara akal atau rasio yang berdampak pada kesimpulan bahwa kisah para gembala dan orang majus itu hanya mitos. Teori ini lupa bahwa peristiwa mengenai kisah kelahiran Yesus diceritakan dalam Alkitab sebagai otoritas kebenaran yang absolut. Teori ini tidak melihat kisah ini dari sisi keilahian Allah yang melalui pekerjaan Roh Kudus telah menggerakkan si penulis untuk menulisnya dengan pengotrolan Roh Kudus, sehingga tidak ada satu kata yang direkayasa atau dimanipulasi penulis.
Teori-teori di atas kebanyakan hanya bersifat kesimpulan-kesimpulan tak berdasar. Terlalu banyak spekulasi dalam proses pengambilan keputusan. Hanya spekulasi untuk menyelesaikan masalah sesaat. Juga agak sulit diterima bahwa Markus ditulis dahulu karena hal itu bertentangan dengan keyakinan bapak-bapak gereja mula-mula dan tokoh-tokoh abad ke-18. Beberapa faktor penting yang harus diwaspadai ialah:
a.    Teori-teori di atas hanya menekankan aspek manusia saja dari Firman Allah dan aspek ilahi diabaikan secara total. Lihat Yohanes 14:26: janji Tuhan di ruang atas bahwa Ia akan mengingatkan mereka mengenai rincian-rincian ajaran-ajaran itu.
b.    Ada banyak saksi mata yang melihat dan mendengar pengajaran Yesus dan menyediakan informasi-informasi yang jelas dan dapat dipercaya (Luk.1:2-3).
c.    Para penulis memiliki pengetahuan orisinil dan sebagai saksi mata yang menyaksikan langsung segala peristiwa-peristiwa yang pernah dibuat oleh Yesus ketika Ia masih di bumi (Luk.1:3; 1Yohanes 1:1-3)
d.    Ada pula yang menulis sebagai peristiwa wahyu itu sendiri langsung dari Tuhan Yesus (Gal.1:11-12; Ef.3:3)


D.   PERSAMAAN INJIL SINOPTIK

Injil Matius, Markus dan Lukas disebut sebagai Injil Sinoptik karena dikenal akan unsur kesamaan di dalam cerita-cerita yang dituliskan dalam ketiga Injil tersebut. Beberapa hal yang menonjol dalam kitab Injil Sinoptik adalah:
Pertama,ketiga penulis mengkisahkan mengenai kisah kehidupan Yesus dari kelahiran sampai pada kenaikan ke sorga, di mana selalu menceritakan Yesus lebih unggul dari pada manusia mana pun dan dijadikan tolak ukur bagi manusia yang lainnya. Selain itu Tuhan Yesus juga ditegaskan sebagai manusia yang kudus, tidak bercela dan tidak ada benih dosa di dalam tubuh Yesus[6]. Yesus Kristus dikenal sebagai Pribadi yang memiliki sifat keAllahan dan juga memiliki sifat kemanusiaan. Dalam sisi kemanusiaan Yesus sekalipun lahir seperti layaknya manusia lain, namun Dia tidak memiliki benih dosa di dalam diriNya meskipun di kandung di rahim Maria yang adalah manusia berdosa.
Kedua, kisah mengenai pencobaan Tuhan Yesus di padang gurun setelah berpuasa 40 hari 40 malam dikisahkan dalam Injil Sinoptik. Setelah melewatimasa berpuasa Yesus merasa lapar dan saat itulah Iblis mencobai Tuhan Yesus. Memang ada perbedaan cara penceritaan khususnya dalam Injil Matius dan Injil Lukas.
Ketiga, dalam Injil Sinoptik banyak menyorot dari sisi misi Tuhan Yesus. Misi Yesus sebagai perhatian puncak dari para penulis Sinoptik. Ini menyangkut kehidupan, pekerjaan dan pelayanan Yesus selama di bumi sampai di salib. Salib merupakan titik utama pembicaraan Sinoptik yang menjelaskan mengenai karya penebusan yang dilakukan Kristus dengan sempurna dan karya ini mempengaruhi seluruh tulisan lain dalam Perjanjian Baru. Selib merupakan lambang kepahitan bagi kesempurnaan karya penebusan Yesus Kristus demi keselamatan umat manusia.



E.   RINGKASAN TEOLOGI INJIL SINOPTIK

Hanya ada tiga Injil yang disebut Injil Sinoptik, yaitu: Matius, Markus dan Lukas, sedangkan Injil Yohanes tidak termasuk. Meski Yohanes tidak termasuk Sinoptik, tetapi peristiwa-peristiwa yang dicatat oleh Yohanes adalah sama sekalipun terdapat unsur yang berbeda dengan Sinoptik, namun kisah kehidupan Tuhan Yesus dicatat dalam Yohanes maupun Sinoptik. Catatan tentang kehidupan Yesus agak sedikit dalam Yohanes sedangkan dalam Sinoptik hampir seluruh isinya bercerita tentang kehidupan Tuhan Yesus dari kelahiran sampai pada kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Yohanes lebih menekan pada pokok-pokok pengajaran yang disampaikan Tuhan Yesus. Unsur teologis lebih banyak dalam Yohanes, sedangkan dalam Sinoptik unsur biografis lebih diutamakan.

I.       INJIL MATIUS

Injil Matius merupakan Injil yang ditempatkan paling pertama dalam kitab Perjanjian Baru. Namun tidak berarti bahwa kitab Matius ditulis paling awal dari semua kitab Perjanjian Baru. Berdasarkan historisnya, kitab yang dianggap paling tertua dalam Perjanjian baru adalah kitab Yakobus yang ditulis tahun 48. Namun kitab Yakobus dianggap sebagai kitab termuda dalam kitab kanonisasi karena kitab Yakobus merupakan kitab yang diterima paling terakhir yakni kitab yang ke-27 karena teologinya bertentangan dengan teologi Paulus.
Dengan dasar inilah maka Injil Matius ditempatkan dalam kitab kanonisasi bukan berdasarkan pada tahun penulisan tetapi berdasarkan pada urutan cerita karena Injil Matius mengawwali ceritanya tentang kisah kelahiran Tuhan Yesus yang tidak terdapat dalam kitab-kitab Perjanjian Baru yang lain. Dan ini bukanlah persoalan, namun yang terpenting adalah kita tetap berpegang pada apa yang sudah ditetapkan dalam kitab kanonisasi karena itu tidak akan mempengaruhi akan keselamatan kita. Tema dalam kitab Injil Matius adalah Yesus sebagai Raja.

a.    Latar Belakang Injil Matius

Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar berita Perjanjian Baru dan “Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat.16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas kitab, kesaksian semua bapa-bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130) menyatakan dan menerima bahwa penulis Injil Matius adalah Matius sendiri, salah seorang murid Tuhan Yesus yang sebelumnya dikenal sebagai pemungut cukai.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi dan injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi, maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Matius lebih menekankan mengenai sifat ke-YahudianNya, sementara Yesus kita tahu keturunanNya datang dari garis keturunan Yusuf yang merupakan garis keturunan dari orang Yahudi. Latar belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam hal berikut ini:
ü  Ketergantungan pada penyataan, janji dan nubuat Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa Yesus Kristus memang Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
ü  Tentang garis keturunan dirunut dari Abraham (Mat.1:1-17)
ü  Pernyataannya yang berulang-ulang kali disebut bahwa Tuhan Yesus adalah “Anak Daud” (Mat.1:1; 9:27; 12:23; 15:22; 20:30-31; 21:9,15; 22:41-45).
ü  Penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti “Kerajaan Sorga” (yang searti dengan “Kerajaan Allah”) sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung.
ü  Petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).

