EKSPOSISI INJIL-INJIL
Kitab Injil-injil merupakan kitab
yang terdiri dari Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes.
Keempat kitab Injil ini secara khusus menceriterakan mengenai kisah kehidupan
Tuhan Yesus Kristus dari kelahiran sampai kepada kenaikan ke sorga. Namun dari
keempat kitab Injil tersebut terdapat kitab yang digolongkan atau dinamakan
dengan kitab Injil Sinoptik.
A.
PENDAHULUAN
Kata Sinoptik berasal
dari dua kata istilah dalam bahasa Yunani yakni “sin” yang berarti bersama
dan “optanomai” yang berarti melihat.”[1]
Dari pengertian tersebut maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan istilah Injil Sinoptik
adalah, penulis menceriterakan mengenai kisah
kehidupan Yesus Kristus dari sudut pandang cerita yang sama. Dalam hal ini Injil
yang dimaksudkan ialah Matius, Markus dan Lukas, sebagai suatu kemiripan yang
harus dilihat secara bersama-sama. Ketiga kitab ini diakui bahwa pada waktu
menulis ini mereka tidak duduk bersama-sama untuk menuliskan kitabnya
masing-masing, juga dilihat dari waktu penulisan tidaklah mungkin mereka duduk
bersama lalu menulis kitab masing-masing. Jika terdapat kesamaan di dalam
penulisan tersebut, itu tidak berarti bahwa penulisnya hebat, bukan pula karena
ada kerjasama, dan bukan pula saling copy
dan kutip satu dengan yang lainnya, tetapi semuanya terjadi atas dorongan dan
tuntunan daripada Roh Kudus melalui pengilhamanNya kepada penulis
masing-masing, sehingga tidak terdapat suatu kesalahan di dalam penulisannya.
Problematika ini sering diperdebatkan banyak pakar teologi, sehingga beberapa
tidak dapat menerima kebenaran dari sisi akal dan logika manusia. Bahkan muncul
berbagai pandangan mengenai pendapat atau teori-teori yang ingin menjelaskan
mengenai keakuratan dari ketiga Injil tersebut. Sebagai contoh yang dapat kita
lihat dalam Alkitab yakni mengenai peristiwa Yesus menyembuhkan ibu mertua
Petrus dan orang lain yang diceritakan dalam ketiga Injil Matius, Injil Markus
dan Injil Lukas (Mat.8:14-17; Mrk.1:29-34; Luk.4:38-41). Cerita ini kalau
diperhatikan baik-baik menceritakan mengenai suatu peristiwa yang sama yang
dilakukan Yesus terhadap ibu mertua dari Simon Petrus. Pertanyaannya adalah:
apakah ketiga-tiganya saling mengcopy satu dengan yang lain? Jawabannya:
peristiwa ini diceritakan dari tempat yang terpisah namun bila terdapat suatu
kesamaan cerita ini bukanlah suatu kebetulan, tetapi semuanya terjadi oleh
karena pekerjaan Roh Kudus memakai ketiga penulis ini untuk menceritakan suatu
peristiwa yang sama.
Banyak sisi manusia
tidak dapat memahami dan mengerti mengenai cara berpikir Allah dalam dunia ini,
sehingga problematika yang terjadi dalam kitab Injil sinoptik bukanlah suatu
pekerjaan yang sulit bagi Allah untuk memakai ketiga penulis yakin Matius
(salah satu dari 12 murid yesus), Markus (teman sekerja Paulus & Barnabas)
dan Lukas (seorang dokter, rekan Paulus) untuk menuliskan mengenai suatu
kebenaran dari tempat yang berbeda, dalam situasi yang berbeda dan dari tingkat
kehidupan yang berbeda, namun isinya banyak ditemukan unsur kesamaan dalam
setiap cerita yang ditulis oleh ketiga penulis tersebut. Setiap kita harus
ingat bahwa Allah menciptakan alam semesta ini dari sesuatu yang tidak ada
menjadi ada dan itu dilakukanNya dengan cara bersabda dan berfirman.
Dalam mengembangkan
teologi Injil Sinoptik, sudut pandang penulis perlu diperhatikan.
Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat menjadi penuntun:
ü
Kepada
siapakah Injil-Injil itu ditujukan?
ü
Mengapa
para penginjil itu menulis Injil mereka?
ü
Apa
motivasi mereka menulis Injil mereka?
ü
Dari
manakah latar belakang di penulis?
ü
Apakah
tekanan spesifik dan ciri khas setiap penulis?
ü
Apakah
tema khusus setiap buku?
ü
Dari
manakah mereka mendapatkan sumber-sumber tersebut?
ü
Kapankah
penulis ini menulis kitabnya masing-masing?
Jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan ini dalam studi Teologi Alkitab atau Hermeneutik dalam
menentukan suatu pemahaman dari aspek teologi yang diprioritaskan masing-masing
penulis. Jadi Teologi Alkitab tergantung pada pikiran yang diperlihatkan
penulis tanpa penulis secara benar dan akurat tanpa salah sedikitpun dalam teks
asli. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembimbing ke dalam buku-buku tersebut
diperhatikan lebih dalam seperti penulis, para pembaca, tahun, gaya, sifat, isi
dan tujuan.
B.
PROBLEMATIKA
INJIL SINOPTIK
Masalah yang terdapat
dalam Injil-injil Sinoptik adalah berkaitan dengan masalah perbedaan dan
kesamaan dari beberapa cerita yang terdapat dalam ketiga Injil tersebut yang
masih banyak orang belum dapat menerimanya berdasarkan sudut pandang logika dan
rasio. Memang harus diakui bahwa hal ini bukanlah suatu hal yang mudah dan
gampang untuk menerima semua hal yang dibaca dan diketahui dalam Alkitab. Kita
seringkali tidak mengerti mengapa semua ini bisa terjadi tanpa memiliki suatu
hubungan dan kerjasama yang baik dalam mencari data, menyusun dan mengolah
sampai kepada menghasilkan suatu cerita yang memiliki kemiripannya yang akurat
dan benar.
Masalah dalam injil
Sinoptik jangan dipandang sebagai suatu masalah yang akhirnya membuat
ketidakpercayaan terhadap semua cerita yang terdapat dalam Injil Sinoptik
tersebut. Kita bisa menggunakan berbagai pendekatan yang dapat menolong kita
untuk tidak menjadikan masalah sebagai akhir dari segala kepercayaan yang kita
miliki sehingga membuat kita berhenti sampai disitu. Pendekatan-pendekatan yang
dapat kita lakukan ada dua hal yakni pendekatan ilmuwan dan pendekatan
biblikal. Dalam pendekatan ilmuwan ada 4 teori yang dapat kita pakai sebagai
bahan pendekatan untuk mendapat informasi yang diperlukan untuk menemukan dan
memecahkan problematika yang terdapat dalam Injil Sinoptik dan 1 teori yang
dapat kita pakai sebagai pendekatan akurat untuk meyakini manusia mengenai
masalah dalam Injil Sinoptik.
1.
Pendekatan Ilmuwan
Masalah dalam Injil
Sinoptik di mana kita dapat melihat dan mempelajarinya melalui pendekatan
ilmuwan. Artinya bahwa semua problematika Injil Sinoptik ini dilihat dan
didasarkan dari sudut pandang keilmuwan yang dijelaskan oleh pakar teolog, yang
memang sampai saat ini pendekatan ilmuwan belum dapat diterima secara utuh yang
mampu memberikan kepuasan bagi banyak orang. Kita harus akui bahwa sekalipun
problematika Injil Sinoptik dicari titik persoalannya melalui pendekatan
ilmuwan namun tidak berarti bahwa kesemuanya itu dapat dibuktikan secara benar
berdasarkan pembuktian yang akurat, namun pendekatan ilmuwan hanya bersifat
interpretasi untuk menolong banyak orang untuk memahami mengenai problematika
yang terjadi dalam ketiga Injil Sinoptik
Dalam pendekatan
ilmuwan yang terdiri dari 4 teori pendekatan menunjukkan bahwa keempat teori
tersebut masing-masing mempunyai nilai kelebihan atau keunggulan dan juga
memiliki nilai kekurangan atau kelemahan yang dipandang dari sudut biblikalnya.
Nilai keunggulan dari keempat teori
ini menunjukkan kepada kita bahwa teori ini dapat diterima secara akalia dan
rasio manusia dengan menggunakan pendekatan ilmuwan yang bersifat interpretasi,
sedangkan nilai kelemahan adalah
bahwa mereka tidak dapat membuktikan secara akurat dan terpercaya sebagaimana
yang mampu diukur melalui pendekatan biblikal atau imanen.
a. Teori Tradisi Lisan
|
|||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
Teori “Tradisi
Lisan” menjelaskan bahwa ketiga Injil ini mendapat informasi dan data dari
berbagai sumber yang berbeda dan para penulis menjelaskan berdasarkan pada
kapabilitas yang mereka miliki. Mereka tidak berani menuliskan sesuatu yang
dijadikan sebagai kebenaran dengan cara merekayasa atau memanipulasi data
karena itu akan membahayakan banyak orang dan reputasi mereka sebagai seorang
penulis.
Pertama,
Matius
jelas mendapat data dan informasi secara langsung karena Matius merupakan saksi
hidup dan saksi mata mengenai kisah perjalanan dan pelayanan Tuhan Yesus sejak
dipanggil sampai kepada kenaikan Tuhan Yesus ke sorga karena Matius adalah
salah satu dari 12 murid yang dipanggil oleh Yesus (Mat.9:9-13; 10:1-3)
Kedua, Markus bukanlah
salah satu dari murid Tuhan Yesus namun Markus adalah seorang petobat Kristen yang dibesarkan di Yerusalem
(Kis.12:12). Sekalipun Markus bukan salah satu dari murid Tuhan Yesus, tetapi
Markus merupakan murid dari Paulus, Barnabas dan Petrus, karena Markus banyak
belajar dari ketiga orang ini. Markus mendapat data dari berbagai informasi di
antaranya dari Paulus (Kis.13:1-13; Kol.4:10; Fil.1:24), Barnabas (Kis.15:39)
dan Petrus (1Ptr.5:13). Namun kemungkinan besar data yang akurat didapatkan
dari Petrus yang juga adalah salah satu dari 12 murid Tuhan Yesus dan Markus
juga dikenal sebagai juru bahasanya Petrus.
Ketiga, Lukas bukan salah
satu dari murid Yesus dan juga bukan salah satu dari murid para rasul, tetapi
pekerjaan Lukas dikenal sebagai seorang dokter. Lukas terpanggil untuk
menuliskan suatu kebenaran Allah yang berkaitan dengan kisah perjalanan
kehidupan Yesus sampai kenaikan Yesus ke sorga, dengan cara mencari dan
menemukan sebanyak mungkin data dan informasi, kemudian diteliti dengan seksama
dan setelah itu menuliskannya sebagai suatu kebenaran yang absolut (Luk.1:1-4).
b. Teori Hipotesis Dua Dokument
Teori “Hipotesis
Dua Dokument” menjelaskan bahwa data yang diperoleh dalam Injil Matius dan
Ijil Lukas bersumber dari Injil Markus, artinya bahwa sumber-sumber yang
diperoleh bukan didasarkan dari hasil pencarian sendiri, namun kedua Injil
tersebut mengambil data yang sudah dijelaskan dalam Injil Markus. Injil Markus
dikatakan sebagai salah satu sumber utama yang dijadikan oleh Matius dan Lukas
untuk mendapatkan sebanyak mungkin data yang mereka perlukan.
Di samping itu juga dikatakan bahwa
kelengkapan data yang terdapat dalam Injil Matius maupun Injil Lukas tidak
semuanya diperoleh dari Injil Markus, namun ada satu sumber yang dipakai Matius
dan Lukas sebagai sumber untuk memperoleh informasi yang perlukan yang
dinamakan dengan sumber Q. Kata “Q” berasal dari bahasa Jerman “Quelle” yang
mengandung pengertian sumber[2].