Injil Matius pada hakekatnya ditujukan kepada orang Yahudi dan seluruh gereja pada waktu itu untuk menjadi catatan sejarah kehidupan Yesus. Injil juga diberikan kepada orang-orang percaya lainnya serta semua manusia umumnya (Mat.2:1-12; 8:11-12; 13:38; 21:43; 28:18-20).

b.    Penulis Kitab Injil Matius

Penulis kitab ini ialah Lewi juga disebut Matius seorang anak dari Alfius dan dikenal sebagai seorang yahudi yang telah dipilih oleh Tuhan Yesus sendiri(Mat.9:9; Mrk.2:14-15). Dalam Injil Markus dan Injil Lukas menyebutnya dengan ‘Lewi’. Matius rela meninggalkan segala pekerjaannya sebagai pemungut cukai dan tidak salah mengambil keputusan mengikut Yesus[7]. Orang yang pada saat itu berprofesi sebagai pemungut cukai sangatlah dibenci oleh masyarakat karena biasanya sebagai pemungut cukai mereka melakukan kecurangan dengan cara memungut pajak lebih dari apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pekerjaan sebagai pemungut cukai identik dengan pekerjaan berdosa (Luk.19:1-10 = kisah Zakheus).

c.    Tahun Penulisan

Injil Matius tidak diketahui dengan pasti kapan Matius menulis Injilnya untuk orang-orang Yahudi, tetapi diperkirakan bahwa Injil Matius ditulis pada tahun 50-70, sekalipun ini bersifat interpretasi saja[8]. Ketepatan tahun penulisan kitab Injil Matius menjelaskan bahwa Injil Matius ditulis sebelum runtuhnya kota Yerusalem tahun 70M.

d.    Penerima Injil Matius

Sasaran tulisan Matius adalah orang yahudi, yang memerlukan penjelasan mengapa Kerajaan Allah yang dinantikan di bumi belum juga tiba, karena Mesias sudah datang. Jadi Matius menulis Injil untuk menjelaskan tentang Raja dan Kerajaan Allah kepada khalayak Yahudi. Dalam Injil Matius 15:24 sangatlah jelas bahwa Injil tersebut diberikan atau dialamatkan kepada siapa. Dalam perkataan Tuhan Yesus yaitu “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” menunjukkan prioritas kedatangan Yesus bagi kalangan Israel, karena mereka itulah yang sedang menantikan Kerajaan bahagia, sebagaimana telah dijanjikan kepada mereka dari dahulu kala. Matius memakai kata “Kerajaan” sebanyak 50 kali di dalam penulisannya, dan kata ini merupakan kata kunci dalam Injil Matius[9].
Setelah janji itu ditawarkan dan diberikan kepada orang-orang Yahudi, namun secara nasional Yahudi menolak Mesias mereka. Setelah mereka menolak Dia, maka Yesus mulai membicarakan “jemaat-Ku”, seperti yang terdapat di dalam Matius 16:18 yang dalam bahasa Yunani disebut “ekklesia” yang mengandung pengertian “mereka yang dipanggil keluaar”, yakni mereka yang percaya kepada Dia dalam kerajaanNya nanti.
Dengan penolakan orang-orang Yahudi atas Mesias yang dijanjikan itu, maka Yesus berpaling kepada orang-orang kafir, dengan suatu program rahasia, yaitu mereka yang berada di luar garis keturunan Israel dan kasih karunia Allah telah terbuka bagi semua orang. Orang-orang Yahudi dianggap tidak layak menerima janji Allah, maka posisinya telah disamakan dan tidak dibendakan dengan non Yahudi. Pada dispensasi ini setiap orang yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat akan memperoleh kasih karunia dan hidup yang kekal.
Sejak orang Israel menolah Yesus sebagai Mesias dan Raja yang hendak mendirikan kerajaan di bumi, maka kesempatan diberikan kepada orang kafir dalam tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah. Semua manusia sama di mata Allah mendapatkan hak dan perlakuan yang sama.

e.    Tempat Penulisan

Injil Matius ditulis dalam bahasa Yunani dan walaupun banyak sekali ungkapan-ungkapan dan adat istiadat orang Yahudi dianggap telah dikenal, tetapi ada beberapa  ungkapan tradisi yang masih perlu penjelasan diantaranya 1:23; 27:33, 46. Selain Injil ini diutamakan untuk pembaca Yahudi, juga Injil inilah yang pertama-tama diterima, karena telah mendapat dukungan yang besar dari gereja pusat Yerusalem dan memiliki pengaruh yang cukup luas saat itu. Oleh karena itu disetujui bahwa kemungkinan besar surat Matius ini ditulis di kota Anthiokia.[10] Selain itujuga ada pendapat yang mengatakan bahwa Injil Matius sebelum diterjemahkan dalam bahasa Yunani terlebih dahulu dalam bahasa Aram.[11]

f.     Tujuan Penulisan

Matius tidak hanya asal-asalan dalam menulis Injilnya, tetapi Matius mempunyai tujuan tertentu di dalam kepenulisannya tersebut, antara lain:
à  Untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus Kristus di bumi.
à  Untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi Perjanjian Lama, yang sudah lama dinantikan.
à  Untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
à  Matius ingin memberikan penekanan khusus dan mengatakan bahwa hampir semua orang Israel menolak Yesus dan KerajaanNya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani bukan sebagai Mesias yang politis.
à  Matius ingin menegaskan bahwa hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaanNya sebagai Raja segala Raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.

g.    Ciri Khas Kitab Injil Sinoptik

Kekhasan Injil Matius yang merupakan suatu keunggulan yang disampaikan Matius kepada pembacanya yaitu orang-orang Yahudi sebagai penerima Injil Matius dan tujuan mereka dapat menerima Tuhan Yesus sebagai Raja yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama dan yang juga telah dinanti-nantikan oleh orang Yahudi.
Pertama, ciri khas yang berkaitan dengan lima ajaran Tuhan Yesus Kristus yang dimulai dari pasal 5-25 yakni berbicara mengenai khotbah Tuhan Yesus di atas bukit sampai kepada kisah mengenai ajaran yang berkaitan dengan peristiwa akan datang atau eskatologi (Mat.5:1-25:46) yang dijabarkan sebagai berikut:
·      Khotbah di bukit (Mat.5:1-7:29)
·      Pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (Mat.10:1-42).
·      Perumpamaan tentang Kerajaan Allah (Mat.13:1-30).
·      Sifat seorang murid sejati (Mat.18:1-35)
·      Ajaran di bukit Zaitun mengenai akhir zaman (Mat.24:1-25:46)
Kedua, ciri khas yang berhubungan dengan kisah mengenai kegiatan pelayanan dari masa pelayanan Tuhan Yesus sampai kepada kebangkitan Tuhan Yesus yang dijabarkan sebgai berikut:
·           Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat,  yang menegaskan tentang realitas Kerajaan itu (Mat.8:1-9:38).
·           Yesus memprtunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (Mat.11:1-12:50)
·           Pengumuman mengenai kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis dan problem (Mat.14:1-17:27).
·           Yesus berjalan masuk kota Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat.19:1-26:46).
·           Yesus Kristus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat.26:47-29:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab ini mencatat “Amanat Agung” Yesus yang merupakan misi terbesar Tuhan Yesus di bumi yang dipercayakan kepada 12 murid dan semua orang percaya pada masa kini.

h.    Sifat Khusus Injil Matius

Injil Matius merupakan Injil yang dikhususkan kepada orang Yahudi, oleh sebab itu nama Allah jarang ditemukan dalam Injil Matius. Matius ingin agar Injilnya dapat diterima baik di kalangan orang Yahudi, sehingga tulisan-tulisan yang terdapat di dalam Injil Matius tidak boleh bertentangan atau bertolak belakang dengan kebiasaan dan tradisi orang Yahudi. Jika tulisan ini dianggap bertolak belakang, maka Injil Matius memiliki sifat khusus yang tidak terdapat dan tidak terlalu ditekankan dalam kitab Injil-Injil lain, yakni:
Pertama, Matius dikenal sebagai Injil Pengajaran. Matius dikenal sebagai Injil pengajaran karena di dalam Injil tersebut Matius lebih menekankan mengenai pengajaran-pengajaran yang dilakukan oleh Yesus selama berada di dunia ini. Sekalipun kita tahu bahwa Injil-injil yang lain menuliskan hal yang sama, namun prosentasenya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Injil Matius. Sebagai contoh konkrit adalah mengenai Amanat Kristus dalam Injil Matius 28:16-20. Dalam Injil Matius perintah Yesus dijelaskan secara lengkap dan tidak dijelaskan dalam kitab-kitab Injil yang lain. Sekalipun ada tetapi tidak selengkap yang dijelaskan dalam Injil Matius. Disamping itu juga peristiwa mengenai keberadaan orang Majus yang datang dari Timur dengan tujuan untuk melihat bayi Yesus hanya dijelaskan dalam Injil Matius, sementara Injil-Injil yang lain tidak menjelaskannya (Mat.2:1-12).
Kedua, Matius adalah dikenal sebagai Injil jemaat. Istilah eklesia diambil dari bahasa Yunani yang memberi pengertian “jemaat” atau “gereja”. Kata ekklesia pertama kali muncul dalam Injil Matius 16:18 dan yang kedua muncul dalam Matius 18:17. Oleh sebab itu pondasi ekklesia mula-mula bukan dimulai dari pemikiran manusia, melainkan Tuhan Yesus sendiri. Yesus disebut sebagai Pendiri gereja permulaan karena kata ekklesia merupakan gagasan Tuhan Yesus pertama kali dipakai ketika memberi jawaban kepada Petrus mengenai siapakah Yesus yang sesungguhnya. Yesus mengatakan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu (Mat.16:18). Ini harus dipandang bahwa jemaat kerajaan yang Ia maksudkan, bukan jemaat gereja rahasia yang sekarang sedang berlangsung ini. Batu karang berarti menunjukkan kepada pengakuan Petrus yang kokoh dan benar mengenai siapakah Yesus sebenarnya. Sedangkan kata KemaatKu menunjukkan satu kemunitas manusia yang berada dalam satu persekutuan orang-orang yang telah dipanggil di dalam Tuhan Yesus Kristus. Itu berarti bahwa orang yang belum percaya kepada Yesus tidak dapat disebut dengan sebutan Jemaat Tuhan. berikut ini dijelaskan tiga hal berkaitan dengan ekklesia:
a.     Gereja berarti persekutuan orang-orang percaya
Maksud dari gereja adalah persekutuan orang-orang percaya untuuk menunjukan bahwa gereja fokus pada orang-orang yang secara khusus telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Orang yang belum percaya kepada Yesus secara pribadi, maka orang tersebut belum dapat dikatakan sebagai gereja (persekutuan orang-orang percaya). Kata GEREJA (orang percaya) merupakan atribut spesial yang tidak boleh disamakan dan diberikan kepada orang lain, selain mereka yang sungguh-sungguh telah mengalami regenerasi (kelahiran baru).
b.     Gereja berarti tempat berkumpul orang-orang percaya untuk beribadah
Pengertian dari gereja yang kedua adalah gereja berarti tempat berkumpulnya orang percaya untuk beribadah. Pengertian gereja yang kedua berbeda dengan pengertian gereja yang pertama, di mana pengertian gereja yang kedua lebih fokus kepada gedung atau bangunannya dan bukan manusianya. Tujuan dari pengertian gereja sebagai tempat berkumpulnya orang percaya tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah. Jika gereja tidak dijadikan sebagai tempat beribadah, maka gedung atau bangunan itu tidak dapat dikatakan sebagai gereja.
c.      Gereja berarti suatu wadah organisasi bagi orang-orang percaya
Pengertian gereja yang ketiga adalah gereja sebagai suatu wadah organisasi bagi orang-orang percaya. Pengertian ini lebih fokus kepada struktur  organisasi dengan tujuan agar setiap pengurus gereja tidak dapat mengambil alih fungsi tugas yang bukan tanggung jawabnya. Kita melihat bahwa gereja dalam pengertian organisasi seringkali mengalami keacauan karena setiap pengurus tidak dapat melakukan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan posisi atau jabatan yang dimilikinya.

Ketiga, Matius adalah Injil Kerajaan. Kelahiran Tuhan Yesus di bumi yang diceritakan dalam Injil Matius sudah menunjukkan satu jabatan yang disampaikan oleh orang Majus kepada Herodes. Mereka berkata kepada raja Herodes bahwa mereka sedang mencari Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan (Mat.2:2). Sejak kelahiran Yesus di dunia ini sekalipun masih bayi, namun jabatan Yesus sudah diketahui dan dikenalNya melalui pengakuan dari orang Majus. Di samping itu juga pengakuan Yesus sebagai Raja juga dijelaskan pada saat kematian Yesus di atas kayu salib yang mana sebuah tulisan yang dipasang oleh Pilatus yang berbunyi Outos estin Iesous O Basileias ton Ioudsion yang berarti Inilah Yesus Raja orang Yahudi itu (Mat.27:37). Jadi sebenarnya Tuhan Yesus bukan hanya ingin mendirikan suatu kerajaan di bumi secara fisik bagi orang Yahudi tetapi bagi kedamaian segenap alam semesta (tapi karena orang Yahudi menolaknya sehingga kerajaan itu sementara ditunda sampai Tuhan datang sebagai Raja di bumi untuk mendirikan kerajaanNya pada masa Millenium), dan Tuhan Yesus sendirilah yang menjadi Raja bagi orang Yahudi (namun orang Yahudi saat ini belum mau menerima Tuhan Yesus sebagai Raja dan orang Yahudi baru akan mengakui dan menerima Tuhan Yesus sebagai Raja pada masa Tribulasi). Penolakan orang Yahudi terhadap Tuhan Yesus sebagai Raja dan Mesias membuka kesempatan bagi bangsa non-Yahudi untuk secara rahasia menjalankan tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah (Rm.11; Ef.3).