Studi masalah dari teori hipotesis dua
dokument yang berkaitan dengan sumber “Q” yang paling menyolok adalah berkaitan
dengan peristiwa pembaptisan Tuhan Yesus oleh Yohanes Pembaptis dan peristiwa
mengenai pencobaan Tuhan Yesus di Padang Gurun. Jadi kesimpulannya bahwa Matius
menggabungkan sumber-sumbernya, sedangkan Lukas menyatukan sumber-sumbernya.[3]
c. Teori Sumber Matius
Teori ini menekankan bahwa Markus dan Lukas
menggunakan Injil Matius sebagai sumber utama dalam penulisan Injil mereka.
Dari gambar yang dapat kita lihat bahwa ketiga Injil Sinoptik ini masing-masing
mendapatkan data dari beberapa sumber yang diperlukan antara lain:
Teori “Sumber Matius” atau dengan kata lain dikenal dengan sebutan “Teori Prioritas Injil markus.” Teori ini sudah muncul pada abad pertama dan kemudian hilang , namun beberapa waktu kemudian muncul kembali lagi pada abad pertengahan yaitu abad ke-17 sampai abad ke-18. Teori ini jelas lebih menekankan dan menonjolkan keakuratan dari Injil Matius sebagai sumber utama dan yang pertama kali ditulis dibandingkan dengan Injil Markus dan Injil Lukas[4].
Teori “Sumber Matius” atau dengan kata lain dikenal dengan sebutan “Teori Prioritas Injil markus.” Teori ini sudah muncul pada abad pertama dan kemudian hilang , namun beberapa waktu kemudian muncul kembali lagi pada abad pertengahan yaitu abad ke-17 sampai abad ke-18. Teori ini jelas lebih menekankan dan menonjolkan keakuratan dari Injil Matius sebagai sumber utama dan yang pertama kali ditulis dibandingkan dengan Injil Markus dan Injil Lukas[4].
Injil
Matius.
Matius mendapatkan dua sumber yang berbeda, yaitu: pertama, sumber utamanya
yang tidak lain dari pengalamannya bersama Tuhan Yesus sebagai saksi mata dan
saksi hidup di mana Matius melihat secara langsung, sehingga tidak diragukan
lagi mengenai sumber yang diperolehnya. Kedua, Matius mendapat sumber dari para
saksi mata yang juga tidak luput menyaksikan mengenai kisah kehidupan Tuhan
Yesus yang dimulai dari peristiwa kelahiran sampai kepada kenaikan Tuhan Yesus
ke sorga. Kedua sumber ini bagi Matius sudah sangat cukup untuk menjadikan
sebagai sumber utamanya di dalam penulisan Matius.
Injil
Lukas.
Dalam hal ini Lukas juga mendapatkan data dari dua sumber yang berbeda, yaitu: pertama, Lukas mendapatkannya dari
para saksi mata yang hidup pada zaman Tuhan Yesus dan yang turut mengambil
bagian secara langsung dalam kehidupan pelayanan Tuhan Yesus. Kedua, Lukas juga
mendapat sumber yang akurat dan terpercaya dari salah satu orang saksi mata dan
saksi hidup yakni Matius yang adalah salah satu dari 12 murid Tuhan Yesus yang
tidak meungkin menginformasikan data yang salah dan keliru kepada Lukas.
Injil
Markus.
Dalam Injil Markus di mana Markus mendapatkan data dari tiga sumber yang berbeda dan dapat dipercaya antara lain: pertama,
Markus mendapat sumber dari Matius sebagai salah satu dari saksi mata yang
melihat secara langsung peristiwa mengenai kisah kehidupan Tuhan Yesus sejak
dipanggil sampai kepada kenaikan ke sorga. Kedua, Markus mendapat informasi
data dari Lukas yang dianggap lebih dahulu mendapatkan informasi dari Matius.
Ketiga, Markus mendapat informasi data yang akurat juga dari salah satu dari 12
murid Tuhan Yesus yakni Simon Petrus yang mana dalam hal ini Markus banyak
belajar dari Petrus dan mendapatkan banyak sumber indormasi yang dibutuhkan
untuk menuliskan Injil Markus atau dengan kata lain bahwa Markus adalah anak
rohani dari Simon Petrus.
d. Teori Ketergantungan Timbal Balik
Dalam teori “Ketergantungan Timbal Balik”
berpendapat bahwa Injil Matius dan Injil Lukas meminjam atau menggunakan Injil
Markus sebagai sumber utama di dalam menulis kedua Injil tersebut. Data yang
diperoleh dari Matius dan Lukas kemudian diseleksi dan diteliti dengan baik kemudian
dibukukan sebagai suatu kebenaran yang ditujukan kepada orang Yahudi dan juga
kepada orang Yunani dan orang Romawi Kristen. Bagi teori ketergantungan timbal
balik ini mengatakan bahwa Injil Markus merupakan sumber utama yang kemudian
dijadikan sebagai dasar kitab Injil Matius dan Injil Lukas.
Untuk melengkapi data
dan informasi yang diperlukan baik dalam Injil Matius maupun Injil Lukas, maka
menurut teori ketergantungan timbal balik mengatakan bahwa penulis Matius dan
penulis Lukas saling meminjamkan data dan informasi mereka mengingat bahwa pada
zaman dahulu tidak ada undang-undang yang mengatur mengenai hak cipta, sehingga
Matius maupun Lukas memanfaatkan dokument yang ada secara tertulis dengan bebas
dan sukarela. Dengan dasar inilah maka data yang dimiliki oleh Matius pemungut
cukai dengan dokter Lukas mengalami pertukaran yang menyebabkan terjadinya
beberapa unsur kesamaan di dalam berbagai cerita yang terdapat dalam Injil
Matius maupun Injil Lukas.
Sekalipun Injil
Matius dan Injil Lukas dikatakan saling meminjam data dan informasi, namun di
sisi lain masih banyak ditemukan beberapa peristiwa yang ditulis berdasarkan
sudut pandang masing-masing, yaitu:
Pertama, kisah mengenai silsilah Yesus. Ada terdapat perbedaan
mengenai silsilah Yesus dalam Injil Matius dan Injil Lukas. Dalam Matius
1:1-17, silsilah Yesus dimulai dari Abraham sampai kepada Daud ada empatbelas
keturunan, generasi kedua dari Daud sampau kepada pembuangan ke Babel ada
empatbelas keturunan, dan generasi ketiga dari pembuangan Babel sampai Tuhan
Yesus Kristus ada empat belas keturunan. Jadi total semuanya ada empat puluh
dua keturunan. Sementara dalam Lukas (3:23-38), silsilah Yesus Kristus dimulai
dari Tuhan Kristus mundur sampai kepada Adam yang semuanya berjumlah lima puluh
dua keturunan. Kedua cerita silsilah ini telah menunjukkan satu perbedaan yang
cukup tajam.
Kedua, kisah mengenai pembaptisan Yesus Kristus oleh Yohanes
Pembaptis di sungai Yordan. Dalam Injil Matius (3:13-17) menjelaskan bahwa
peristiwa itu terjadi ketika Tuhan Yesus baru saja datang dari Galilea ke
sungai Yordan dan meminta agar Yohanes Pembaptis membaptis Yesus. Ketika Yesus
selsai dibaptis dikatakan Yesus segera keluar dari air dan pada saat itulah
langit terbuka dan Roh Kudus turun dalam bentuk burung merpati ke atas Yesus.
Sedangkan dalam Injil Lukas (3:21-22) menjelaskan bahwa banyak orang yang
dibaptis pada saat Yesus dibaptis dan setelah Yesus dibaptis Ia langsung berdoa
dan sedang dalam doa itu terbukalah langit dan Roh Kudus dalam rupa burung
merpati turun ke atas Yesus.
Ketiga, kisah mengenai pencobaan Tuhan Yesus di
padang gurun. Dalam Matius (4:1-11) menjelaskan bahwa ada 3 bentuk pencobaan
yang dilakukan Iblis terhadap Yesus, antara lain: (a) membuat batu jadi roti
(ay.3,4); (b) membawa Yesus ke bubungan Bait Allah dan memerintahkan Yesus
untuk menjatuhkan diriNya ke bawah (ay.5-7); (c) memperlihatkan semua kerajaan
dunia kepada Tuhan Yesus (ay.8-10). Tetapi dalam Injil Lukas (4:1-13)
menjelaskan bahwa ada 3 bentuk pencobaan yang dilakukan iblis terhadap Yesus,
antara lain: (a) membuat batu mejadi roti (ay.3-4); (b) memperlihatkan semua
kerajaan dunia kepada Tuhan Yesus (ay.5-8); (c) membawa Yesus ke bubungan Bait
Allah dan menyuruh Yesus untuk menjatuhkan diriNya ke bawah (ay.9-11).
Dari ketiga contoh
masalah Matius dan Lukas di atas, maka tidak mungkin kedua-duanya saling
menukarkan atau saling meminjamkan data dan informasi yang sama sebab ada gaya
berpikir yang tolak belakang dari keduanya. Hal ini seirng menimbulkan suatu
problematika yang cukup tajam mengenai siapa yang benar dan dari manakah
sesungguhnya data yang mereka peroleh, apakah data tersebut didapatkan dari
satu sumber atau diperoleh dari hasil saling meminjamkan. Oleh sebab itu teori
ketergantungan timbal balik perlu dikaji ulang untuk menemukan dan mendapatkan
data yang akurat dan terpercaya yang dapat menjadi berkat bagi semua orang.
2.
Pendekatan Biblikal
Untuk menyelesaikan problematika yang
terdapat dalam Injil Sinoptik, yakni Matius, Markus dan Lukas, maka pendekatan
yang dilakukan dengan cara studi biblikal. Karena bagi kita pendekatan studi
biblikal inilah yang dapat menyelesaikan dan menuntaskan masalah yang selama
ini diperdebatkan para teolog yang berkaitan dengan masalah Sinoptik.
Pendekatan melalui studi biblikal ini
diharapkan mampu memberikan kepuasan bagi semua orang untuk mendapatkan satu
jawaban mengenai problematika yang terjadi dalam ketiga Injil tersebut. Memang
untuk menuntaskan masalah Sinoptik tidaklah mudah, namun tidak berarti bahwa
masalah tersebut tidak dapat ditemukan solusinya. Solusi yang paling tepat,
akurat dan terpercaya dapat ditemukan jika kita memulainya dengan menggunakan
pendekatan studi biblikal.
Studi Biblikal merupakan solusi yang tepat
karena prinsip-prinsipnya berdasarkan Alkitab yang isinya tanpa salah dalam
teks asli. Alkitab adalah isi hati Allah yang dituangkan secara tertulis kepada
manusia dengan tujuan agar manusia dapat memahami dan mengerti secara benar
mengenai kepedulian dankasih sayang Allah yang tidak pernah berkesudahan di
dalam kehidupan manusia.
Pemahaman biblikal selalu mendasarkan prinsip
pengilhaman Roh Kudus yang berkuasa atas penulis kitab suci, sehingga isi dari
semua Injil Sinoptik adalah dari Allah. Dalam hal kemiripan teks dapat menunjukkan
bahwa mereka semua diilhami oleh Roh Kudus yang sama, yang memberikan wahyu
kepada masing-masing sesuai tujuan Allah dalam kitab mereka.
PENDEKATAN Biblikal merupakan satu pendekatan
yang akurat dan terpercaya karena Allah telah mempercayakan si penulis yang
telah dipilihNya di bawah pengontrolan Roh Kudus yang memimpin, menjaga,
menguasai dan menggerakkan hati si penulis secara sadar untuk menyatakan
kehendak Allah kepada manusia tanpa salah dan keliru sesuai yang tertulis dalam
naskah asli[5].
Hal ini menunjukkan bahwa dari ketiga penulis Injil Sinoptik tidak ada yang
saling menyontek, tidak ada yang saling meminjamkan data dan tidak ada yang
saling menukar data mereka, namun ketiga penulis ini dalam menulis Injilnya
masing-masing semata-mata didasarkan karena pekerjaan Roh Kudus yang mengilhami
setiap penulis untuk menuliskan tanpa salah dan keliru sesuai naskah aslinya.