i.      Tujuan Teologis

Pengharapan akan kedatangan Mesias oleh orang Yahudi begitu tinggi, sehingga Matius hendak meyakinkan orang Kristen Yahudi bahwa Mesias sejati, Anak Daud, sudah datang. Injil Matius menekankan keYahudian dari Mesias, sedangkan injil-injil lain menegaskan keMesiasan secara umum. Selain itu juga bahwa janji penyelamatan dan pembaharuan manusia seutuhnya ditegaskan dalam dua hal yaitu Pertama, Yesus Kristus yang memenuhi 3 fungsi jabatan utama yaitu Imam, Nabi dan Raja dalam diri Yesus Kristus ketika sebagai manusia. Semua manusia tidak pernah memiliki 3 fungsi jabatan utama selain satu-satunya yang hanya dimiliki di dalam diri Tuhan Yesus. Kedua, program Kerajaan Allah yang didirikan dengan Israel sebagai pusat tertunda karena penolakan Israel akan Raja. Walaupun tadinya ditawarkan kepada bangsa Israel tetapi telah tertunda sampai sesudah KKKK.



II.      INJIL MARKUS

Injil Markus merupakan Injil yang kedua setelah Injil Matius. Injil Markus ditempatkan pada urutan kedua berdasarkan pada pembagian dalam kitab kanonisasi. Tema dalam kitab Injil Markus memandang Yesus dari sisi pekerjaan Yesus yakni Yesus sebagai Hamba yang melayani (Mark.10:45). Oleh sebab itu injil Markus tidak pernah mencatat mengenai silsilah Tuhan Yesus, karena penekanan dalam Injil Markus hanya berfokus pada pekerjaan Yesus di bumi yakni datang sebagai hamba yang melayani dan bukan dilayani. Tetapi tidak berarti bahwa Yesus tidak perlu dihormati, Yesus layak dihormati, dihargai dan dilayani tetapi Tuhan tidak pernah ambisi untuk menerima semuanya dari manusia.

a.  Latar Belakang Injil Markus

Di antara keempat Injil, Injil Markus merupakan kisah yang paling singkat tentang “permulaan Injil tentang Yesus” (Mark.1:1). Sekalipuun nama nama penulis tidak disebutkan dalam kitab itu sendiri (termasuk Injil yang lain), dengan suara bulat gereja yang mula-mula memberikan kesaksian bahwa Yohanes Markus adalah penulis Injil ini. Ia dibesarkan di Yerusalem dan termasuk angkatan pertama orang Kristen (Kis.12:12). Markus memiliki kesempatan yang unik karena berhubungan dengan pelayanan tiga orang rasul Perjanjian Baru yaitu Paulus (Kis.13:1-13; Kol.4:10; Flp.1:24), Barnabas (Kis.15:39) dan Petrus (1Ptr.5:13), sehingga Markus tahu mengenai riwayat Kristus dan kegiatan-kegiatan kelompok Kristen yang mula-mula. Menurut Papias (sekitar 130M) dan beberapa Bapak Gereja abad kedua, Markus memperoleh isi Injilnya dari hubungannya dengan Petrus (Markus adalah juru bahasanya Petrus). Ia menulisnya di Roma untuk orang Romawi yang percaya. Sekalipun saat penulisan Injil ini tidak jelas, sebagian besar sarjana menetapkan tanggal penulisan Injil Markus sekitar 50-60 M; mungkin Injil ini yang pertama-tama ditulis sebelum kitab yang lain ditulis.

b.  Penulis Kitab Injil Markus

Injil Markus merupakan Injil yang ditulis oleh Markus. Markus adalah seorang yang bukan salah satu dari 12 murid Tuhan Yesus. Dalam KPR 12:12 dikatakan bahwa Markus adalah seorang penduduk kota Yerusalem yang rumahnya biasanya digunakan sebagai tempat orang berdoa. Markus juga dikenal sebagai rekan sekerja dari Simon Petrus (1Ptr.5:13). Markus juga adalah sepupu Barnabas yang pernah melayani bersama Barnabas (Kol.4:10). Markus juga dikenal sebagai mantan rekan sekerja rasul Paulus dan rasul-rasul di Yerusalem. Oleh sebab itu Markus itu dikenal sebagai pribadi yang sangat dekat dan mengenal rasul-rasul yang terkenal dan sudah berpengalaman di dalam pelayanan, dan kemungkinan besar Markus mendapat data dan informasi yang akurat dari mereka. dalam tahun 112 M, di mana Papias menyebut Markus sebagai juru bahasanya Petrus, oleh sebab itu Injil Markus menunjukkan bahwa khotbah Petrus merupakan garis besar riwayat Yesus Kristus yang diceritakan dengan lebih terperinci dalam Injil Markus.[12] Markus nama lengkapnya adalah Yohanes Markus yang adalah anak dari Maria yang juga adalah teman para rasul (Kis.12:12). Markus berasal dari keluarga yang cukup berada dan cukup terkenal, karena ibunya mempunyai rumah dan memelihara budak.[13] Markus merupakan keluarga yang cukup berada karena ibunya mempunyai para pekerja yang dipekerjakan untuk mengola usaha yang dijalankan oleh ibunya. Markus bukanlah orang yang miskin, sehingga semua kebutuhan yang diperlukan oleh Markus pasti terpenuhi dan tercukupkan.
Sekalipun Yohanes Markus bukan salah satu dari 12 murid Tuhan Yesus, namun Allah mempercayakan Markus untuk menulis salah satu dari kitab Injil-Injil untuk menyatakan akan kasih Allah yang sangat besar melalui cerita mengenai kisah kehidupan Tuhan Yesus mulai dari pembaptisan Yesus sampai kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Markus tidak pernah menulis Injil berdasarkan keinginannya sendiri, namun setiap kata yang ditulis dalam keadaan sadar dan Markus mendapat pengontrolan dari Roh Kudus yang memampukan Yohanes Markus untuk menulis setiap kebenaran-kebenaran Allah yang ditujukan kepada orang-orang bukan yahudi.

c.   Tahun Penulisan

Injil Markus diperkirakan ditulis ketika Petrus telah meninggal dunia. Ia menulisnya di Roma untuk orang Romawi yang percaya. Sekalipun saat penulisan Injil ini tidak jelas, sebagian besar sarjana menetapkan tanggal penulisan Injil Markus sekitar tahun 50-60 M. Mungkin Injil ini yang pertama-tama ditulis sebelum kitab yang lain di tulis. Dari beberapa keterangan di atas, maka ada beberapa fakta-fakta yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Markus dibesarkan dalam lingkungan keagamaan Yudaisme.
2.    Markus kemungkinan besar adalah saksi mata dari beberapa kejadian yang tercatat dalam Injil yang menyebutkan namanya.
3.    Markus adalah kawan sekerja dan kawan dekat para pemimpin apostolik (berhubungan dengan atau berdasarkan ajaran para rasul) dari gereja yang pertama, dan pasti sudah sangat memahami ajaran mereka mengenai Yesus, dan mengenai “kabar baik” yang mereka beritakan.
4.    Markus sendiri turut mengambil bagian dalam tugas pekabaran itu , dan telah menyaksikan awal berdirinya misi kepada bangsa lain, bukan Yahudi.
Kita harus ingat bahwa tahun penulisan mengalami perbedaan antara satu penulis dengan penulis yang lain, sehingga tidak dapat dipastikan tahun penulisan mana yang benar. Tapi satu hal yang perlu diketahui.bahwa semua pakar teologi setuju bahwa injil Markus ditulis sebelum tahun 70M. Hal ini didukung oleh J.A.T.Robinson yang berpendapat bahwa Injjil Markus ditulis sebelum tahun 70M yakni sebelum runtuhnya kota Yerusalem.

d.  Penerima Injil

Injil Markus tidak ditujukan kepada orang-orang Yahudi, namun Injil markus ditulis untuk ditujukan kepada orang-orang Romawi.[14] Markus menulis Injil ini didasarkan atas desakan dan dorongan para penggemar Petrus yang ada di Roma, dan Injil ini ditulis kemungkinan besar pada saat Petrus telah meninggal dunia. Menurut Tenney bukti-bukti internal yang diperoleh membuktikan bahwa orang Roma merupakan penerima Injil ini, karena perluasan Injil Markus memang disebarluaskan di Roma. Oleh karena itu tidak diragukan lagi bahwa Injil Markus tidak ditulis untuk orang Yahudi, tetapi ditulis untuk orang non Yahudi khususnya orang Kristen yang ada di Roma.

e.  Tempat Penulisan Injil Markus

Berdasarkkan dari beberapa keterangan yang menjelaskan bahwa tempat penulisan Injil Markus yaitu di Italia. Menurut Duyverman di dalam Injil ini juga paling banyak ditemukan kata-kata Latin seperti Dinar (6:37), Legion (5:9,15), Kodrantes (Lat.Quadran, Duit-12:42).

f.    Tujuan Penulisan Injil Markus

Pada tahun 60-an M, orang percaya diperlakukan secara kejam  oleh masyarakat dan banyak di antaranya  disiksa bahkan dibunuh di bawah pemerintahan kaisar Nero. Menurut tradisi, di antara para syahid Kristen di Roma itu terdapat rasul Petrus dan rasul Paulus. Selaku salah seorang pimpinan gereja di Roma, Yohanes Markus digerakan oleh Roh Kudus untuk menulis Injil ini. Orang sangat membutuhkan kekuatan dan penghiburan di kala sedang mengalami satu tekanan atau penderitaan yang dialaminya, oleh karena itu Markus hadir dengan Injilnya ini dengan beberapa tujuan sebagai berikut:
Pertama, sebagai suatu antisipasi yang bersifat nubuat atau tanggapan penggembalaan terhadap masa penganiayaan ini, sehingga orang-orang Kristen yang ada di Roma tetap kuat dan teguh imannya ketika penganiayaan itu datang.
Kedua, untuk memperkuat dasar iman dalam orang percaya di Roma, dan jikalau diperlukan, mendorong mereka untuk dengan setia menderita demi Injil, dengan memperhadapkan kepada mereka kehidupan, kematian serta kebangkitan Yesus, Tuhan mereka.

g.  Ciri Khas Injil Markus

Dalam Injil Markus ada empat citi khas utama yang dijelaskan oleh Markus sebagai berikut:
ü  Injil ini penuh kegiatan, yang lebih menekankan apa yang dilakukan Yesus daripada apa yang diajarkan oleh Yesus (ada catatan 18 mujizat Yesus dan empat perumpamaan dalam Markus).
ü  Injil ini khususnya untuk orang Romawi, serta menjelaskan adat istiadat Yahudi, meniadakan semua daftar keturunan Yahudi dan kisah kelahiran Tuhan Yesus Kristus, penggunaan istilah Latin dan menterjemhkan kata-kata dalam bahasa Aram.
ü  Injil ini bernada mendesak, dimulai dengan tiba-tiba dan bergerak dengan cepat dari episode yang satu kepada episode yang lain, dengan menggunakan 42 kali kata keterangan Yunani yang diterjemahkan dengan “seketika itu juga.”
ü  Injil ini ditulis dengan hidup, seraya menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus dengan ringkas dan tepat, dengan gamblang dan dengan keahlian dari seorang pujangga.

h.  Sifat Khusus Injil Markus

Markus menekankan bahwa Anak Manusia (Yesus Kristus) datang bukan untuk dilayani melaikan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (10:45). Sifat melayani bagi Markus merupakan satu pekerjaan Tuhan Yesus selama berada dalam dunia ini, maka dengan dasar inilah yang menjadi sifat khusus yang ingin ditonjolkan oleh Markus dalam Injilnya yang dijelaskan sebagai berikut:
1.    Kelahiran Tuhan Yesus tidak disebutkan sama sekali, karena keturunan seorang hamba tidak penting; lain halnya dengan keturunan raja seperti Injil Matius yang menekankan Yesus sebagai Raja dan Injil Lukas menekankan Tuhan Yesus sebagai Anak Manusia.
2.    Tidak ada keterangan mengenai orang-orang Majus, karena bagi seorang hamba tidak perlu ditujukan penghormatanNya.
3.    Tidak ada keterangan mengenai khotbah Tuhan Yesus di atas bukit yang pernah disebut sebagai pengumuman Kerajaan Allah, karena seorang hamba tidak memerintah.
4.    Markus tidak memakai gelar seperti Matius- “Raja, Immanuel dsb”, melainkan ia hanya memanggil Yesus “Guru” (4:38)

i.    Tujuan Teologis

Markus ketika menulis Injilnya kepada orang non Yahudi khususnya kepada orang Kristen yang ada di roma mengenai doktrin teologis yang terdapat di dalam Injilnya menjelaskan hal berikut:
1.    Dalam Markus doktrin teologis yang paling ditonjolkan oleh Markus adalah mengenai pekerjaan Yesus sebagai Hamba yang merendahkan diri datang ke dalam dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Tuhan Yesus Kristus satu-satunya teladan yang patut dicontohi dalam kehidupan orang percaya masa kini yang tidak mau menyombongkan diriNya, sekalipun Tuhan Yesus adalah Allah sendiri yang mengambil rupa seorang Hamba yang melayani dunia ini (10:45).
2.    Dosa telah membuat manusia menjadi seteru dengan Allah, oleh sebab itu Tuhan Yesus datang untuk mendamaikan manusia dengan Allah oleh diriNya dengan cara mati di atas kayu salib. Kehadiran Tuhan Yesus di dunia ini bukan hanya ingin melayani, tetapi Tuhan Yesus juga memberikan nyawaNya  menjadi tebusan bagi orang berdosa (10:45). Salib adalah cara Allah untuk menyelesaikan permusuhan antara manusia dengan Allah. Sekalipun salib adalah lambang kepahitan dan murka Allah, namun dengan salib itulah Allah menuangkan murkaNya demi penebusan manusia yang berdosa. Yesus harus melalui jalan viadolorosa yaitu jalan salib sebagai satu-satunya cara untuk memuaskan hati Allah sebagai jaminan keselamatan manusia yang berdosa.