Matius, Markus dan Lukas adalah ketiga
penulis kitab Injil Sinoptik yang dipakai oleh Allah secara langsung untuk
menuliskan semua kebenaran yang ingin Allah tuangkan kepada manusia secara
tertulis. Perlu dimengerti bahwa sekalipun ketiga tulisan ini ditulis dari
tempat yang berbeda, dalam jangka waktu yang berbeda, latarbelakang yang
berbeda, tetapi ditemukan ada beberapa bagian peristiwa yang mengandung unsur
kesamaan dalam cerita mereka bukanlah sesuatu yang aneh, karena kita tahu bahwa
ketiga penulis ini langsung dipimpin dan dikontrol oleh Roh Kudus yang adalah
Pribadi Allah Ketiga dari Allah Tritunggal, sehingga jika terdapat kesamaan
cerita itu semata-mata disebabkan karena pekerjaan Roh Kudus dan bukan
didasarkan pada keinginan manusia atau rekayasa manusia semata (2Ptr.1:21).
Pendekatan biblikal inilah yang menjadi
solusi dan jawaban yang terpercaya untuk menyelesaikan masalah yang terjadi
dalam Injil Sinoptik yang dipertentangkan dan diperdebatkan di kalangan para
teolog. Keempat teori di atas tidak mampu untuk menjawab masalah yang terdapat
di dalam Injil Sinoptik karena keempat teori tersebut menggunakan pendekatan
ilmuwan yang bersifat interpretasi sehingga teori-teori tersebut saling
bertentangan dan bertolak belakang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu
diperlukan pendekatan Biblikal yang mampu mengungkapkan dan menyelesaikan
masalah yang terdapat di dalam Injil Sinoptik secara tuntas, akurat dan
terpercaya.
C.
KRITIK
TERHADAP INJIL SINOPTIK
Masih ada saja ketidakpuasan manusia terhadap
suatu kebenaran sehingga tidak mampu menerima secara iman, sehingga pendekatan
yang dilakukan ialah melihat kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam
Alkitab sebagai langkah awal untuk merendahkan kewibawaan Alkitab sebagai suatu
kebenaran yang absolut. Pendekatan melalui intelektual duniawi yang mengandalkan
akal/rasio sebagai barometer dalam menerima dan mengukur suatu kebenaran
berdampak pada penolakan terhadap kebenaran Alkitab (yang memang seharusnya tidak
diukur melalui akal atau rasio tetapi diukur melalui studi biblikal) apabila menemukan
kendala apabila terdapat sesuatu hal yang tidak mampu diukur dengan rasio
manusia.
Penolakan yang berwujud pada timbulnya suatu
kritikan yang tajam terhadap kebenaran Alkitab terjadi karena manusia tidak
mampu menemukan satu kebenaran yang dapat dipercayai, sehingga interpretasi
melalui kritikan diharapkan dapat memberikan solusi yang diharapkan banyak
orang yang akhirnya dapat memberikan rasa kepuasan temporal.
Kritikus tingkat tinggi selalu melihat
peristiwa dari sisi kemanusiaan saja dan melepaskan segala sesuatu dari sisi
keilahian, sehingga menjadikan Alkitab bukan Firman Allah tetapi sebagai
kumpulan buku yang berisi Firman Allah, yang berarti bahwa Alkitab mengandung
unsur kesalahan dan dapat berubah sewaktu-waktu, sehingga kebenaran-kebenaran
dalam Alkitab tidak dapat dijadikan sebagai pedoman mutlak bagi iman Kristen.
Kritikan terhadap Alkitab merupakan satu
serangan keras yang merendahkan wibawa Alkitab sebagai otoritas tertinggi dari
Allah. Manusia kadang tidak puas dengan sesuatu yang tidak dapat diukur dengan
akalnya, sehingga selalu memandang Alkitab sebagai sesuatu yang mengandung
unsur-unsur kesalahan dan menjadi Firman Allah kalau Alkitab itu dapat mengubah
hidup manusia. Ada beberapa pandangan mengenai Alkitab berikut ini:
Pertama, pandangan Injili. Pandangan Injili
mengatakan bahwa Alkitab adalah Firman Allah tanpa salah berdasarkan pada
naskah aslinya. Artinya semua kata-kata yang terdapat dalam Alkitab pada waktu
kita membacanya (apakah kita mengerti atau tidak mengerti apakah kata-kata
Alkitab memberkati atau tidak memberkati apakah kata-kata dalam Alkitab
menyentuh hati kita atau tidak menyentuh hati kita), adalah Firman Allah.
Kesimpulan: Alkitab tidak bisa berubah sedangkan manusia dapat berubah.
Kedua, pandangan Liberal. Pandangan ini
mengatakan bahwa Alkitab hanya berisi Firman Allah. Artinya tidak semua
kata-kata dalam Alkitab adalah Firman Allah, karena ditulis oleh manusia yang
berdosa yang banyak memiliki kelemahan, kekurangan ketidaksempurnaan dan tidak
luput dari kesalahan, sehingga dikatakan bahwa Alkitab merupakan buku catatan
manusia biasa saja yang tidak mempunyai kelebihan dengan buku-buku yang lain.
Kesimpulan: Alkitab bisa berubah sedangkan manusia tidak bisa berubah.
Ketiga, pandangan Neo Ortodoks. Pandangan ini
mengatakan bahwa Alkitab hanya menjadi Firman Allah jika kata-kata dalam
Alkitab itu dapat menyentuh hati manusia, tetapi jika kata-kata dalam Alkitab
tidak menyentuh hati manusia maka itu bukanlah Firman Allah. Sehingga menurut
Neo Ortodoks Alkitab bisa berubah-ubah sewaktu-waktu. Kesimpulan: Alkitab bisa
berubah sedangkan manusia tidak bisa berubah.
Manusia, sampai kapanpun tidak pernah puas dengan
apa yang dia pikirkan melalui rasionya, karena akal manusia sangat terbatas
sehingga tidak mungkin mampu untuk memikirkan Allah yang adalah Pribadi yang
tidak terbatas dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi maupun yang belum
terjadi dalam dunia ini. Pikiran manusia begitu picik dan sempit, sehingga
tidak mampu untuk menyelami keMahatahuan Allah yang jauh melebihi pengetahuan
manusia. Manusia harus mencapai standard Allah maka manusia akan mengalami
kepuasan dalam hidup ini. Ada baiknya kita melihat gaya kritik teks terhadap
AlkitaB:
1.
Kritik
Sejarah (Historical Criticism)
Yaitu usaha mencari kesalahan pada narasi
dari peristiwa paralel, acapkali bersifat mencari kesalahan atau berusaha untuk
mendapatkan kesalahan-kesalahan dan tidak berusaha untuk mencari
kebenaran-kebenaran yang bisa membangun dan memberkati banyak orang. Dengan
mencari kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam Alkitab sebagai tujuan untuk
dijadikan sebgai baha acuan untuk menjatuhkan dan mempermalukan wibawa Alkitab.
Penekanan dalam kritik sejarah hanya berfokus
kepada peristiwa masa lampau yang sudah pernah terjadi, sehingga bila ada
peristiwa-peristiwa yang sekiranya tidak dapat dibuktikan dan dicermati melalui
akal, maka hal itu akan menjadi bahan kritikan yang tajam terhadap peristiwa
tersebut. Salah satu contoh mengenau kisah kejatuhan manusia dalam dosa
(Kej.3:1-8).
Kelemahan yang dimiliki teori Kritik Sejarah
adalah bahwa mereka lupa mengenai Pribadi Allah yang dikenal sebagai Pencipta
alam semesta ini dan yang telah membuat segala sesuatu yang tidak ada menjadi
ada, sehingga sekalipun Musa tidak hidup pada zaman kejatuhan manusia ke dalam
dosa, tetapi Allah sanggup memakai Musa untuk menuliskan mengenai suatu
peristiwa yang pernah terjadi sekalipun Musa tidak hidup dalam zaman tersebut.
Allah melalui pekerjaan Roh Kudus yang mengilhami Musa akan segala peristiwa
masa lampau sehingga Musa dapat menuliskan dengan benar dan akurat. Teori
kritik sejarah hanya melihat dari sisi historisnya saja, tetapi tidak melihat
dari sisi keilahian Allah.
2.
Kritik
Sumber (Source Criticism)
Usaha mencari sumber utama dengan tidak
mempercayai akan tuntunan dan pekerjaan Roh Kudus yang telah membimbing,
menguasai, menjaga dan memampukan si penulis untuk menuliskan
kebenaran-kebenaran tanpa harus mengkopy dari sumber yang lain. Sebagai contoh
mengenai kisah pencobaan Yesus di padang gurun yang terdapat dalam Injil Matius
4:1-13, di mana sumber utamanya Markus yang mengambilnya dari sumber lain yakni
dalam Injil Lukas 4:1-13. Kesamaan kata-kata juga dinyatakan sebagai adanya
sumber yang sama, dan menolak pernan Allah dalam pewahyuan dan menganggap bahwa
Alkitab ada salahnya sehingga memerlukan sumber-sumber lain sebagai bukti yang
akurat dan absolut.
Kelemahan yang dimiliki teori Kritik Sumber
adalah hanya menekankan mengenai sumber utama yang dapat digunakan sebagai
bahan untuk dipakai oleh orang lain sebagai sumber yang digunakan di dalam
menulis Injil mereka. Satu hal yang menjadi titik kelemahan dari Kritik Sumber
adalah di mana mereka menolak peranan Allah dalam pewahyuan melalui pekerjaan
Roh Kudus yang mengilhamikan kepada setiap penulis untuk menyatakan
kebenaran-kebenaran Allah. Selain itu juga mereka tidak mempercayai sepenuhnya
otoritas Alkitab sebagai kebenaran yang absolut tanpa salah dalam naskah
aslinya, sehingga mereka sangat merendahkan kewibawaan Alkitab sebagai sumber
kebenaran yang dapat dipercayai. Alasan yang mendasar di mana teori Kritik
Sumber tidak memakai Alkitab sebagai dasar untuk berpijak, karena menganggap
bahwa Alkitab ada salahnya, sehingga teori Kritik Sumber harus mencari
sumber-sumber yang lain selain Alkitab sebagai bukti yg absolut.
3.
Kritik
Redaksi (Redaction Criticism)
Mencari kesalahan lebih mudah dan gampang
dari pada menemukan kebenaran yang dapat mengubah hidup manusia. Teori Kritik
Redaksi lebih menekankan dan memfokuskan kepada kritik teks atau naskah di
bandingkan dengan mengkritik mengenai masalah historikalnya ataupun masalah
sumbernya. Dalam teori ini dikatakan bahwa kisah mengenai para gembala, orang
majus, palungan Betlehem merupakan suatu cerita fiktif dan mitos. Cerita ini
sengaja dibuat oleh si penulis untuk mernarik simpatisan dan daya tarik pembaca
akan cerita mengenai kisah kelahiran Yesus dalam palungan yang dikunjungi oleh
para gembala dan orang majus.
Penulis berusaha untuk menciptakan suatu
redaksi cerita yang mampu menarik minat banyak orang untuk mengetahui sehingga
akhirnya banyak orang harus membacanya. Bagi teori Kritik Redaksi mengatakan
bahwa sesungguhnya cerita mengenai kisah kelahiran Yesus itu hanya rekayasa si
penulis dengan menambah beberapa adegan tambahan seperti para gembala dan orang
majus untuk membuat kisah ini semakin menarik untuk dibaca orang.