III.    INJIL LUKAS

Lukas adalah seorang yang bukan dikenal sebagai salah satu dari 12 murid Tuhan Yesus Kristus. Lukas juga bukan seorang yang berprofesi sebagai seorang rasul atau sebagai pelayan Tuhan. Lukas dikenal di kalangan masyarakat non Yahudi sebagai seorang tabib (dokter) yang kemudian dipakai Tuhan untuk menulis 2 kitab dalam Perjanjian Baru yakni Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Lukas dipercayakan oleh Allah dan dipakai sebagai penulis untuk menyatakan kebenaran-kebenaran Allah bagi para pembaca non Yahudi. Setiap kata yang ditulis oleh Lukas tidak didasarkan dari keinginan diri sendiri, tetapi semua ditulis oleh Lukas dalam keadaan sadar dan di bawah pimpinan dan pengontrolan Roh Kudus, sehingga tidak ada satu kata yang ditulis menyimpang dari kebenaran Firman Allah sesuai dengan kehendak Allah dalam naskah aslinya. Lukas tidak punya kelebihan dari yang lain, namun Lukas dipercayakan oleh Allah berdasarkan pada kasih karunia Allah semata, Allah tidak pernah salah pilih dan tidak pernah kecewa dengan pilihan dan ketetapan Allah untuk memakai Lukas ebagai penulis 2 kitab dalam Perjanjian Baru.

a.    LataR Belakang Injil Lukas

Injil Lukas adalah kitab pertama dari dua kitab yang ditulis Lukas yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Luk.1:1-3; Kis.1:1). Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menuliskan kedua kitab itu. Tema dalam Injil Lukas adalah Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan manusiawi. Rupanya Lukas adalah seorang petobat Yunani satu-satunya orang bukan Yahudi yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh Kudus mendorong Lukas untuk menulis kepada Teofilus (artinya: seorang yang mengasihi Allah) guna memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri atas dua bagian antara lain: Pertama, kelahiran, kehidupan dan pelayanan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus (Injil Lukas). Kedua, pencurahan Roh di Yerusalem dan perkembangan selanjutnya dari gereja mula-mula (KPR). Kedua kitab ini merupakan lebih dari seperempat bagian dari seluruh Perjanjian Baru.
Dari surat-surat Paulus, kita mengetahui bahwa Lukas adalah seorang saudara “yang kekasih ..... seorang dokter” (Kol.4:14) dan seorang rekan kerja Paulus yang setia (2Tim.4:11; Flm.1:24). Dari penulisan Lukas sendiri kita mengetahui bahwa ia seorang yang berpendidikan tinggi, penulis yang trampil, sejarawan yang teliti dan teolog yang diilhami. Ketika ia menulis Injilnya kemungkinan gereja non Yahudi belum memiliki Injil yang lengkap atau yang tesebar meluas mengenai Yesus. Matius menulis Injilnya pertama-tama bagi orang Yahudi, sedangkan Markus menulis Injil yang singkat bagi gereja di Roma. Orang percaya non Yahudi yang berbahasa Yunani memang memiliki kisah-kisah lisan mengenai Yesus yang diceritakan oleh para saksi mata, juga intisari yang tertulis pendek tapi tidak merupakan suatu Injil yang lengkap dan sistematis (1:1-4). Jadi, Lukas mulai menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama “dari asal mulanya” (1:3). Barangkali ia mengerjakan penelitiannya di Palestina sementara Paulus berada di penjara di Kaisarea (Kis.21:17; 23:23-26:32), dan menyelesaikan Injilnya menjelang akhir masa itu atau segera setelah ia tiba di Roma bersama dengan Paulus (Kis.28:16).

b.    Penulis Injil Lukas

Menurut tradisi pada abad ke-2 M dan juga berdasarkan kanon Muratori, para tokoh-tokoh gereja seperti Ireneus, Origenes dan Clement dari Aleksandria semua menyatakan bahwa Lukas sebagai penulis kitab Injil Lukas ini dan juga Kitab Kisah Para Rasul. Meskipun dalam Injil Lukas penulis tidak mencantumkan identitas diri penulis, tetapi para tokoh gereja telah menyepakati bahwa Lukaslah yang benar-benar menulis Injil ketiga dari Injil-Injil Sinoptik (Drane, 211). Lukas adalah dokter dan teman seperjalanan dalam pelayanan Rasul Paulus. Kanonisasi juha mengakui Lukas sebagai penulis Injil Lukas.
Lukas adalah seorang yang berpendidikan tinggi, sehingga dia menulis Injil ini dengan cara spesifik dan khas yang menarik perhatian orang Yunani Kristen. Dokter Lukas membuka Injilnya dengan urutan silsilah dari masa Adam, bukan dari masa Abraham, yaitu orang Ibrani dari bangsa pilihan Allah yang pertama. Hal ini menunjukkan arti bahwa keselamatan dalam Kristus juga diperuntukan bagi orang-orang bukan Yahudi. Lukas sama seperti Markus yang menulis Injilnya yang latarbelakangnya bukan salah satu dari 12 murid Tuhan Yesus. Lukas adalah seorang tabib (Kol.4:14) dan seorang rekan sekerja rasul Paulus (Fil.1:24). Injil Lukas sangat digemari dan disenangi banyak orang karena Injil Lukas mengisahkan tentang kehidupan yang tidak bercela.

c.    Tahun Penulisan Lukas

Berdasarkan hasil dari pencarian keterangan mengenai tahun penulisan Injil Lukas ini belum dapat dipastikan dengan jelas kapan Lukas menyelesaikan kitab Injilnya. Oleh karena itu ada pendapat bahwa ia memasukkan dalam kitabnya sendiri bahan-bahan dari Injil Markus. Ketika Lukas menulis teks akhirnya kitabnya itu setelah Injil Markus selesai ditulis dan diedarkan. Jadi waktu yang diberikan kepada Lukas sedikit banyak bergantung pada waktu yang diberikan kepada Markus.
Memang kita harus mengakui bahwa tidak ada kesepakatan di antara para teolog mengenai kepastian kapan Injil ini ditulis. Namun hal yang perlu diingat bahwa semua teolog setuju dan sepakat bahwa ketiga Injil ini ditulis sebelum runtuhnya kota Yerusalem sekitar tahun 70M.

d.    Penerima Injil Lukas

Lukas dalam menulis Injilnya jelas tidak ditujukan kepada orang Yahudi, tetapi Lukas menuliskan Injilnya kepada orang non Yahudi yakni orang-orang Kristen Yunani dan orang-orang Kristen Roma. Salah satu tokoh yang terkenal yakni Teofilus. Teofilus adalah seorang petobat dari Yunani yang menjadi orang Kristen pertama di kalangan Yunani (Luk.1:1; Kis.1:1)
Lukas sekalipun berprofesi sebagai dokter, namun dia pernah ikut bersama rasul Paulus dalam perjalanan penginjilan yang ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi. Dengan pengalaman inilah maka Injil Lukas ini difokuskan kepada orang-orang bukan Yahudi sebagai penerima Injil Lukas, yakni orang-orang Kristen Yunani dan orang-orang Kristen Roma. Lukas sekalipun tidak dididik secara langsung oleh Tuhan Yesus seperti 12 murid lainnya, namun Lukas mendapat banyak informasi dan pengalaman melalui perjalanan penginjilan bersama rasul Paulus. Rasul Paulus dikenal sebagai murid yang terakhir ketika rasul Paulus berjumpa langsung dengan Tuhan Yesus saat hendak ke Damsyik.
Pengalaman Lukas dengan Paulus yang membuat Lukas semakin memiliki data dan informasi yang sangat akurat, karena dalam Injil Lukas dikatakan bahwa Lukas menyelidiki segala peristiwa dan data yang diperoleh dengan seksama dari mulanya dan Lukas mengambil keputusan untuk membukukannya secara teratur dan baik sehingga apa yang ditulisnya itu adalah benar dan bukan hasil karangan dan rekayasa Lukas sendiri (Luk.1:1-4). Bagi Lukas informasi yang diperoleh dari rasul Paulus merupakan data yang akurat, karena rasul Paulus merupakan pribadi yang sangat dipakai Allah dan dipercayakan oleh Allah untuk menulis 14 surat dalam Perjanjian Baru.