Kelemahan yang terdapat di dalam teori Kritik
Redaksi adalah mereka hanya mempersoalkan mengenai redaksi yang dibaca yang
mana ketika direnungkan maka hal ini tidak dapat diterima secara akal atau
rasio yang berdampak pada kesimpulan bahwa kisah para gembala dan orang majus
itu hanya mitos. Teori ini lupa bahwa peristiwa mengenai kisah kelahiran Yesus
diceritakan dalam Alkitab sebagai otoritas kebenaran yang absolut. Teori ini
tidak melihat kisah ini dari sisi keilahian Allah yang melalui pekerjaan Roh
Kudus telah menggerakkan si penulis untuk menulisnya dengan pengotrolan Roh
Kudus, sehingga tidak ada satu kata yang direkayasa atau dimanipulasi penulis.
Teori-teori di atas kebanyakan hanya bersifat
kesimpulan-kesimpulan tak berdasar. Terlalu banyak spekulasi dalam proses
pengambilan keputusan. Hanya spekulasi untuk menyelesaikan masalah sesaat. Juga
agak sulit diterima bahwa Markus ditulis dahulu karena hal itu bertentangan
dengan keyakinan bapak-bapak gereja mula-mula dan tokoh-tokoh abad ke-18.
Beberapa faktor penting yang harus diwaspadai ialah:
a.
Teori-teori
di atas hanya menekankan aspek manusia saja dari Firman Allah dan aspek ilahi
diabaikan secara total. Lihat Yohanes 14:26: janji Tuhan di ruang atas bahwa Ia
akan mengingatkan mereka mengenai rincian-rincian ajaran-ajaran itu.
b.
Ada
banyak saksi mata yang melihat dan mendengar pengajaran Yesus dan menyediakan
informasi-informasi yang jelas dan dapat dipercaya (Luk.1:2-3).
c.
Para
penulis memiliki pengetahuan orisinil dan sebagai saksi mata yang menyaksikan
langsung segala peristiwa-peristiwa yang pernah dibuat oleh Yesus ketika Ia
masih di bumi (Luk.1:3; 1Yohanes 1:1-3)
d.
Ada
pula yang menulis sebagai peristiwa wahyu itu sendiri langsung dari Tuhan Yesus
(Gal.1:11-12; Ef.3:3)
D.
PERSAMAAN
INJIL SINOPTIK
Injil Matius, Markus
dan Lukas disebut sebagai Injil Sinoptik karena dikenal akan unsur kesamaan di
dalam cerita-cerita yang dituliskan dalam ketiga Injil tersebut. Beberapa hal
yang menonjol dalam kitab Injil Sinoptik adalah:
Pertama,ketiga
penulis mengkisahkan mengenai kisah kehidupan Yesus dari kelahiran sampai pada
kenaikan ke sorga, di mana selalu menceritakan Yesus lebih unggul dari pada
manusia mana pun dan dijadikan tolak ukur bagi manusia yang lainnya. Selain itu
Tuhan Yesus juga ditegaskan sebagai manusia yang kudus, tidak bercela dan tidak
ada benih dosa di dalam tubuh Yesus[6]. Yesus Kristus dikenal
sebagai Pribadi yang memiliki sifat keAllahan dan juga memiliki sifat
kemanusiaan. Dalam sisi kemanusiaan Yesus sekalipun lahir seperti layaknya
manusia lain, namun Dia tidak memiliki benih dosa di dalam diriNya meskipun di
kandung di rahim Maria yang adalah manusia berdosa.
Kedua, kisah mengenai
pencobaan Tuhan Yesus di padang gurun setelah berpuasa 40 hari 40 malam
dikisahkan dalam Injil Sinoptik. Setelah melewatimasa berpuasa Yesus merasa
lapar dan saat itulah Iblis mencobai Tuhan Yesus. Memang ada perbedaan cara
penceritaan khususnya dalam Injil Matius dan Injil Lukas.
Ketiga, dalam Injil
Sinoptik banyak menyorot dari sisi misi Tuhan Yesus. Misi Yesus sebagai
perhatian puncak dari para penulis Sinoptik. Ini menyangkut kehidupan, pekerjaan
dan pelayanan Yesus selama di bumi sampai di salib. Salib merupakan titik utama
pembicaraan Sinoptik yang menjelaskan mengenai karya penebusan yang dilakukan
Kristus dengan sempurna dan karya ini mempengaruhi seluruh tulisan lain dalam
Perjanjian Baru. Selib merupakan lambang kepahitan bagi kesempurnaan karya
penebusan Yesus Kristus demi keselamatan umat manusia.
E.
RINGKASAN
TEOLOGI INJIL SINOPTIK
Hanya ada tiga Injil
yang disebut Injil Sinoptik, yaitu: Matius, Markus dan Lukas, sedangkan Injil
Yohanes tidak termasuk. Meski Yohanes tidak termasuk Sinoptik, tetapi peristiwa-peristiwa
yang dicatat oleh Yohanes adalah sama sekalipun terdapat unsur yang berbeda
dengan Sinoptik, namun kisah kehidupan Tuhan Yesus dicatat dalam Yohanes maupun
Sinoptik. Catatan tentang kehidupan Yesus agak sedikit dalam Yohanes sedangkan
dalam Sinoptik hampir seluruh isinya bercerita tentang kehidupan Tuhan Yesus
dari kelahiran sampai pada kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Yohanes lebih menekan
pada pokok-pokok pengajaran yang disampaikan Tuhan Yesus. Unsur teologis lebih
banyak dalam Yohanes, sedangkan dalam Sinoptik unsur biografis lebih
diutamakan.
I.
INJIL
MATIUS
Injil Matius merupakan Injil yang ditempatkan
paling pertama dalam kitab Perjanjian Baru. Namun tidak berarti bahwa kitab
Matius ditulis paling awal dari semua kitab Perjanjian Baru. Berdasarkan
historisnya, kitab yang dianggap paling tertua dalam Perjanjian baru adalah
kitab Yakobus yang ditulis tahun 48. Namun kitab Yakobus dianggap sebagai kitab
termuda dalam kitab kanonisasi karena kitab Yakobus merupakan kitab yang
diterima paling terakhir yakni kitab yang ke-27 karena teologinya bertentangan
dengan teologi Paulus.
Dengan dasar inilah maka Injil Matius
ditempatkan dalam kitab kanonisasi bukan berdasarkan pada tahun penulisan
tetapi berdasarkan pada urutan cerita karena Injil Matius mengawwali ceritanya
tentang kisah kelahiran Tuhan Yesus yang tidak terdapat dalam kitab-kitab
Perjanjian Baru yang lain. Dan ini bukanlah persoalan, namun yang terpenting
adalah kita tetap berpegang pada apa yang sudah ditetapkan dalam kitab
kanonisasi karena itu tidak akan mempengaruhi akan keselamatan kita. Tema dalam
kitab Injil Matius adalah Yesus sebagai Raja.
a.
Latar
Belakang Injil Matius
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan
pertama sebagai pengantar berita Perjanjian Baru dan “Mesias, Anak Allah yang
hidup” (Mat.16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas kitab,
kesaksian semua bapa-bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130)
menyatakan dan menerima bahwa penulis Injil Matius adalah Matius sendiri, salah
seorang murid Tuhan Yesus yang sebelumnya dikenal sebagai pemungut cukai.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang
Romawi dan injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi,
maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Matius lebih menekankan
mengenai sifat ke-YahudianNya, sementara Yesus kita tahu keturunanNya datang
dari garis keturunan Yusuf yang merupakan garis keturunan dari orang Yahudi.
Latar belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam hal berikut ini:
ü Ketergantungan pada
penyataan, janji dan nubuat Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa Yesus
Kristus memang Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
ü Tentang garis
keturunan dirunut dari Abraham (Mat.1:1-17)
ü Pernyataannya yang
berulang-ulang kali disebut bahwa Tuhan Yesus adalah “Anak Daud” (Mat.1:1;
9:27; 12:23; 15:22; 20:30-31; 21:9,15; 22:41-45).
ü Penggunaan istilah
yang khas Yahudi seperti “Kerajaan Sorga” (yang searti dengan “Kerajaan Allah”)
sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah
secara langsung.
ü Petunjuknya kepada
berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan
kitab-kitab Injil yang lain).
Injil Matius pada hakekatnya ditujukan kepada
orang Yahudi dan seluruh gereja pada waktu itu untuk menjadi catatan sejarah
kehidupan Yesus. Injil juga diberikan kepada orang-orang percaya lainnya serta
semua manusia umumnya (Mat.2:1-12; 8:11-12; 13:38; 21:43; 28:18-20).
b.
Penulis
Kitab Injil Matius
Penulis kitab ini ialah Lewi juga disebut
Matius seorang anak dari Alfius dan dikenal sebagai seorang yahudi yang telah
dipilih oleh Tuhan Yesus sendiri(Mat.9:9; Mrk.2:14-15). Dalam Injil Markus dan
Injil Lukas menyebutnya dengan ‘Lewi’. Matius rela meninggalkan segala
pekerjaannya sebagai pemungut cukai dan tidak salah mengambil keputusan
mengikut Yesus[7].
Orang yang pada saat itu berprofesi sebagai pemungut cukai sangatlah dibenci
oleh masyarakat karena biasanya sebagai pemungut cukai mereka melakukan
kecurangan dengan cara memungut pajak lebih dari apa yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Pekerjaan sebagai pemungut cukai identik dengan pekerjaan berdosa
(Luk.19:1-10 = kisah Zakheus).
c.
Tahun
Penulisan
Injil Matius tidak diketahui dengan pasti
kapan Matius menulis Injilnya untuk orang-orang Yahudi, tetapi diperkirakan
bahwa Injil Matius ditulis pada tahun 50-70, sekalipun ini bersifat
interpretasi saja[8].
Ketepatan tahun penulisan kitab Injil Matius menjelaskan bahwa Injil Matius
ditulis sebelum runtuhnya kota Yerusalem tahun 70M.
d.
Penerima
Injil Matius
Sasaran tulisan Matius adalah orang yahudi,
yang memerlukan penjelasan mengapa Kerajaan Allah yang dinantikan di bumi belum
juga tiba, karena Mesias sudah datang. Jadi Matius menulis Injil untuk
menjelaskan tentang Raja dan Kerajaan Allah kepada khalayak Yahudi. Dalam Injil
Matius 15:24 sangatlah jelas bahwa Injil tersebut diberikan atau dialamatkan
kepada siapa. Dalam perkataan Tuhan Yesus yaitu “Aku diutus hanya kepada
domba-domba yang hilang dari umat Israel” menunjukkan prioritas kedatangan
Yesus bagi kalangan Israel, karena mereka itulah yang sedang menantikan
Kerajaan bahagia, sebagaimana telah dijanjikan kepada mereka dari dahulu kala.
Matius memakai kata “Kerajaan” sebanyak 50 kali di dalam penulisannya, dan kata
ini merupakan kata kunci dalam Injil Matius[9].
Setelah janji itu ditawarkan dan diberikan
kepada orang-orang Yahudi, namun secara nasional Yahudi menolak Mesias mereka.
Setelah mereka menolak Dia, maka Yesus mulai membicarakan “jemaat-Ku”, seperti
yang terdapat di dalam Matius 16:18 yang dalam bahasa Yunani disebut “ekklesia”
yang mengandung pengertian “mereka yang dipanggil keluaar”, yakni mereka yang
percaya kepada Dia dalam kerajaanNya nanti.
Dengan penolakan orang-orang Yahudi atas
Mesias yang dijanjikan itu, maka Yesus berpaling kepada orang-orang kafir,
dengan suatu program rahasia, yaitu mereka yang berada di luar garis keturunan
Israel dan kasih karunia Allah telah terbuka bagi semua orang. Orang-orang
Yahudi dianggap tidak layak menerima janji Allah, maka posisinya telah
disamakan dan tidak dibendakan dengan non Yahudi. Pada dispensasi ini setiap
orang yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat akan memperoleh kasih
karunia dan hidup yang kekal.
Sejak orang Israel menolah Yesus sebagai
Mesias dan Raja yang hendak mendirikan kerajaan di bumi, maka kesempatan
diberikan kepada orang kafir dalam tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah.
Semua manusia sama di mata Allah mendapatkan hak dan perlakuan yang sama.
e.