e.    Tempat Penulisan Injil Lukas

Tidak ada petunjuk di dalam Injil Lukas ini tentang tempat penulisannya. Kemungkinan besar ia menulis kitab ini di luar Palestina, meskipun ada kemungkinan ia disusun di Kaisarea. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa mungkin Lukas menulisnya di Roma, ada juga yang mengatakan di Kaisarea, Akhaya, Asia Kecil dan juga di Aleksandria. Semua pendapat tersebut masih bersifat interpretasi. Tidak ada satu tradisipun yang pasti mengenai tempat asal penulisan Injil Lukas. Yang jelas dia ditulis di suatu tempat di wilayah Helenis oleh seorang yang bekerja di antara umat asing orang-orang bukan Yahudi (Tenney,220). Tidak ada pakar yang memastikan mengenai tempat penulisan Injil Lukas.

f.     Tujuan Penulisan Injil Lukas

Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna menyediakan suatu catatan yang lengkap dan cermat “tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat” (Kis.1:1-2). Lukas yang menulis dengan ilham Roh Kudus, menginginkan agar Teofilus dan para petobat bukan Yahudi serta orang-orang lain yang ingin mengetahui kebenaran akan mengetahui dengan pasti kebenaran yang tepat yang telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Luk.1:3-4). Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab Injil ini; misalnya, ia merunut silsilah Yesus sebagai manusia sampai kepada Adam (Luk.3:23-38) dan tidak hanya sampai Abraham seperti yang dilakukan oleh Matius (bdk. Mat.1:1-17). Dalam kitab Lukas, Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang Ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan.

g.    Ciri khas Injil Lukas

Ada delapan penekanan yang utama yang terdapat dalam Injil Lukas sebagai ciri khas lain di antara kitab Injil-Injil yang dijelaskan sebagai berikut:
1.     Injil Lukas adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa di dalam kehidupan Tuhan Yesus sejak menjelang kelahiran sampai kenaikanNya ke sorga.
2.     Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata yang kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali. Ini membuktikan bahwa si penulis ini adalah orang yang terpelajar dan yang memiliki pendidikan yang tinggi.
3.     Lukas menekankan cakupan universal dari Injilnya bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan bagi sema orang, baik orang Yahudi maupun bagi orang bukan Yahudi.
4.     Perhatian Yesus terhadap orang yang serba kekurangan ditekankan, termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin dan kelompok marginal lainnya.
5.     Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran tentang doa.
6.     Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah “Anak Manusia.”
7.     Tanggapan sukacita menandai mereka yang menerima Yesus dan beritaNya.
8.     Roh Kudus diberikan sebagai peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan orang percayaNya (bdk. Luk.1:15,41,67; 2:25-27; 4:1,14,18; 10:21; 12:12; 24:49).

h.    Perbedaan Injil Lukas Dengan Injil yang Lainnya

Perbedaan yang terdapat dalam Injil Lukas dengan Injil-Injil merupakan satu kelebihan yang diceritakan oleh Lukas dalam Injil yang melihat Tuhan Yesus dari sisi kemanusiaanNya. Beberapa hal yang dijelaskan dalam Injil Lukas ini tidak ditemukan dalam Injil Matius, Injil Markus maupun Yohanes. Perbedaan ini hanya dilihat dari sisi kemanusiaan Yesus, karena memang Lukas lebih menekankan kepada Yesus sebagai Anak Manusia daripada menekankan dari sisi kedudukan Yesus sebagai Raja seperti dijelaskan dalam Injil Markus dan melihat Yesus sebagai Anak Allah yang dijelaskan dalam Injil Yohanes. Perbedaan ini meunjukkan kepada para pembacanya bahwa Lukas hanya menceritakan Yesus sebagai penekanannya dilihat dari sisi kemanusiaan yang dijabarkan sebagai berikut:
Pertama, Injil Lukas dikenal sebagai Injil yang terlengkap dalam menjelaskan mengenai kisah kehidupan Yesus sejak kelahiran sampai kepada kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Mengapa dikatakan bahwa Injil Lukas berbeda dengan Injil-injil yang lain, karena hanya dalam Injil Lukas saja yang menceritakan mengenai masa kanak-kanak Yesus pada sekitar usia 12 tahun. Lukas menceritakan bahwa pada waktu itu Yesus bersama dengan kedua orang tuanya pergi ke Yerusalem untuk mengadakan pesta hari raya, dan setelah selesai mereka pulang, tetapi Yesus tertinggal di Yerusalem tanpa diketahui oleh orangtuaNya, tiga hari kemudian baru orang tuaNya menemukan Yesus sedang berada dalam Bait Allah sedang bersama-sama dengan para alim ulama sedang berdiskusi, dan mereka semua kagum dan heran mendengar kecerdasan yang dimiliki Yesus (Luk.2:41-52).
Kedua, selain itu juga dikatakan bahwa dalam Injil Lukas di mana Lukas menceritakan mengenai permulaan Tuhan Yesus saat memulai pekerjaanNya setelah Dia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan. Lukas mencatat bahwa pada waktu itu Tuhan Yesus kira-kira berumur 30 tahun (3:23). Dalam Injil Matius dan Injil Markus tidak pernah mencatat mengenai berapa usia Tuhan Yesus pada saat memulai pelayananNya setelah selesai dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan. Bagi Matius dan Markus itu mungkin tidak terlalu penting karena penekanan dari kedua Injil ini berbeda dengan Injil Lukas yang memang menekankan Tuhan Yesus dari sisi kemanusiaan, sehingga bagi Lukas umur Tuhan Yesus saat memulai pekerjaanNya sangatlah penting untuk dicatat agar para pembacanya tahu mengenai kapan Tuhan Yesus memulai pelayananNya.
Ketiga, di samping itu juga Lukas menceritakan mengenai kisah pencobaan Tuhan Yesus di padang gurun secara lengkap dibandingkan dengan Injil Matius dan Injil Markus. Di mana Lukas menjelaskan bahwa sebelum Yesus dicobai oleh Iblis, Tuhan Yesus terlebih dahulu telah dipenuhi dengan Roh Kudus (Luk.4:1). Dan juga menjelaskan bahwa iblis tidak akan diam dengan kekalahan yang baru saja dialaminya ketika tidak berhasil mencobai Tuhan Yesus. Lukas berkata bahwa Iblis akan mencari waktu yang tepat lagi untuk mencobai Tuhan Yesus. Kisah ini tidak sempat diceritakan oleh Matius dan Markus.
Keempat, kemudian dalam Injil Lukas dijelaskan bahwa Yesus tidak hanya mengutus 12 murid, tetapi juga pernah mengutus 70 murid yang diutus berdua-dua untuk pergi memberitakan Injil Kerajaan (Luk.10:1-12). Tujuan Tuhan Yesus mengutus dua-dua orang dengan tujuan agar di dalam pelayanan penginjilan mereka saling menopang dan saling mendukung satu dengan yang lain dalam melayani. Saling menopang dalam pelayanan merupakan satu hal yang penting, seperti pengalaman rasul Paulus dan Barnabas yang dikenal sebagai tim yang sukses dan berhasil dalam pelayanan, karena banyak membawa orang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi mereka.
Kelima, megenai peristiwa di taman getsemani di mana sebelum Tuhan Yesus ditangkap. Sekalipun Injil Matius dan Markus mencatatnya namun ada satu hal penting yang tidak diceritakan dalam Injil Matius dan Markus yaitu berkaitan dengan ketakutan yang dirasakan oleh Tuhan Yesus saat menghadapi cawan kepahitan. Dalam Injil Lukas dijelaskan bahwa ketika Tuhan Yesus mengalami ketakutan Ia semakin bersungguh-sungguh berdoa dan peluhNya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah (Luk.22:44). Ladd berkata bahwa Tuhan Yesus ada dalam ketakutan yang luar biasa (Ladd,TPB1,253). Tuhan Yesus bukan tidak berani menghadapi cawan, namun secara manusia Yesus merasa bahwa murka Allah yang akan ditimpakan kepadaNya terasa terlalu berat, tetapi Yesus tetap berkata: biarlah semua terjadi bukan karena kehendakNya namun semua itu diserahkan sepenuhnya kepada Bapa yang telah mengutus Dia untuk mengerjakan pekerjaan Bapa di dunia ini. Allah menuangkan murkaNya melalui salib yang akan diterima oleh Tuhan Yesus sebagai penyelesaian dosa yang dilakukan oleh manusia terhadap Allah.