Tempat
Penulisan
Injil Matius ditulis dalam bahasa Yunani dan
walaupun banyak sekali ungkapan-ungkapan dan adat istiadat orang Yahudi
dianggap telah dikenal, tetapi ada beberapa
ungkapan tradisi yang masih perlu penjelasan diantaranya 1:23; 27:33,
46. Selain Injil ini diutamakan untuk pembaca Yahudi, juga Injil inilah yang
pertama-tama diterima, karena telah mendapat dukungan yang besar dari gereja
pusat Yerusalem dan memiliki pengaruh yang cukup luas saat itu. Oleh karena itu
disetujui bahwa kemungkinan besar surat Matius ini ditulis di kota Anthiokia.[10] Selain itujuga ada
pendapat yang mengatakan bahwa Injil Matius sebelum diterjemahkan dalam bahasa
Yunani terlebih dahulu dalam bahasa Aram.[11]
f.
Tujuan
Penulisan
Matius tidak hanya
asal-asalan dalam menulis Injilnya, tetapi Matius mempunyai tujuan tertentu di
dalam kepenulisannya tersebut, antara lain:
à Untuk memberikan
kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus
Kristus di bumi.
à Untuk meyakinkan
pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi
Perjanjian Lama, yang sudah lama dinantikan.
à Untuk menunjukkan
bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara
yang belum pernah terjadi sebelumnya.
à Matius ingin
memberikan penekanan khusus dan mengatakan bahwa hampir semua orang Israel
menolak Yesus dan KerajaanNya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai
Mesias yang rohani bukan sebagai Mesias yang politis.
à Matius ingin
menegaskan bahwa hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaanNya
sebagai Raja segala Raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
g.
Ciri
Khas Kitab Injil Sinoptik
Kekhasan Injil Matius yang merupakan suatu
keunggulan yang disampaikan Matius kepada pembacanya yaitu orang-orang Yahudi
sebagai penerima Injil Matius dan tujuan mereka dapat menerima Tuhan Yesus
sebagai Raja yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama dan yang juga telah
dinanti-nantikan oleh orang Yahudi.
Pertama, ciri khas yang berkaitan dengan lima
ajaran Tuhan Yesus Kristus yang dimulai dari pasal 5-25 yakni berbicara
mengenai khotbah Tuhan Yesus di atas bukit sampai kepada kisah mengenai ajaran
yang berkaitan dengan peristiwa akan datang atau eskatologi (Mat.5:1-25:46)
yang dijabarkan sebagai berikut:
· Khotbah di bukit
(Mat.5:1-7:29)
· Pengarahan bagi orang
yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (Mat.10:1-42).
· Perumpamaan tentang
Kerajaan Allah (Mat.13:1-30).
· Sifat seorang murid
sejati (Mat.18:1-35)
· Ajaran di bukit
Zaitun mengenai akhir zaman (Mat.24:1-25:46)
Kedua, ciri khas yang berhubungan dengan
kisah mengenai kegiatan pelayanan dari masa pelayanan Tuhan Yesus sampai kepada
kebangkitan Tuhan Yesus yang dijabarkan sebgai berikut:
·
Yesus
mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat,
yang menegaskan tentang realitas Kerajaan itu (Mat.8:1-9:38).
·
Yesus
memprtunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (Mat.11:1-12:50)
·
Pengumuman
mengenai kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis dan problem
(Mat.14:1-17:27).
·
Yesus
berjalan masuk kota Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir
(Mat.19:1-26:46).
·
Yesus
Kristus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati
(Mat.26:47-29:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab ini mencatat “Amanat
Agung” Yesus yang merupakan misi terbesar Tuhan Yesus di bumi yang dipercayakan
kepada 12 murid dan semua orang percaya pada masa kini.
h.
Sifat
Khusus Injil Matius
Injil Matius merupakan Injil yang dikhususkan
kepada orang Yahudi, oleh sebab itu nama Allah jarang ditemukan dalam Injil
Matius. Matius ingin agar Injilnya dapat diterima baik di kalangan orang
Yahudi, sehingga tulisan-tulisan yang terdapat di dalam Injil Matius tidak
boleh bertentangan atau bertolak belakang dengan kebiasaan dan tradisi orang
Yahudi. Jika tulisan ini dianggap bertolak belakang, maka Injil Matius memiliki
sifat khusus yang tidak terdapat dan tidak terlalu ditekankan dalam kitab
Injil-Injil lain, yakni:
Pertama, Matius dikenal sebagai Injil
Pengajaran. Matius dikenal sebagai Injil pengajaran karena di dalam Injil
tersebut Matius lebih menekankan mengenai pengajaran-pengajaran yang dilakukan
oleh Yesus selama berada di dunia ini. Sekalipun kita tahu bahwa Injil-injil
yang lain menuliskan hal yang sama, namun prosentasenya jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan Injil Matius. Sebagai contoh konkrit adalah mengenai Amanat
Kristus dalam Injil Matius 28:16-20. Dalam Injil Matius perintah Yesus dijelaskan
secara lengkap dan tidak dijelaskan dalam kitab-kitab Injil yang lain.
Sekalipun ada tetapi tidak selengkap yang dijelaskan dalam Injil Matius.
Disamping itu juga peristiwa mengenai keberadaan orang Majus yang datang dari
Timur dengan tujuan untuk melihat bayi Yesus hanya dijelaskan dalam Injil
Matius, sementara Injil-Injil yang lain tidak menjelaskannya (Mat.2:1-12).
Kedua, Matius adalah dikenal sebagai Injil
jemaat. Istilah eklesia diambil dari
bahasa Yunani yang memberi pengertian “jemaat” atau “gereja”. Kata ekklesia pertama kali muncul dalam Injil
Matius 16:18 dan yang kedua muncul dalam Matius 18:17. Oleh sebab itu pondasi ekklesia mula-mula bukan dimulai dari
pemikiran manusia, melainkan Tuhan Yesus sendiri. Yesus disebut sebagai Pendiri
gereja permulaan karena kata ekklesia merupakan
gagasan Tuhan Yesus pertama kali dipakai ketika memberi jawaban kepada Petrus
mengenai siapakah Yesus yang sesungguhnya. Yesus mengatakan di atas batu karang
ini Aku akan mendirikan jemaatKu (Mat.16:18). Ini harus dipandang bahwa jemaat
kerajaan yang Ia maksudkan, bukan jemaat gereja rahasia yang sekarang sedang
berlangsung ini. Batu karang berarti menunjukkan kepada pengakuan Petrus yang
kokoh dan benar mengenai siapakah Yesus sebenarnya. Sedangkan kata KemaatKu menunjukkan satu kemunitas
manusia yang berada dalam satu persekutuan orang-orang yang telah dipanggil di
dalam Tuhan Yesus Kristus. Itu berarti bahwa orang yang belum percaya kepada
Yesus tidak dapat disebut dengan sebutan Jemaat Tuhan. berikut ini dijelaskan
tiga hal berkaitan dengan ekklesia:
a.
Gereja
berarti persekutuan orang-orang percaya
Maksud dari gereja adalah persekutuan
orang-orang percaya untuuk menunjukan bahwa gereja fokus pada orang-orang yang
secara khusus telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya.
Orang yang belum percaya kepada Yesus secara pribadi, maka orang tersebut belum
dapat dikatakan sebagai gereja (persekutuan orang-orang percaya). Kata GEREJA
(orang percaya) merupakan atribut spesial yang tidak boleh disamakan dan
diberikan kepada orang lain, selain mereka yang sungguh-sungguh telah mengalami
regenerasi (kelahiran baru).
b.
Gereja
berarti tempat berkumpul orang-orang percaya untuk beribadah
Pengertian dari gereja yang kedua adalah
gereja berarti tempat berkumpulnya orang percaya untuk beribadah. Pengertian
gereja yang kedua berbeda dengan pengertian gereja yang pertama, di mana
pengertian gereja yang kedua lebih fokus kepada gedung atau bangunannya dan
bukan manusianya. Tujuan dari pengertian gereja sebagai tempat berkumpulnya
orang percaya tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah. Jika gereja tidak
dijadikan sebagai tempat beribadah, maka gedung atau bangunan itu tidak dapat
dikatakan sebagai gereja.
c.
Gereja
berarti suatu wadah organisasi bagi orang-orang percaya
Pengertian gereja yang ketiga adalah gereja
sebagai suatu wadah organisasi bagi orang-orang percaya. Pengertian ini lebih
fokus kepada struktur organisasi dengan
tujuan agar setiap pengurus gereja tidak dapat mengambil alih fungsi tugas yang
bukan tanggung jawabnya. Kita melihat bahwa gereja dalam pengertian organisasi seringkali
mengalami keacauan karena setiap pengurus tidak dapat melakukan tugas dan
tanggungjawabnya sesuai dengan posisi atau jabatan yang dimilikinya.
Ketiga, Matius adalah Injil Kerajaan.
Kelahiran Tuhan Yesus di bumi yang diceritakan dalam Injil Matius sudah
menunjukkan satu jabatan yang disampaikan oleh orang Majus kepada Herodes.
Mereka berkata kepada raja Herodes bahwa mereka sedang mencari Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan (Mat.2:2).
Sejak kelahiran Yesus di dunia ini sekalipun masih bayi, namun jabatan Yesus
sudah diketahui dan dikenalNya melalui pengakuan dari orang Majus. Di samping
itu juga pengakuan Yesus sebagai Raja juga dijelaskan pada saat kematian Yesus
di atas kayu salib yang mana sebuah tulisan yang dipasang oleh Pilatus yang
berbunyi Outos estin Iesous O Basileias
ton Ioudsion yang berarti Inilah
Yesus Raja orang Yahudi itu (Mat.27:37). Jadi sebenarnya Tuhan Yesus bukan
hanya ingin mendirikan suatu kerajaan di bumi secara fisik bagi orang Yahudi
tetapi bagi kedamaian segenap alam semesta (tapi karena orang Yahudi menolaknya
sehingga kerajaan itu sementara ditunda sampai Tuhan datang sebagai Raja di
bumi untuk mendirikan kerajaanNya pada masa Millenium), dan Tuhan Yesus
sendirilah yang menjadi Raja bagi orang Yahudi (namun orang Yahudi saat ini
belum mau menerima Tuhan Yesus sebagai Raja dan orang Yahudi baru akan mengakui
dan menerima Tuhan Yesus sebagai Raja pada masa Tribulasi). Penolakan orang
Yahudi terhadap Tuhan Yesus sebagai Raja dan Mesias membuka kesempatan bagi bangsa
non-Yahudi untuk secara rahasia menjalankan tugas penyelenggaraan kasih karunia
Allah (Rm.11; Ef.3).
i.
Tujuan
Teologis
Pengharapan akan kedatangan Mesias oleh orang
Yahudi begitu tinggi, sehingga Matius hendak meyakinkan orang Kristen Yahudi
bahwa Mesias sejati, Anak Daud, sudah datang. Injil Matius menekankan
keYahudian dari Mesias, sedangkan injil-injil lain menegaskan keMesiasan secara
umum. Selain itu juga bahwa janji penyelamatan dan pembaharuan manusia
seutuhnya ditegaskan dalam dua hal yaitu Pertama, Yesus Kristus yang memenuhi 3
fungsi jabatan utama yaitu Imam, Nabi dan Raja dalam diri Yesus Kristus ketika
sebagai manusia. Semua manusia tidak pernah memiliki 3 fungsi jabatan utama
selain satu-satunya yang hanya dimiliki di dalam diri Tuhan Yesus. Kedua,
program Kerajaan Allah yang didirikan dengan Israel sebagai pusat tertunda
karena penolakan Israel akan Raja. Walaupun tadinya ditawarkan kepada bangsa
Israel tetapi telah tertunda sampai sesudah KKKK.
II.
INJIL
MARKUS
Injil Markus
merupakan Injil yang kedua setelah Injil Matius. Injil Markus ditempatkan pada
urutan kedua berdasarkan pada pembagian dalam kitab kanonisasi. Tema dalam
kitab Injil Markus memandang Yesus dari sisi pekerjaan Yesus yakni Yesus
sebagai Hamba yang melayani (Mark.10:45). Oleh sebab itu injil Markus tidak
pernah mencatat mengenai silsilah Tuhan Yesus, karena penekanan dalam Injil
Markus hanya berfokus pada pekerjaan Yesus di bumi yakni datang sebagai hamba
yang melayani dan bukan dilayani. Tetapi tidak berarti bahwa Yesus tidak perlu
dihormati, Yesus layak dihormati, dihargai dan dilayani tetapi Tuhan tidak
pernah ambisi untuk menerima semuanya dari manusia.
a.
Latar
Belakang Injil Markus
Di antara keempat Injil, Injil Markus
merupakan kisah yang paling singkat tentang “permulaan Injil tentang Yesus”
(Mark.1:1). Sekalipuun nama nama penulis tidak disebutkan dalam kitab itu
sendiri (termasuk Injil yang lain), dengan suara bulat gereja yang mula-mula
memberikan kesaksian bahwa Yohanes Markus adalah penulis Injil ini. Ia
dibesarkan di Yerusalem dan termasuk angkatan pertama orang Kristen
(Kis.12:12). Markus memiliki kesempatan yang unik karena berhubungan dengan
pelayanan tiga orang rasul Perjanjian Baru yaitu Paulus (Kis.13:1-13; Kol.4:10;
Flp.1:24), Barnabas (Kis.15:39) dan Petrus (1Ptr.5:13), sehingga Markus tahu
mengenai riwayat Kristus dan kegiatan-kegiatan kelompok Kristen yang mula-mula.
Menurut Papias (sekitar 130M) dan beberapa Bapak Gereja abad kedua, Markus
memperoleh isi Injilnya dari hubungannya dengan Petrus (Markus adalah juru
bahasanya Petrus). Ia menulisnya di Roma untuk orang Romawi yang percaya.
Sekalipun saat penulisan Injil ini tidak jelas, sebagian besar sarjana
menetapkan tanggal penulisan Injil Markus sekitar 50-60 M; mungkin Injil ini
yang pertama-tama ditulis sebelum kitab yang lain ditulis.
b.
Penulis
Kitab Injil Markus
Injil Markus merupakan Injil yang ditulis
oleh Markus. Markus adalah seorang yang bukan salah satu dari 12 murid Tuhan
Yesus. Dalam KPR 12:12 dikatakan bahwa Markus adalah seorang penduduk kota
Yerusalem yang rumahnya biasanya digunakan sebagai tempat orang berdoa. Markus
juga dikenal sebagai rekan sekerja dari Simon Petrus (1Ptr.5:13). Markus juga adalah
sepupu Barnabas yang pernah melayani bersama Barnabas (Kol.4:10). Markus juga
dikenal sebagai mantan rekan sekerja rasul Paulus dan rasul-rasul di Yerusalem.
Oleh sebab itu Markus itu dikenal sebagai pribadi yang sangat dekat dan mengenal
rasul-rasul yang terkenal dan sudah berpengalaman di dalam pelayanan, dan
kemungkinan besar Markus mendapat data dan informasi yang akurat dari mereka.
dalam tahun 112 M, di mana Papias menyebut Markus sebagai juru bahasanya
Petrus, oleh sebab itu Injil Markus menunjukkan bahwa khotbah Petrus merupakan
garis besar riwayat Yesus Kristus yang diceritakan dengan lebih terperinci
dalam Injil Markus.[12] Markus nama lengkapnya adalah
Yohanes Markus yang adalah anak dari Maria yang juga adalah teman para rasul
(Kis.12:12). Markus berasal dari keluarga yang cukup berada dan cukup terkenal,
karena ibunya mempunyai rumah dan memelihara budak.[13] Markus merupakan keluarga
yang cukup berada karena ibunya mempunyai para pekerja yang dipekerjakan untuk
mengola usaha yang dijalankan oleh ibunya. Markus bukanlah orang yang miskin,
sehingga semua kebutuhan yang diperlukan oleh Markus pasti terpenuhi dan
tercukupkan.
Sekalipun Yohanes Markus bukan salah satu
dari 12 murid Tuhan Yesus, namun Allah mempercayakan Markus untuk menulis salah
satu dari kitab Injil-Injil untuk menyatakan akan kasih Allah yang sangat besar
melalui cerita mengenai kisah kehidupan Tuhan Yesus mulai dari pembaptisan
Yesus sampai kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Markus tidak pernah menulis Injil
berdasarkan keinginannya sendiri, namun setiap kata yang ditulis dalam keadaan
sadar dan Markus mendapat pengontrolan dari Roh Kudus yang memampukan Yohanes
Markus untuk menulis setiap kebenaran-kebenaran Allah yang ditujukan kepada
orang-orang bukan yahudi.
c.
Tahun
Penulisan
Injil Markus diperkirakan ditulis ketika
Petrus telah meninggal dunia. Ia menulisnya di Roma untuk orang Romawi yang
percaya. Sekalipun saat penulisan Injil ini tidak jelas, sebagian besar sarjana
menetapkan tanggal penulisan Injil Markus sekitar tahun 50-60 M. Mungkin Injil
ini yang pertama-tama ditulis sebelum kitab yang lain di tulis. Dari beberapa
keterangan di atas, maka ada beberapa fakta-fakta yang dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1.
Markus
dibesarkan dalam lingkungan keagamaan Yudaisme.
2.
Markus
kemungkinan besar adalah saksi mata dari beberapa kejadian yang tercatat dalam
Injil yang menyebutkan namanya.
3.
Markus
adalah kawan sekerja dan kawan dekat para pemimpin apostolik (berhubungan
dengan atau berdasarkan ajaran para rasul) dari gereja yang pertama, dan pasti
sudah sangat memahami ajaran mereka mengenai Yesus, dan mengenai “kabar baik”
yang mereka beritakan.
4.
Markus
sendiri turut mengambil bagian dalam tugas pekabaran itu , dan telah
menyaksikan awal berdirinya misi kepada bangsa lain, bukan Yahudi.
Kita harus ingat bahwa tahun penulisan
mengalami perbedaan antara satu penulis dengan penulis yang lain, sehingga
tidak dapat dipastikan tahun penulisan mana yang benar. Tapi satu hal yang perlu
diketahui.bahwa semua pakar teologi setuju bahwa injil Markus ditulis sebelum
tahun 70M. Hal ini didukung oleh J.A.T.Robinson yang berpendapat bahwa Injjil
Markus ditulis sebelum tahun 70M yakni sebelum runtuhnya kota Yerusalem.
d.
Penerima
Injil
Injil Markus tidak ditujukan kepada
orang-orang Yahudi, namun Injil markus ditulis untuk ditujukan kepada
orang-orang Romawi.[14] Markus menulis Injil ini
didasarkan atas desakan dan dorongan para penggemar Petrus yang ada di Roma,
dan Injil ini ditulis kemungkinan besar pada saat Petrus telah meninggal dunia.
Menurut Tenney bukti-bukti internal yang diperoleh membuktikan bahwa orang Roma
merupakan penerima Injil ini, karena perluasan Injil Markus memang
disebarluaskan di Roma. Oleh karena itu tidak diragukan lagi bahwa Injil Markus
tidak ditulis untuk orang Yahudi, tetapi ditulis untuk orang non Yahudi
khususnya orang Kristen yang ada di Roma.
e.
Tempat
Penulisan Injil Markus
Berdasarkkan dari
beberapa keterangan yang menjelaskan bahwa tempat penulisan Injil Markus yaitu
di Italia. Menurut Duyverman di dalam Injil ini juga paling banyak ditemukan
kata-kata Latin seperti Dinar (6:37), Legion (5:9,15), Kodrantes (Lat.Quadran,
Duit-12:42).
f.
Tujuan
Penulisan Injil Markus
Pada tahun 60-an M, orang percaya
diperlakukan secara kejam oleh
masyarakat dan banyak di antaranya
disiksa bahkan dibunuh di bawah pemerintahan kaisar Nero. Menurut
tradisi, di antara para syahid Kristen di Roma itu terdapat rasul Petrus dan
rasul Paulus. Selaku salah seorang pimpinan gereja di Roma, Yohanes Markus
digerakan oleh Roh Kudus untuk menulis Injil ini. Orang sangat membutuhkan
kekuatan dan penghiburan di kala sedang mengalami satu tekanan atau penderitaan
yang dialaminya, oleh karena itu Markus hadir dengan Injilnya ini dengan
beberapa tujuan sebagai berikut:
Pertama, sebagai suatu
antisipasi yang bersifat nubuat atau tanggapan penggembalaan terhadap masa
penganiayaan ini, sehingga orang-orang Kristen yang ada di Roma tetap kuat dan
teguh imannya ketika penganiayaan itu datang.
Kedua, untuk memperkuat
dasar iman dalam orang percaya di Roma, dan jikalau diperlukan, mendorong
mereka untuk dengan setia menderita demi Injil, dengan memperhadapkan kepada
mereka kehidupan, kematian serta kebangkitan Yesus, Tuhan mereka.
g.
Ciri
Khas Injil Markus
Dalam Injil Markus ada empat citi khas utama
yang dijelaskan oleh Markus sebagai berikut:
ü Injil ini penuh
kegiatan, yang lebih menekankan apa yang dilakukan Yesus daripada apa yang
diajarkan oleh Yesus (ada catatan 18 mujizat Yesus dan empat perumpamaan dalam
Markus).
ü Injil ini khususnya
untuk orang Romawi, serta menjelaskan adat istiadat Yahudi, meniadakan semua
daftar keturunan Yahudi dan kisah kelahiran Tuhan Yesus Kristus, penggunaan
istilah Latin dan menterjemhkan kata-kata dalam bahasa Aram.
ü Injil ini bernada
mendesak, dimulai dengan tiba-tiba dan bergerak dengan cepat dari episode yang
satu kepada episode yang lain, dengan menggunakan 42 kali kata keterangan
Yunani yang diterjemahkan dengan “seketika itu juga.”
ü Injil ini ditulis
dengan hidup, seraya menggambarkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus
dengan ringkas dan tepat, dengan gamblang dan dengan keahlian dari seorang
pujangga.
h.
Sifat
Khusus Injil Markus
Markus menekankan bahwa Anak Manusia (Yesus
Kristus) datang bukan untuk dilayani melaikan untuk melayani dan memberikan
nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (10:45). Sifat melayani bagi Markus
merupakan satu pekerjaan Tuhan Yesus selama berada dalam dunia ini, maka dengan
dasar inilah yang menjadi sifat khusus yang ingin ditonjolkan oleh Markus dalam
Injilnya yang dijelaskan sebagai berikut:
1.
Kelahiran
Tuhan Yesus tidak disebutkan sama sekali, karena keturunan seorang hamba tidak
penting; lain halnya dengan keturunan raja seperti Injil Matius yang menekankan
Yesus sebagai Raja dan Injil Lukas menekankan Tuhan Yesus sebagai Anak Manusia.
2.
Tidak
ada keterangan mengenai orang-orang Majus, karena bagi seorang hamba tidak
perlu ditujukan penghormatanNya.
3.
Tidak
ada keterangan mengenai khotbah Tuhan Yesus di atas bukit yang pernah disebut
sebagai pengumuman Kerajaan Allah, karena seorang hamba tidak memerintah.
4.
Markus
tidak memakai gelar seperti Matius- “Raja, Immanuel dsb”, melainkan ia hanya
memanggil Yesus “Guru” (4:38)
i.
Tujuan
Teologis
Markus ketika menulis Injilnya kepada orang
non Yahudi khususnya kepada orang Kristen yang ada di roma mengenai doktrin
teologis yang terdapat di dalam Injilnya menjelaskan hal berikut:
1.