i.      Tujuan Teologis Injil Lukas

Dalam Injil Lukas penekanan yang disampaikan oleh Lukas kepada orang kristen non Yahhudi dimana Lukas melihat Tuhan Yesus dari sisi kemanusiaanNya. Yesus dikenal sebagai Allah sejati, tetapi di sisi lain Lukas menekankan bahwa Yesus juga adalah manusia sejati yang sama dengan kita, tetapi satu hal yang tidak dipunyai oleh Tuhan Yesus adalah dosa. Lukas menjelaskan bahwa kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini bukan hanya kepada orang-orang Yahudi, tetapi untuk semua orang termasuk orang Yunani dan orang Romawi dan semua orang kafir yang berada di luar Yahudi. Lukas menulis Injil bagi orang-orang yang terbuang, sehingga dia mencatat tentang pemungut cukai yang berdosa (18:10-14), Zakheus orang pendek pemungut cukai yang dikucilkan masyarakat (Luk.19:1-10). Mengapa Lukas berkata Injilnya berpadanan dengan orang yang terbuang? Sebab bagi orang Yahudi semua orang di luar Yahudi adalah orang kafir, orang yang tidak berhak untuk mendapatkan kasih karunia Allah, orang yang dikucilkan di kalangan orang Yahudi, itu sebabnya orang Yahudi jarang dan tidak mau bergaul dengan orang-orang non Yahudi karena dianggap kafir dan najis.
Selain itu juga Lukas menekankan mengenai kehidupan yang kekal. Lukas berkata bahwa tujuan Tuhan Yesus datang ke dalam dunia tidak lain ingin mencari dan menyelamatkan orang berdosa (19:10). Dosa sebagai penyebab terbesar manusia kehilangan kemuliaan Allah dan konsekuensinya menusia pasti akan mengalami keterpurukan dalam hidupnya. Dosa membuat manusia semakin jauh dan terpisah dengan Allah. Oleh sebab itu Allah mengutus Yesus ke dalam dunia dengan tujuan untuk mencari dan menyelamatkan setiap orang yang terhilang akibat dosa untuk diperdamaikan kembali dengan Allah, supaya manusia tidak turut dihukum melainkan memperoleh hidup yang kekaln(Yoh.3:16; 14:6; Kis.4:12).
Ketiga Injil Sinoptik memandang Allah sebagai Oknum yang Esa tetapi memiliki tiga Pribadi yang berbeda yakni Bapa, Anak dan Roh Kudus seperti dijelaskan dalam bagan di bawah ini:

>>by:FR<<



DAFTAR PUSTAKA


Alkitab. Jakarta: Lembaga Lakitab Indonesia, 2005.

Chapman, Adina. Pengantar Perjanjian baru. Bandung: Kalam Hidup, 1993.

Douglas, J.D. Peny. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini I. Disunting oleh FF Bruce, diterjemahkan oleh JM Pattiasina. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1999.

Drane, Jhon. Memahami Perjanjian Baru. Diterjemahkan oleh P.G. Katoppo. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.

Dunnett, Walter M. Pengantar Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, t.t.

Duyverman, M.E. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992.

Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian baru I. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998.

____________. Teologi Perjanjian baru II. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998.

Ladd, George Eldon. Teologi Perjanjian Baru I. Bandung: Kalam Hidup, 1999.

Pasaribu, Marulak. Diktat Teologi PB I. Solo: STT Berita Hidup, t.t.

Stamps, Donald C. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas, 1996.

Tenney, Merrill C. Survey Perjanian Baru. Malang: Gandum Mas, 1993.




[1] Merril C. Tenney, Survey Perjanjian Baru (Malang, Gandum Mas, 1993), 171.
[2] Tenney, Survey Perjanjian Baru, 174.
[3] J.D. Douglas, peny., ensiklopedi Alkitab Masa Kini, peny., F.F. Bruce., pen., J.M. Pattiasina (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1999), 1: 438-439.
[4] Marulak Pasaribu, Diktat: Teologi Perjanjian Baru I (Surakarta: STT Berita Hidup, t.t), 36.
[5] Federans Randa, Diktat Kuliah: Pembimbing Teologi Sistematika (Surakarta: Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup, 2007), 26.
[6] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru (jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), I:149.
[7] Adina Chapman, Pengantar Perjanjian Baru (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 12
[8] Tenney, Survey Perjanjian Baru, 185.
[9] Chapman, Pengantar Perjanjian Baru, 15.
[10] Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, 15.
[11] Tenney, Survey Perjanjian baru,183.
[12] Walter M. Dunnet, Pengantar Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, t.t), 19.
[13] Tenney, Survei Perjanjian Baru, 197.
[14] Chapman, Perjanjian Baru, 28

Tidak ada komentar:

DOKTRIN KRISTUS (KRISTOLOGI)

PANDANGAN KONTEMPORER TENTANG KRIST US A.       Ebionisme: “Yesus manusia biasa, diangkat menjadi Mesias karena kesalehan.” Go...