Dalam
Markus doktrin teologis yang paling ditonjolkan oleh Markus adalah mengenai
pekerjaan Yesus sebagai Hamba yang merendahkan diri datang ke dalam dunia bukan
untuk dilayani melainkan untuk melayani. Tuhan Yesus Kristus satu-satunya
teladan yang patut dicontohi dalam kehidupan orang percaya masa kini yang tidak
mau menyombongkan diriNya, sekalipun Tuhan Yesus adalah Allah sendiri yang
mengambil rupa seorang Hamba yang melayani dunia ini (10:45).
2.
Dosa
telah membuat manusia menjadi seteru dengan Allah, oleh sebab itu Tuhan Yesus
datang untuk mendamaikan manusia dengan Allah oleh diriNya dengan cara mati di
atas kayu salib. Kehadiran Tuhan Yesus di dunia ini bukan hanya ingin melayani,
tetapi Tuhan Yesus juga memberikan nyawaNya
menjadi tebusan bagi orang berdosa (10:45). Salib adalah cara Allah
untuk menyelesaikan permusuhan antara manusia dengan Allah. Sekalipun salib
adalah lambang kepahitan dan murka Allah, namun dengan salib itulah Allah
menuangkan murkaNya demi penebusan manusia yang berdosa. Yesus harus melalui
jalan viadolorosa yaitu jalan salib
sebagai satu-satunya cara untuk memuaskan hati Allah sebagai jaminan
keselamatan manusia yang berdosa.
III.
INJIL
LUKAS
Lukas adalah seorang
yang bukan dikenal sebagai salah satu dari 12 murid Tuhan Yesus Kristus. Lukas
juga bukan seorang yang berprofesi sebagai seorang rasul atau sebagai pelayan
Tuhan. Lukas dikenal di kalangan masyarakat non Yahudi sebagai seorang tabib
(dokter) yang kemudian dipakai Tuhan untuk menulis 2 kitab dalam Perjanjian
Baru yakni Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Lukas dipercayakan oleh Allah dan
dipakai sebagai penulis untuk menyatakan kebenaran-kebenaran Allah bagi para
pembaca non Yahudi. Setiap kata yang ditulis oleh Lukas tidak didasarkan dari
keinginan diri sendiri, tetapi semua ditulis oleh Lukas dalam keadaan sadar dan
di bawah pimpinan dan pengontrolan Roh Kudus, sehingga tidak ada satu kata yang
ditulis menyimpang dari kebenaran Firman Allah sesuai dengan kehendak Allah
dalam naskah aslinya. Lukas tidak punya kelebihan dari yang lain, namun Lukas
dipercayakan oleh Allah berdasarkan pada kasih karunia Allah semata, Allah
tidak pernah salah pilih dan tidak pernah kecewa dengan pilihan dan ketetapan
Allah untuk memakai Lukas ebagai penulis 2 kitab dalam Perjanjian Baru.
a.
LataR
Belakang Injil Lukas
Injil Lukas adalah kitab pertama dari dua
kitab yang ditulis Lukas yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus
(Luk.1:1-3; Kis.1:1). Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab
tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari
dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menuliskan kedua
kitab itu. Tema dalam Injil Lukas adalah Yesus, Juruselamat yang Ilahi dan
manusiawi. Rupanya Lukas adalah seorang petobat Yunani satu-satunya orang bukan
Yahudi yang menulis sebuah kitab di dalam Alkitab. Roh Kudus mendorong Lukas
untuk menulis kepada Teofilus (artinya: seorang yang mengasihi Allah) guna
memenuhi suatu kebutuhan dalam jemaat yang terdiri atas dua bagian antara lain:
Pertama, kelahiran, kehidupan dan
pelayanan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus (Injil Lukas). Kedua, pencurahan Roh di Yerusalem dan
perkembangan selanjutnya dari gereja mula-mula (KPR). Kedua kitab ini merupakan
lebih dari seperempat bagian dari seluruh Perjanjian Baru.
Dari surat-surat Paulus, kita mengetahui
bahwa Lukas adalah seorang saudara “yang kekasih ..... seorang dokter”
(Kol.4:14) dan seorang rekan kerja Paulus yang setia (2Tim.4:11; Flm.1:24).
Dari penulisan Lukas sendiri kita mengetahui bahwa ia seorang yang
berpendidikan tinggi, penulis yang trampil, sejarawan yang teliti dan teolog
yang diilhami. Ketika ia menulis Injilnya kemungkinan gereja non Yahudi belum
memiliki Injil yang lengkap atau yang tesebar meluas mengenai Yesus. Matius
menulis Injilnya pertama-tama bagi orang Yahudi, sedangkan Markus menulis Injil
yang singkat bagi gereja di Roma. Orang percaya non Yahudi yang berbahasa
Yunani memang memiliki kisah-kisah lisan mengenai Yesus yang diceritakan oleh
para saksi mata, juga intisari yang tertulis pendek tapi tidak merupakan suatu
Injil yang lengkap dan sistematis (1:1-4). Jadi, Lukas mulai menyelidiki segala
peristiwa itu dengan saksama “dari asal mulanya” (1:3). Barangkali ia
mengerjakan penelitiannya di Palestina sementara Paulus berada di penjara di
Kaisarea (Kis.21:17; 23:23-26:32), dan menyelesaikan Injilnya menjelang akhir
masa itu atau segera setelah ia tiba di Roma bersama dengan Paulus (Kis.28:16).
b.
Penulis
Injil Lukas
Menurut tradisi pada abad ke-2 M dan juga
berdasarkan kanon Muratori, para tokoh-tokoh gereja seperti Ireneus, Origenes
dan Clement dari Aleksandria semua menyatakan bahwa Lukas sebagai penulis kitab
Injil Lukas ini dan juga Kitab Kisah Para Rasul. Meskipun dalam Injil Lukas
penulis tidak mencantumkan identitas diri penulis, tetapi para tokoh gereja
telah menyepakati bahwa Lukaslah yang benar-benar menulis Injil ketiga dari
Injil-Injil Sinoptik (Drane, 211). Lukas adalah dokter dan teman seperjalanan
dalam pelayanan Rasul Paulus. Kanonisasi juha mengakui Lukas sebagai penulis
Injil Lukas.
Lukas adalah seorang yang berpendidikan
tinggi, sehingga dia menulis Injil ini dengan cara spesifik dan khas yang
menarik perhatian orang Yunani Kristen. Dokter Lukas membuka Injilnya dengan
urutan silsilah dari masa Adam, bukan dari masa Abraham, yaitu orang Ibrani
dari bangsa pilihan Allah yang pertama. Hal ini menunjukkan arti bahwa
keselamatan dalam Kristus juga diperuntukan bagi orang-orang bukan Yahudi.
Lukas sama seperti Markus yang menulis Injilnya yang latarbelakangnya bukan
salah satu dari 12 murid Tuhan Yesus. Lukas adalah seorang tabib (Kol.4:14) dan
seorang rekan sekerja rasul Paulus (Fil.1:24). Injil Lukas sangat digemari dan
disenangi banyak orang karena Injil Lukas mengisahkan tentang kehidupan yang
tidak bercela.
c.
Tahun
Penulisan Lukas
Berdasarkan hasil dari pencarian keterangan
mengenai tahun penulisan Injil Lukas ini belum dapat dipastikan dengan jelas
kapan Lukas menyelesaikan kitab Injilnya. Oleh karena itu ada pendapat bahwa ia
memasukkan dalam kitabnya sendiri bahan-bahan dari Injil Markus. Ketika Lukas
menulis teks akhirnya kitabnya itu setelah Injil Markus selesai ditulis dan
diedarkan. Jadi waktu yang diberikan kepada Lukas sedikit banyak bergantung
pada waktu yang diberikan kepada Markus.
Memang kita harus mengakui bahwa tidak ada
kesepakatan di antara para teolog mengenai kepastian kapan Injil ini ditulis.
Namun hal yang perlu diingat bahwa semua teolog setuju dan sepakat bahwa ketiga
Injil ini ditulis sebelum runtuhnya kota Yerusalem sekitar tahun 70M.
d.
Penerima
Injil Lukas
Lukas dalam menulis Injilnya jelas tidak
ditujukan kepada orang Yahudi, tetapi Lukas menuliskan Injilnya kepada orang
non Yahudi yakni orang-orang Kristen Yunani dan orang-orang Kristen Roma. Salah
satu tokoh yang terkenal yakni Teofilus. Teofilus adalah seorang petobat dari
Yunani yang menjadi orang Kristen pertama di kalangan Yunani (Luk.1:1; Kis.1:1)
Lukas sekalipun berprofesi sebagai dokter,
namun dia pernah ikut bersama rasul Paulus dalam perjalanan penginjilan yang
ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi. Dengan pengalaman inilah maka Injil
Lukas ini difokuskan kepada orang-orang bukan Yahudi sebagai penerima Injil
Lukas, yakni orang-orang Kristen Yunani dan orang-orang Kristen Roma. Lukas
sekalipun tidak dididik secara langsung oleh Tuhan Yesus seperti 12 murid
lainnya, namun Lukas mendapat banyak informasi dan pengalaman melalui
perjalanan penginjilan bersama rasul Paulus. Rasul Paulus dikenal sebagai murid
yang terakhir ketika rasul Paulus berjumpa langsung dengan Tuhan Yesus saat
hendak ke Damsyik.
Pengalaman Lukas dengan Paulus yang membuat
Lukas semakin memiliki data dan informasi yang sangat akurat, karena dalam
Injil Lukas dikatakan bahwa Lukas menyelidiki segala peristiwa dan data yang
diperoleh dengan seksama dari mulanya dan Lukas mengambil keputusan untuk
membukukannya secara teratur dan baik sehingga apa yang ditulisnya itu adalah
benar dan bukan hasil karangan dan rekayasa Lukas sendiri (Luk.1:1-4). Bagi
Lukas informasi yang diperoleh dari rasul Paulus merupakan data yang akurat,
karena rasul Paulus merupakan pribadi yang sangat dipakai Allah dan
dipercayakan oleh Allah untuk menulis 14 surat dalam Perjanjian Baru.
e.
Tempat
Penulisan Injil Lukas
Tidak ada petunjuk di dalam Injil Lukas ini
tentang tempat penulisannya. Kemungkinan besar ia menulis kitab ini di luar
Palestina, meskipun ada kemungkinan ia disusun di Kaisarea. Banyak pendapat
yang mengatakan bahwa mungkin Lukas menulisnya di Roma, ada juga yang
mengatakan di Kaisarea, Akhaya, Asia Kecil dan juga di Aleksandria. Semua
pendapat tersebut masih bersifat interpretasi. Tidak ada satu tradisipun yang
pasti mengenai tempat asal penulisan Injil Lukas. Yang jelas dia ditulis di
suatu tempat di wilayah Helenis oleh seorang yang bekerja di antara umat asing
orang-orang bukan Yahudi (Tenney,220). Tidak ada pakar yang memastikan mengenai
tempat penulisan Injil Lukas.
f.
Tujuan
Penulisan Injil Lukas
Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang
bukan Yahudi guna menyediakan suatu catatan yang lengkap dan cermat “tentang
segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia
terangkat” (Kis.1:1-2). Lukas yang menulis dengan ilham Roh Kudus, menginginkan
agar Teofilus dan para petobat bukan Yahudi serta orang-orang lain yang ingin
mengetahui kebenaran akan mengetahui dengan pasti kebenaran yang tepat yang
telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Luk.1:3-4). Kenyataan bahwa tulisan
Lukas ini ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di
seluruh kitab Injil ini; misalnya, ia merunut silsilah Yesus sebagai manusia
sampai kepada Adam (Luk.3:23-38) dan tidak hanya sampai Abraham seperti yang
dilakukan oleh Matius (bdk. Mat.1:1-17). Dalam kitab Lukas, Yesus dengan jelas
terlihat sebagai Juruselamat yang Ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi
kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan.
g.
Ciri
khas Injil Lukas
Ada delapan penekanan yang utama yang
terdapat dalam Injil Lukas sebagai ciri khas lain di antara kitab Injil-Injil
yang dijelaskan sebagai berikut:
1.
Injil
Lukas adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa di dalam kehidupan
Tuhan Yesus sejak menjelang kelahiran sampai kenaikanNya ke sorga.
2.
Kitab
ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan
dan isi yang luar biasa, kosa kata yang kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang
baik sekali. Ini membuktikan bahwa si penulis ini adalah orang yang terpelajar
dan yang memiliki pendidikan yang tinggi.
3.
Lukas
menekankan cakupan universal dari Injilnya bahwa Yesus datang untuk membawa
keselamatan bagi sema orang, baik orang Yahudi maupun bagi orang bukan Yahudi.
4.
Perhatian
Yesus terhadap orang yang serba kekurangan ditekankan, termasuk para wanita,
anak-anak, orang miskin dan kelompok marginal lainnya.
5.
Injil
Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran tentang doa.
6.
Gelar
yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah “Anak Manusia.”
7.
Tanggapan
sukacita menandai mereka yang menerima Yesus dan beritaNya.
8.
Roh
Kudus diberikan sebagai peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan orang
percayaNya (bdk. Luk.1:15,41,67; 2:25-27; 4:1,14,18; 10:21; 12:12; 24:49).
h.
Perbedaan
Injil Lukas Dengan Injil yang Lainnya
Perbedaan yang terdapat dalam Injil Lukas
dengan Injil-Injil merupakan satu kelebihan yang diceritakan oleh Lukas dalam
Injil yang melihat Tuhan Yesus dari sisi kemanusiaanNya. Beberapa hal yang
dijelaskan dalam Injil Lukas ini tidak ditemukan dalam Injil Matius, Injil
Markus maupun Yohanes. Perbedaan ini hanya dilihat dari sisi kemanusiaan Yesus,
karena memang Lukas lebih menekankan kepada Yesus sebagai Anak Manusia daripada
menekankan dari sisi kedudukan Yesus sebagai Raja seperti dijelaskan dalam
Injil Markus dan melihat Yesus sebagai Anak Allah yang dijelaskan dalam Injil
Yohanes. Perbedaan ini meunjukkan kepada para pembacanya bahwa Lukas hanya
menceritakan Yesus sebagai penekanannya dilihat dari sisi kemanusiaan yang
dijabarkan sebagai berikut:
Pertama,
Injil
Lukas dikenal sebagai Injil yang terlengkap dalam menjelaskan mengenai kisah
kehidupan Yesus sejak kelahiran sampai kepada kenaikan Tuhan Yesus ke sorga.
Mengapa dikatakan bahwa Injil Lukas berbeda dengan Injil-injil yang lain,
karena hanya dalam Injil Lukas saja yang menceritakan mengenai masa kanak-kanak
Yesus pada sekitar usia 12 tahun. Lukas menceritakan bahwa pada waktu itu Yesus
bersama dengan kedua orang tuanya pergi ke Yerusalem untuk mengadakan pesta
hari raya, dan setelah selesai mereka pulang, tetapi Yesus tertinggal di Yerusalem
tanpa diketahui oleh orangtuaNya, tiga hari kemudian baru orang tuaNya
menemukan Yesus sedang berada dalam Bait Allah sedang bersama-sama dengan para
alim ulama sedang berdiskusi, dan mereka semua kagum dan heran mendengar
kecerdasan yang dimiliki Yesus (Luk.2:41-52).
Kedua, selain itu juga
dikatakan bahwa dalam Injil Lukas di mana Lukas menceritakan mengenai permulaan
Tuhan Yesus saat memulai pekerjaanNya setelah Dia dibaptis oleh Yohanes
Pembaptis di sungai Yordan. Lukas mencatat bahwa pada waktu itu Tuhan Yesus
kira-kira berumur 30 tahun (3:23). Dalam Injil Matius dan Injil Markus tidak
pernah mencatat mengenai berapa usia Tuhan Yesus pada saat memulai pelayananNya
setelah selesai dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan. Bagi Matius
dan Markus itu mungkin tidak terlalu penting karena penekanan dari kedua Injil
ini berbeda dengan Injil Lukas yang memang menekankan Tuhan Yesus dari sisi
kemanusiaan, sehingga bagi Lukas umur Tuhan Yesus saat memulai pekerjaanNya
sangatlah penting untuk dicatat agar para pembacanya tahu mengenai kapan Tuhan
Yesus memulai pelayananNya.
Ketiga,
di
samping itu juga Lukas menceritakan mengenai kisah pencobaan Tuhan Yesus di
padang gurun secara lengkap dibandingkan dengan Injil Matius dan Injil Markus.
Di mana Lukas menjelaskan bahwa sebelum Yesus dicobai oleh Iblis, Tuhan Yesus
terlebih dahulu telah dipenuhi dengan Roh Kudus (Luk.4:1). Dan juga menjelaskan
bahwa iblis tidak akan diam dengan kekalahan yang baru saja dialaminya ketika
tidak berhasil mencobai Tuhan Yesus. Lukas berkata bahwa Iblis akan mencari
waktu yang tepat lagi untuk mencobai Tuhan Yesus. Kisah ini tidak sempat
diceritakan oleh Matius dan Markus.
Keempat,
kemudian
dalam Injil Lukas dijelaskan bahwa Yesus tidak hanya mengutus 12 murid, tetapi
juga pernah mengutus 70 murid yang diutus berdua-dua untuk pergi memberitakan
Injil Kerajaan (Luk.10:1-12). Tujuan Tuhan Yesus mengutus dua-dua orang dengan
tujuan agar di dalam pelayanan penginjilan mereka saling menopang dan saling
mendukung satu dengan yang lain dalam melayani. Saling menopang dalam pelayanan
merupakan satu hal yang penting, seperti pengalaman rasul Paulus dan Barnabas
yang dikenal sebagai tim yang sukses dan berhasil dalam pelayanan, karena
banyak membawa orang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi
mereka.
Kelima,
megenai
peristiwa di taman getsemani di mana sebelum Tuhan Yesus ditangkap. Sekalipun
Injil Matius dan Markus mencatatnya namun ada satu hal penting yang tidak
diceritakan dalam Injil Matius dan Markus yaitu berkaitan dengan ketakutan yang
dirasakan oleh Tuhan Yesus saat menghadapi cawan kepahitan. Dalam Injil Lukas
dijelaskan bahwa ketika Tuhan Yesus mengalami ketakutan Ia semakin
bersungguh-sungguh berdoa dan peluhNya menjadi seperti titik-titik darah yang
bertetesan ke tanah (Luk.22:44). Ladd berkata bahwa Tuhan Yesus ada dalam
ketakutan yang luar biasa (Ladd,TPB1,253). Tuhan Yesus bukan tidak berani menghadapi
cawan, namun secara manusia Yesus merasa bahwa murka Allah yang akan ditimpakan
kepadaNya terasa terlalu berat, tetapi Yesus tetap berkata: biarlah semua
terjadi bukan karena kehendakNya namun semua itu diserahkan sepenuhnya kepada
Bapa yang telah mengutus Dia untuk mengerjakan pekerjaan Bapa di dunia ini.
Allah menuangkan murkaNya melalui salib yang akan diterima oleh Tuhan Yesus
sebagai penyelesaian dosa yang dilakukan oleh manusia terhadap Allah.
i.
Tujuan
Teologis Injil Lukas
Dalam Injil Lukas penekanan yang disampaikan
oleh Lukas kepada orang kristen non Yahhudi dimana Lukas melihat Tuhan Yesus
dari sisi kemanusiaanNya. Yesus dikenal sebagai Allah sejati, tetapi di sisi
lain Lukas menekankan bahwa Yesus juga adalah manusia sejati yang sama dengan
kita, tetapi satu hal yang tidak dipunyai oleh Tuhan Yesus adalah dosa. Lukas
menjelaskan bahwa kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini bukan hanya kepada
orang-orang Yahudi, tetapi untuk semua orang termasuk orang Yunani dan orang
Romawi dan semua orang kafir yang berada di luar Yahudi. Lukas menulis Injil
bagi orang-orang yang terbuang, sehingga dia mencatat tentang pemungut cukai
yang berdosa (18:10-14), Zakheus orang pendek pemungut cukai yang dikucilkan
masyarakat (Luk.19:1-10). Mengapa Lukas berkata Injilnya berpadanan dengan
orang yang terbuang? Sebab bagi orang Yahudi semua orang di luar Yahudi adalah
orang kafir, orang yang tidak berhak untuk mendapatkan kasih karunia Allah,
orang yang dikucilkan di kalangan orang Yahudi, itu sebabnya orang Yahudi jarang
dan tidak mau bergaul dengan orang-orang non Yahudi karena dianggap kafir dan
najis.
Selain itu juga Lukas menekankan mengenai
kehidupan yang kekal. Lukas berkata bahwa tujuan Tuhan Yesus datang ke dalam
dunia tidak lain ingin mencari dan menyelamatkan orang berdosa (19:10). Dosa
sebagai penyebab terbesar manusia kehilangan kemuliaan Allah dan konsekuensinya
menusia pasti akan mengalami keterpurukan dalam hidupnya. Dosa membuat manusia
semakin jauh dan terpisah dengan Allah. Oleh sebab itu Allah mengutus Yesus ke
dalam dunia dengan tujuan untuk mencari dan menyelamatkan setiap orang yang
terhilang akibat dosa untuk diperdamaikan kembali dengan Allah, supaya manusia
tidak turut dihukum melainkan memperoleh hidup yang kekaln(Yoh.3:16; 14:6;
Kis.4:12).
Ketiga Injil Sinoptik memandang Allah sebagai
Oknum yang Esa tetapi memiliki tiga Pribadi yang berbeda yakni Bapa, Anak dan
Roh Kudus seperti dijelaskan dalam bagan di bawah ini:
>>by:FR<<
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab. Jakarta: Lembaga Lakitab Indonesia,
2005.
Chapman, Adina. Pengantar Perjanjian baru. Bandung: Kalam Hidup, 1993.
Douglas, J.D. Peny. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini I. Disunting oleh FF Bruce,
diterjemahkan oleh JM Pattiasina. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
1999.
Drane, Jhon. Memahami Perjanjian Baru. Diterjemahkan oleh P.G. Katoppo. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2000.
Dunnett, Walter M. Pengantar Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, t.t.
Duyverman, M.E. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1992.
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian baru I. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998.
____________. Teologi Perjanjian baru II. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998.
Ladd, George Eldon. Teologi Perjanjian Baru I. Bandung: Kalam Hidup, 1999.
Pasaribu, Marulak. Diktat Teologi PB I. Solo: STT Berita Hidup, t.t.
Stamps, Donald C. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas, 1996.
Tenney, Merrill C. Survey Perjanian Baru. Malang: Gandum Mas, 1993.
[1]
Merril C. Tenney, Survey Perjanjian Baru (Malang,
Gandum Mas, 1993), 171.
[2]
Tenney, Survey Perjanjian Baru, 174.
[3]
J.D. Douglas, peny., ensiklopedi Alkitab
Masa Kini, peny., F.F. Bruce., pen., J.M. Pattiasina (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 1999), 1: 438-439.
[4]
Marulak Pasaribu, Diktat: Teologi Perjanjian Baru I (Surakarta: STT Berita
Hidup, t.t), 36.
[5]
Federans Randa, Diktat Kuliah: Pembimbing Teologi Sistematika (Surakarta:
Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup, 2007), 26.
[6]
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru
(jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), I:149.
[7]
Adina Chapman, Pengantar Perjanjian Baru
(Bandung: Kalam Hidup, 1993), 12
[8]
Tenney, Survey Perjanjian Baru, 185.
[9]
Chapman, Pengantar Perjanjian Baru,
15.
[10]
Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian
Baru, 15.
[11]
Tenney, Survey Perjanjian baru,183.
[12]
Walter M. Dunnet, Pengantar Perjanjian
Baru (Malang: Gandum Mas, t.t), 19.
[14]
Chapman, Perjanjian Baru, 28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar