PEREDAAN MURKA : MEMANDANG ALLAH
Kata peredaan murka dalam bahasa Inggris, propitiation,
berasal dari kata dalam bahasa Latin, yang berarti menjadikan senang,
meredakan. Propitiation adalah suatu persembahan, tindakan, atau korban
yang membuat kuasa yang memerintah bersifat baik terhadap si pembuat kesalahan.
Sinonim bagi kata propitiation:
1.
Atonement (penebusan, pendamaian) aslinya
berarti reconciliation atau tindakan membawa mereka yang saling menjauh
ke dalam kesepakatan, kini terutama digunakan sebagaimana dalam teologi, dengan
pengertian suatu persembahan, korban, atau penderitaan yang memadai untuk
mendapatkan pengampunan atau imbalan bagi suatu pelanggaran.
2.
Expiation (penebusan) adalah
kemampuan bertahan dan melewati hukuman penuh dari suatu kesalahan atau
kejahatan.
3.
Satisfaction (pemuasan, pemenuhan
tuntutan) berarti pemberian hukuman memadai sepenuhnya terhadap
kesalahan yang dilakukan.
Propitiation
meredakan
si pemberi hukum; satisfaction memenuhi tuntutan hukum.
Dalam
KJV kata propitiation muncul tiga kali saja:
1. Roma
3:25
Pada
ayat ini propitiation merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Yunani, hilasterion.
2. 1
Yohanes 2:2; 4:10 (TB: pendamaian)
Pada kedua ayat ini kata , merupakan terjemahan
dari kata hilasmos.
Dalam
Ibrani 9:5 kata hilasterion digunakan untuk menggambarkan tutup
pendamaian yang menutupi tabut perjanjian dan yang di atasnya darah dipercikkan
sekali setahun pada hari penebusan. Kata kerjanya, hilaskomai, muncul
dua kali:
1. Lukas
18:13 yang di dalamnya si pemungut cukai berdoa, “Ya Allah, kasihanilah aku
orang berdosa ini,”
2. Ibrani
2:17: “untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”
Untuk memahami peredaan murka dalam Alkitab kita harus
memahami pelambangan kemah suci. Tutup pendamaian adalah tutup tabut
perjanjian, terbuat dari emas murni, dengan dua kerub berdiri di kedua ujungnya
dan melihat ke bawah, ke bagian atas tutup pendamaian.
Kata Ibrani untuk tutup pendamaian adalah kapporeth atau
tutupan, dari akar kata yang sama yang dalam KJV diterjemahkan atonement (penebusan,
pendamaian) di sepanjang Perjanjian Lama. Tutup pendamaian bukan sekadar tutup
tabut perjanjian tapi juga menutupi isi tabut perjanjian, yakni Hukum Allah.
Kerubim pertama kali terlihat dalam Alkitab sebagai
penjaga pohon kehidupan di taman Eden setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa
dan diusir dari sana. Emas biasanya digunakan sebagai lambang kebenaran Allah.
Dapat dimaknai para penjaga kebenaran Allah melihat ke Hukum yang benar dari
Allah tetapi hukum tersebut telah dilanggar umat Allah, Israel, yang
mendatangkan konsekuensi hukuman Allah. Tetapi Allah dalam kemurahan-Nya
kemudian turun tangan dan menyediakan suatu korban, yang darahnya apabila
dipercikkan ke atas tutup emas tabut akan mengubah tutup itu menjadi tutup
pendamaian. Sehingga, ketika kerubim melihat ke bawah kepada hukum yang
dilanggar mereka melihat darah yang menyela, yang telah sepenuhnya memenuhi
tuntutan kebenaran Allah. Allah telah diredakan murka-Nya dan kini bebas
memberi rahmat-Nya kepada orang yang seyogianya dihukum. Karena itu Paulus
menyerukan,
Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan
dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah
ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman dalam darah-Nya.
Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan
dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah
untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan
juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus” (Roma 3:24-26).
Pada sepanjang dispensasi Perjanjian Lama hanya Imam
Besar yang dapat betemu dengan Allah sebagai wakil bangsa itu, dan hanya sekali
dalam setahun. Tetapi Kristus telah membuka jalan yang baru serta hidup ke
ruang mahasuci melalui darah-Nya (lihat Ibrani 9:6-12; 10:19-22), sehingga
penyembah perorangan dapat datang dengan penuh keberanian ke hadapan Allah
untuk bertemu dengan-Nya (Ibrani 4:16).
Takhta kebenaran telah menjadi takhta kasih karunia;
takhta keadilan telah diubah menjadi takhta rahmat (mercyseat, kata yang
dipakai dalam KJV untuk tutup pendamaian). Dan Kristus telah diajukan sebagai Mercyseat,
Takhta Rahmat itu. Dialah Hilasterion dan Hilasmos tersebut.
Agama manusia alamiah memandang Allah murka terhadap
pendosa dan pendosa harus melakukan sesuatu untuk meredakan Allah. Alkitab
mengetengahkan Allah yang sungguh berbeda. Kepada kita dikatakan bahwa ketika
kita masih berdosa Allah telah menunjukkan kasih-Nya kepada kita dan Kristus
telah mati bagi kita (Roma 5:8).
Walaupun manusia telah menjauhkan dirinya dari Allah, dan
Allah tidak dapat melihat dosa tanpa menghakiminya, Allah tidak memerlukan
sesuatu untuk dilakukan kepada-Nya guna mendapatkan perkenanan-Nya. Ia sendiri
memberi diri-Nya sebagai pemenuhan tuntutan atas dosa-dosa manusia, Ia malah
meminta manusia untuk didamaikan dengan-Nya melalui karya yang telah
dituntaskan Kristus, bukan hanya bagi dosa orang percaya, atau orang pilihan,
tetapi juga bagi seluruh dunia (1 Yohanes 2:2). 1Yohanes 4:10, “Inilah kasih itu: Bukan kita
yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang
telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.”
menguatkan pernyataan bahwa keselamatan, dengan peredaan murka merupakan salah
satu unsurnya saja, adalah berasal dari Allah.
Doa si pemungut cukai dalam Lukas 18:13 telah banyak
disalahpahami. Ayat ini menjadi kegemaran banyak penginjil yang meminta para
petobat baru untuk berdoa, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini, dan selamatkanlah aku,
demi Kristus.”Kata kasihanilah adalah, kiranya diredakan murkanya.
Dapatkah pendosa meminta kepada Allah untuk diredakan murka- Nya terhadapnya?
Secara dispensasional, ini doa yang cocok bagi si pemungut cukai, yang membawa
hewan korbannya dan berdoa kiranya Allah berkenan menerima persembahannya
sebagai suatu pereda murka atas dosa-dosanya, tetapi kemudian Allah telah
menyediakan pereda murka yang lengkap dan sempurna. Tidak perlu lagi sekarang
ini meminta Allah untuk berbaik hati; Ia telah berbaik hati. Yang harus
dilakukan pendosa hanyalah menerima hal yang telah Allah sediakan.
PENEBUSAN
MEMANDANG DOSA
Tiga ajaran dasar Keselamatan adalah Penebusan, yang
memandang dosa; Pendamaian, yang memandang manusia; dan Peredaan Murka, yang
memandang Allah.
Penebusan
dalam Perjanjian Lama
Disebutkan sebanyak 139
kali. Seringkali berkenaan dengan barang-barang. Bebrapa tulisan paling awal
menganai penabusan di Perjanjian Lama:
1. Ayub
19:25 : penebusnya
(Allah)
2. Keluaran 6:6; 15:13 :
Allah menebus Israel keluar Mesir
3. Bil
3:49 : mengenai
uang tebusan
4. Yes
52:3 : masa
depan penebusan Israel, mengingatkan
kita pada 1Petrus 1 : 18-19
5. Mzm
49:8-10 : ketidak
mungkinan sesorang menebus atau memberikan tebusan
Sanak Penebus sebagai lambang
Penebusan klasik dalam
kitab Rut, tidak berkaitan dengan jiwa manusia tapi sebidang tanah. Naomi
kehilangan suami dan anak-anak laki-lakinya lalu kembali ke Bethlehem. Rut
seorang wanita Moab adalah menantunya, ikut bersama Naomi. Naomi punya sanak
dari pihak suaminya (alm) yaitu Boas. Boas bertemu dengan Rut saat Rut memungut
jelai yg terlewat dituai. Rut mengajukan supaya Boas menebus tanah bapak
mertuanya (alm). Bagian dari tawaran
tersebut adalah siapapun yang menebusnya harus mengambil Rut menjadi istri.
Boas bersedia melakukannya, jika orang lain, yang lebih dekat sebagai sanak,
menolak melakukannya.
Bagian
dari penawaran yang dilakukan adalah bahwa siapa pun yang menebus tanah
tersebut harus mengambil Rut sebagai istrinya untuk menegakkan nama orang yang
telah meninggal itu di atas harta peninggalannya.
Sanak terdekat tidak dapat melakukannya
sehingga Boas menerima penawaran tersebut. Anak Rut dan Boas adalah Obed, yang
merupakan kakek Raja Daud.
Berdasarkan
cerita tersebut, syarat penebus :
1. Harus
sanak
Kristus menjadi sanak manusia melalui inkarnasi
2. Harus
cukup kaya untuk membayar penebusan
Penebusan oleh kristus : telah dibayar dengan darah-Nya
yang mahal
3. Sanak
terdekat mendapat prioritas untuk menebus sanak lainnya jika ia sanggup menebus
Sanak terdekat merupakan lambang bagi Hukum (Taurat) yang
punya klaim prioritas bagi pendosa, tapi tidak dapat menebus
4. Orang
yang sanggup menebus harus mau melakukan
tindakan menebus
Tuhan
Yesus memenuhi keempat persyaratan tersebut. Kisah tersebut menjadi lambang
karena tempat kejadiannya di Bethlehem dan puncak ceritanya adalah Raja Daud.
Kata-kata
penebusan dalam Perjanjian Baru
1.
Agorazo:
tempat berjual beli (pasar) dan membeli di pasar.
Kata tersebut digunakan bagi penebusan
rohaniah dalam ayat-ayat berikut:
a. 1
Korintus 6:20; 7:23: “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas
dibayar.”
b. 2
Petrus 2:1: “menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka.”
c. Wahyu 5:9: “Engkau telah disembelih dan dengan
darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah ....”
d. Wahyu
14:3, 4: “seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu
.... Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah
dan bagi Anak Domba itu.”
2.
Exagorazo:
Kata ini bukan hanya berarti membayar harganya, tetapi juga menebus, membeli
dari pasar, mengambil alih dari kuasa pihak lain.
Digunakan dua kali berkenaan dengan Kristus
menebus atau melepaskan manusia dari
kuasa Hukum yang berkenaan dengan Musa.
a. Galatia 3:13: “Kristus telah menebus kita dari
kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis:
‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib.’”
b. Galatia
4:5: “Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya
kita diterima menjadi anak.”
3.
Lutro: membebaskan melalui
pembayaran tebusan .
Kata
kerjanya muncul tiga kali.
a. Lukas
24:21: “Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk
membebaskan bangsa Israel.”
b. Titus
2:14: “Yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk
menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat
baik.”
c.
1 Petrus 1:18, 19: “Sebab kamu tahu, bahwa
kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek
moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus.”
Kata benda lutron digunakan dua kali,
Matius 20:28 dan Markus 10:45, “untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang.”
Kata benda lutrosis digunakan tiga
kali:
a.
Lukas 1:68: “Terpujilah Tuhan, Allah Israel,
sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa
kelepasan baginya.”
b.
Lukas 2:38: “datanglah ia ke situ ... dan
berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk
Yerusalem.”
c.
Ibrani 9:12: “dan Ia telah masuk satu kali
untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus ... dengan membawa darah-Nya
sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal (bandingkan
frasa terakhir dengan KJV, obtained eternal redemption for us, menghasilkan
kelepasan kekal bagi kita).
4.
Apolutrosis: kelepasan yang terjadi karena pembayaran
tebusan, digunakan sembilan kali berkenaan dengan penebusan dari dosa.
a. Lukas 21:28: “Apabila semuanya itu mulai
terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.”
b. Roma
3:24: “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena
penebusan dalam Kristus Yesus.”
c.
Roma 8:23: “menantikan pengangkatan sebagai
anak, yaitu pembebasan tubuh kita.”
d. 1
Korintus 1:30: “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam KristusYesus, yang oleh Allah
telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus
kita.”
e. Efesus
1:7: “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu
pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya.”
f.
Efesus 1:14: “sampai kita memperoleh
seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah.”
g. Efesus
4:30: “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan
kamu menjelang hari penyelamatan.”
h. Kolose
1:14: “di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.”
i.
Ibrani 9:15: “Karena itu Ia adalah Pengantara
dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat
menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk
menebuspelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang
pertama.”
Dapat disimpulkan bahwa Alkitab mengetengahkan keadaan
manusia yang pada dasarnya telah berada di bawah kuasa dosa, dan dari keadaan
tersebut ia sendiri tidak berdaya membebaskan dirinya. Untuk membebaskan
manusia,suatu tebusan harus dibayar.
Paulus dalam Roma 7:14 mengatakan bahwa dia bersifat
daging dan terjual di bawah kuasa dosa. Namun telah dibebaskan dari perbudakan
tersebut melalui penebusan yang telah Kristus sediakan.
Kepada siapa tebusan dibayar?
1. Ada anggapan bahwa kristus membayar tebusan kepada
iblis, dengan alasan bahwa manusia diperhambakan kepada iblis, namun tidak ada
transaksi demikian dslsm Alkitab, tidak ada perundingan Kristus dengan iblis
dan tidak ada yang dapat dituntut iblis
dari manusia.
2. Kristus tidak membayar tebusan kepada dosa, karena
manusia memiliki natur berdosa sehingga melukai Hukum Allah.
3. Paulus mengatakan bahwa kita telah ditebus dari kutuk
hukum Taurat (Galatia 3:13).
“Sengat maut ialah
dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah
memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1Korintus
15:56, 57).
Prinsip Paulus, hukum berkuasa atas seseorang selama
orang itu hidup dan bahwa kematian adalah satu-satunya hal yang dapat
membebaskan manusia dari hukum. Tetapi bagaimana kita mati? Paulus berkata,
“Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi hukum Taurat oleh
tubuh Kristus” (Roma 7:4). Orang percaya telah mati ketika tubuh Kristus
tergantung di kayu salib. Untuk apa kita mati? Roma 7:4, “supaya kamu menjadi
milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang
mati, agar kita berbuah bagi Allah.”Dengan semua ini Hukum Allah tetap berdiri
dengan segala kebenarannya, tetapi hubungan Paulus dengan hukum tersebut telah
berubah. Paulus tidak lagi berada dibawah kuasa dan kutuk hukum itu.
Galatia 5:1 menyebutkan, “Supaya kita sungguh- sungguh
merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan
jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan” dan Galatia 5:13 “Saudara-saudara,
memang kamu telah dipanggil untuk merdeka”. Tetapi Paulus mengatakan dirinya
sebagai hamba Yesus Kristus. Perlambang mengenai hamba yang merdeka ada dalam
Keluaran 21:1-11. “Kristus tidak mau menahan dalam perhambaan, hamba-hamba yang
tidak berkemauan penuh”. Menjadi hamba kristus adalah pilihan berdaasarkan
kasih kepada Kristus.
ASPEK MASA DEPAN PENEBUSAN
Tebusan sudah dibayar lunas dan
orang percaya sekarang ini telah mengalami penebusan. Termasuk juga ciptaan itu
sendiri. Dalam Roma 8 disebutkan “Karena makhluk itu sendiri juga akan
dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan
kemuliaan anak-anak Allah. Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala
makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama
merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah
menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil
menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.”
Masa depan penebusan disebut pengangkatan sebagai anak, disebut “hari
penyelamatan” dalam Efesus 4:30, dan
dalam Efesus 1:13, 14, kepada kita
dikatakan orang percaya telah dimeteraikan dengan Roh Kudus sebagai tanda
milik-Nya, sampai pada penebusan terhadap milik yang telah dibeli tersebut.
Hari penebusan itu, bagi orang percaya dalam Tubuh
Kristus akan terjadi pada saat pengangkatan,
yakni ketika Kristus datang dari surga untuk mengangkat anggota-anggota
Tubuh-Nya bertemu dengan-Nya di angkasa.
Dalam dispensasi lain, Lukas
21:28 menyebutkan penebusan pada masa
mendatang terjadi setelah masa orang bukan Yahudi berlalu, pada akhir masa
Tribulasi, ketika Kristus datang ke dunia untuk mendirikan Kerajaan Milenial-Nya.
Petrus menyebutnya sebagai “waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang
difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu”
(Kisah Para Rasul 3:21). Milenium akan merupakan kelepasan besar dari kungkungan
kerusakan sekarang. Setelah pemerintahan seribu tahun Kristus dan pemberontakan
terakhir Iblis (Wahyu 20:7-10), Kristus akan menaklukkan musuh terakhir untuk
dibinasakan, yakni maut atau kematian (1 Korintus 15:26), dan seluruh ciptaan
pada akhirnya akan terbebas dari akibat dosa; dan penebusan, dalam keseluruhan
pengertian kata tersebut, akan terpenuhi.
PEMETERAIAN, PENGANGKATAN SEBAGAI ANAK,
PENGURAPAN, DAN PENGUDUSAN
Roh Kudus adalah Pihak ke-Allahan yang aktif
yang melahirkan kembali dan memberi hidup kekal kepada orang percaya serta
melalui layanan baptisan-Nya Ia membuat orang percaya sebagai anggota Tubuh
Kristus. Keselamatan tidak sekadar
pengampunan dosa, tetapi merupakan karya Ilahi yang kompleks yang melaluinya
banyak hal terlaksana. Masing-masing karya Ilahi tersebut, akan menambah
jaminan dan kepastian bahwa orang percaya memiliki kedudukan yang baru dan
kekal di dalam Kristus.
PEMETERAIAN
·
Meterai atau segel dimaksudkan
untuk perlindungan, jaminan, dan pemeliharaan.
·
Kata meterai digunakan dalam
sejumlah hal berbeda dalam Alkitab, seperti : gulungan kitab bermeterai tujuh
dalam kitab Wahyu, atau sunat sebagai meterai kesungguhan kebenaran iman
Abraham.
·
Hanya ada tiga tempat dalam
Alkitab yang menunjuk kepada pemeteraian sebagai pekerjaan Roh Kudus :
1)
“Sebab Dia yang telah meneguhkan
kami bersama-sama dengan kamu
di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan
tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai
jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (2 Korintus 1:21, 22).
2)
“Di dalam Dia kamu juga karena
kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu di dalam Dia
kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang
dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita
memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk
memuji kemuliaan-Nya” (Efesus 1:13, 14).
3)
“Dan janganlah kamu mendukakan
Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan”
(Efesus 4:30).
·
Pemeteraian oleh Roh Kudus
terjadi saat percaya, bukan setelah percaya seperti ditunjukkan
KJV dalam Efesus 1:13 (KJV: in whom also after that ye believed, ye were
sealed with that holy Spirit of promise, di dalam dia juga setelah kamu
percaya, kamu dimeteraikan dengan roh Kudus yang dijanjikan). Aorist
Participle dari percaya di sini menandai tertentunya dan telah
selesainya tindakan percaya tersebut (TB: ketika kamu percaya, dimeteraikan).
Saat percayalah Roh Kudus melaksanakan pekerjaan tersebut.
·
Leon Tucker memberi analisis
rangkap tujuh mengenai kebenaran ini:
1. Tempat
Pemeteraian,—dalam Kristus, di dalam Dia.
2. Pribadi yang
Memeteraikan,—Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.
3. Pribadi yang
Dimeteraikan,—di dalam Dia kamu dimeteraikan.
4. Maksud
Pemeteraian,—jaminan bagian kita.
5. Milik yang Dimeteraikan—kita milik Allah (KJV: the purchased
possession, milik yang telah dibeli)
6. Jaminan Pemeteraian—menjelang hari penyelamatan (KJV: unto
the day of redemption, sampai hari penebusan).
7. Pujian
Pemeteraian—kemuliaan-Nya.
· Cobern, sang ahli arkeologi, menyatakan, “Dimeteraikan (sphragizo
; Roma 15:28), dalam papirus berarti dilindungi kerajaan dan dikuasai untuk
digunakan kerajaan.”
· Pemeteraian Allah atas orang percaya adalah tanda kepemilikan
Allah. Seperti telah dikatakan Paulus :
1) “kamu bukan milik kamu
sendiri, sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar” (1 Korintus
6:19, 20).
2) kita “suatu umat kepunyaan-Nya sendiri” (Titus 2:14, KJV: a
peculiar people, suatu umat khusus)
· Pemeteraian adalah jaminan bagian kita. Allah telah memberi Roh
Kudus-Nya kepada orang-orang percaya sebagai jaminan dan pertanggungan bahwa
suatu hari kelak Ia akan menyelesaikan pekerjaan yang telah dimulai-Nya dan
akan menebus pribadi orang percaya secara utuh, tubuh, jiwa, dan roh. Hari yang
akan datang itu disebut hari pengangkatan sebagai anak atau hari penebusan
(bandingkan Roma 8:23).
·
Pemeteraian Allah dilakukan atas
orang percaya sampai pada hari penebusan, yang berarti bahwa tidak ada kuasa
mana pun di jagat raya yang akan sanggup melepaskan meterai atau mengambil
kepunyaan tersebut dari Allah.
PENGANGKATAN SEBAGAI ANAK
Dalam bahasa Inggris, kata adoption (adopsi)
berarti “sonship” (status sebagai anak). Gambaran Alkitab tentang adopsi
lebih kepada penempatan seorang anak yang merupakan bagian keluarga pada
kedudukan hak istimewa dan wewenangnya ketika ia mencapai masa dewasa.
Kebiasaan ini tercermin dari kisah anak yang hilang, yang kepadanya sang ayah
membagi harta yang menjadi hak anak itu (Lukas 15:12).
· Paulus manunjukkan bahwa Israel di bawah Taurat sama dengan
seorang anak yang belum akil balig, yang dalam masa tersebut tidak berbeda
dengan seorang hamba (Galatia 4:1-5). Setelah genap waktunya, dan Anak Allah
telah datang membebaskan mereka yang berada di bawah Taurat, umat Allah
dijadikan anak-anak-Nya, yakni mereka menerima adopsi atau pengangkatan sebagai
anak.
· Paulus menyatakan bahwa adopsi, bersama hak-hak istimewa lainnya,
adalah milik Israel (Roma 9:4).
· Status sebagai anak tidak diterapkan kepada Israel saja. Paulus
menunjukkan dalam dispensasi sekarang semua orang percaya telah menerima adopsi
atau status sebagai anak. Hal tersebut juga menggambarkan kebenaran umum dalam
Roma 15:27, yakni bahwa sekarang ini orang bukan Yahudi telah dijadikan
pengambil bagian dalam harta rohani orang Yahudi.
· Pengaruh praktis dalam kehidupan Kristen : bahwa kita tidak pantas
disebut anak-anak-Nya, dan tentu saja kita memang tidak pantas, namun melalui
Kristus Allah telah memberikan kepada kita segala hak istimewa sepenuhnya
sebagai anak, dan mengharapkan kita bertindak sebagai anak-anak Allah.
· Kita telah menerima pengangkatan sebagai anak-Nya, dalam
pengertian lain kita juga sedang menantikan pengangkatan sebagai anak, seperti
ditunjukkan dalam Roma 8:23. Saat tibanya waktu adopsi itu, Allah
menyempurnakan setiap orang percaya baik tubuh, jiwa, dan roh, dan akan
menampilkan mereka di mata dunia sebagai anak-anak-Nya.
à Kolose 3:4, “Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan
diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan,”
à Efesus 2:7, “Supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan
kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan
kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.”
PENGURAPAN
Perjanjian Baru bahasa Yunani
menggunakan tiga kata utama untuk pengurapan :
ü Aleipho adalah
kata yang umum untuk pengurapan tubuh dengan minyak.
ü Murizo digunakan
untuk pengurapan tubuh yang akan dikuburkan.
ü Chrio dan
kata bendanya Chrisma terbatas digunakan untuk pengurapan-pengurapan
suci dan simbolik.
ü Nama Kristus sendiri berarti Yang Diurapi.
Dalam Perjanjian Lama, pengurapan
disebutkan sebanyak 140 kali berkaitan dengan para raja, imam, nabi, dan
objek-objek suci. Daud disebut sebagai yang diurapi Tuhan sebanyak 12 kali
dalam 1 Samuel saja.
Dalam versi Septuaginta-nya tertulis christos milik
Tuhan atau kristus.
Dalam bahasa Ibrani kata tersebut adalah mashiach, mesias.
· Pengurapan fisik raja atau imam menjadi lambang bagi
pemisahan orang yang diurapi oleh Allah ke dalam jabatan khusus, serta
pemberian kuasa dan wewenang kepadanya.
· Walaupun raja di Israel disebut kristus atau mesias
Tuhan, para nabi menyampaikan janji mengenai Orang tertentu yang masih akan
datang yang akan menjadi Mesias ITU, Kristus ITU.
ü Pertanyaan Herodes, “di mana Mesias akan dilahirkan”
(Matius 2:4).
ü “Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan
berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia
adalah Mesias” (Lukas 3:15).
ü Yesus bertanya kepada orang-orang Farisi, “Apakah
pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia? Kata mereka kepada-Nya: Anak
Daud” (Matius 22:42).
ü Paulus pergi ke sinagoge dan berbicara dengan orang
Yahudi, ia menerangkan dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan
bangkit dari antara orang mati” (Kisah Para Rasul 17:2, 3), setelah itu ia
memperkenalkan Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama.
· Lalu bagaimana Yesus menjadi Yang Diurapi, Kristus
dari Allah? Petrus menyatakan, “Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi
Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa” (Kisah Para Rasul 10:38). Mi-nyak urapan
dalam Perjanjian Lama adalah lambang untuk Roh Kudus. Yesus bukan diurapi
dengan minyak, yakni lambangnya, tetapi dengan Roh Kudus, kenyataannya.
· Roh Kudus yang diberikan ke dalam diri orang percaya
disebut pengurapan:
ü Paulus menyatakan, “Sebab Dia yang telah meneguhkan
kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah
mengurapi” (2 Korintus 1:21).
ü Yohanes berkata, “Tetapi kamu telah beroleh pengurapan
dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya .... Sebab di
dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya.
Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana
pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu dan pengajaran-Nya itu benar,
tidak dusta dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah
hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia” (1 Yohanes 2:20, 27).
Walaupun ada perbedaan tak
terhingga antara Pribadi Kristus, anak kekal Allah, dengan diri kita, namun
kita sebagai orang percaya juga disebut “anak-anak Allah” dan “kristus-kristus”
(orang-orang yang diurapi).
PENGUDUSAN
Kata dalam Alkitab
Kata kerjanya hagiazo dalam
KJV diterjemahkan sanctify (menguduskan), hallow (suci atau
kudus), dan let be holy (kiranya dikuduskan). Kata
bendanya, hagiasmos, diterjemahkan KJV holiness (kekudusan) dan sanctification
(pengudusan). Kata sifat bentuk netralnya, hagion, diterjemahkan
KJV sanctuary (tempat kudus), Holiest of all (Mahakudus),
holiest (terkudus), dan holy place (tempat kudus). Kata
sifatnya, hagios, diterjemahkan KJV holy (kudus) dan saints
(orang-orang kudus).
Arti Pengudusan
· Arti dasar pengudusan adalah pemisahan bagi Allah,
pemisahan dari yang jahat, kondisi yang diakibatkan, atau tingkah laku yang
sesuai dengan mereka yang telah dipisahkan.
· KJV (Roma 1:7; 1Korintus 1:2) memberi kesan bahwa
orang-orang percaya belumlah orang-orang kudus dengan menerjemahkan “called
to be saints” (dipanggil untuk menjadi orang-orang kudus). Seharusnya
berbunyi, “called saints” (dipanggil orang-orang kudus; TB: “dipanggil
dan dijadikan orang -orang kudus,” dan “dipanggil menjadi orang-orang kudus”).
· Dalam Alkitab, sebutan orang kudus adalah nama yang
diberikan Allah bagi umat-Nya, sedangkan Kristen adalah nama yang
diberikan manusia bagi orang percaya: “Di Antiokhia lah murid-murid itu untuk
pertama kalinya disebut Kristen” (Kisah Para Rasul 11:26).
· Pengudusan bukan harus berarti tanpa dosa.
ü Paulus menujukan suratnya kepada orang-orang Korintus
sebagai orang-orang kudus, namun jika seseorang membaca surat itu ia akan
terkejut melihat betapa berdosanya orang-orang kudus tersebut.
ü kata tersebut sering digunakan dalam Perjanjian Lama
untuk benda tak bernyawa yang tidak dapat berbuat dosa.
· Pengudusan tidak harus menyiratkan keadaan sudah
selesai. Umat Israel perlu dikuduskan berulang-ulang kali.
· Pengudusan tidak harus menyiratkan perbaikan kelakuan,
karena Allah dikatakan dikuduskan dan disucikan, dan Ia senantiasa tak berubah.
Aspek Berbeda Pengudusan
1. Pengudusan dalam hal Kedudukan.
· Merupakan pekerjaan objektif Allah, bukan pengalaman
subjektif orang percaya.
· Pengudusan bukan berarti orang percaya harus suci
dalam semua yang dilakukannya. Orang percaya adalah orang kudus karena telah
dipisahkan dengan cara ditempatkan di dalam Kristus. Kedudukannya tersebut
adalah kedudukan yang sempurna di hadapan Allah.
ü Kristus telah menjadi pengudusan bagi kita (1 Korintus
1:30, bandingkan KJV).
ü “Kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya
oleh persembahan tubuh Yesus Kristus” (Ibrani 10:10).
· Dalam gereja Roma Katolik terdapat orang-orang, baik
pria mau pun wanita, yang dijadikan orang suci oleh gereja hanya setelah mereka
mati dan dianggap bahwa setelah kematian tersebut mereka telah menampakkan diri
dan telah melakukan semacam mukjizat. Padahal dalam Alkitab Katolik semua orang
Kristen disebut orang kudus lusinan kali.
2. Pengudusan dalam hal Pengalaman.
· Ini yang merupakan aspek subjektif pengudusan. Aspek
ini berhubungan dengan tingkah laku.
· Paulus berkata, “Karena inilah kehendak Allah: pengudusan(Inggris:
sanctification)mu yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu
masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di
dalam pengudusan dan penghormatan” (1 Tesalonika 4:3,4).
· Dalam Perjanjian Baru KJV kata sanctification hanya
muncul dalam tiga ayat :
ü 1 Korintus 1:30 telah dikutip di atas.
ü II Tesalonika 2:13 (TB: menguduskan) berbicara
mengenai pengudusan oleh Roh, yang berkaitan dengan pekerjaan pendahuluan Roh
dalam membawa keselamatan kepada setiap orang percaya.
ü I Petrus 1:2 (TB: dikuduskan) serupa dengan ayat
sebelumnya, menunjukkan bagaimana orang yang dipilih memperoleh keselamatan.
· Dalam KJV kata yang sama diterjemahkan holiness (kekudusan)
dalam Roma 6:19, 22; 1 Tesalonika 4:7; 1 Timotius 2:15; dan Ibrani 12:14
3. Pengudusan Akhir.
Walaupun
kata pengudusan tidak digunakan dalam Alkitab untuk keadaan akhir, keadaan
sempurna orang percaya dalam kekekalan, gambaran tersebut terdapat dalam banyak
ayat yang berbicara tentang kita yang “menjadi sama seperti Dia” atau “serupa
dengan gambaran anak-Nya,” ataupun “tak bernoda dan penuh kegembiraan di
hadapan kemuliaan-Nya.”
Sarana Pengudusan
1. Pengudusan dikatakan dilakukan Allah.
Bapa
menguduskan (1Tesalonika 5:23). Anak menguduskan (Efesus 5:26); Ibrani 2:11;
13:12). Roh menguduskan (Roma 15:16; 2 Tesalonika 2:13).
2. Pengudusan terjadi melalui persekutuan dengan Kristus:
“...dikuduskan dalam Kristus Yesus” (1
Korintus 1:2).
3. Pengudusan terjadi melalui Firman Allah.
“Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah
kebenaran” (Yohanes 17:17).
4. Pengudusan terjadi melalui kematian Kristus dan penumpahan
darah-Nya.
ü “Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan
satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus” (Ibrani
10:10).
ü
“Itu jugalah sebabnya
Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan
darah-Nya sendiri”(Ibrani 13:12).
5.
Pengudusan
terjadi melalui iman.
“Supaya
mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat
bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan” (Kisah Para
Rasul 26:18).
6. Orang percaya dapat menguduskan orang yang
tidak percaya.
“Karena
suamji yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya (yang beriman) dan
isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya” (1 Korintus 7:14). Ini
bukan berarti bahwa orang tidak percaya tersebut diselamatkan, walaupun hal itu
dapat berujung pada keselamatannya. Artinya hanya sekadar bahwa ia telah
tergabung ke dalam lingkunganKristen, khususnya dalam menjadi “satu daging”
dengan istrinya (Efesus 5:31).
7. Orang percaya dapat saja menguduskan diri
mereka sendiri.
ü “Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang
memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua
pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan
kita dalam takut akan Allah” (2 Korintus 7:1).
ü Pengudusan diri demikian dihasilkan dari penyerahan
diri kepada Allah (Roma 6:13, 19; 12:1, 2), dari memandang diri telah mati bagi
dosa (Roma 6:11), dari hidup di dalam terang (1 Yohanes 1:7); dan dari
pertumbuhan dalam anugerah (2 Petrus 3:18; 2 Korintus 3:18).
Pandangan Keliru tentang Pengudusan
1. Eradikasionisme.
· Adalah mungkin untuk membunuh atau membasmi
(mengeradikasi) natur dosa sepenuhnya, sehingga seseorang sejak saat itu
menjadi sepenuhnya suci dan bersih dari dosa.
· Ini terkadang disebut “pekerjaan kedua dari anugerah.”
· Eradikasi dikaitkan dengan penerimaan baptisan Roh,
dan biasanya dihubungkan dengan berbicara dengan bahasa lidah.
· Didasarkan pada beberapa ayat Alkitab: “Yesus
mengatakan kepada murid-murid-Nya untuk tinggal atau menanti di Yerusalem
sampai mereka diperlengkapi dengan kuasa dari tempat tinggi (Lukas 24:49).
· Menanti dianggap perlu untuk menerima pengalaman
seperti pada hari Pentakosta hanya karena Pentakosta merupakan hari adven
(kedatangan Roh Kudus ke dunia)
· Ibrani 12:14 sering dikutip’ “Berusahalah hidup damai
dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak
seorangpun akan melihat Tuhan,” tanpa menyadari bahwa satu-satunya kekudusan
yang diterima di hadapan Allah adalah yang kita miliki didalam dan melalui
Tuhan Yesus Kristus.
6. Antinomianisme.
· adalah mereka yang melihat hanya pada ayat-ayat
Alkitab yang berbicara tentang kedudukan sempurna kita di dalam Kristus,
· mereka berargumen bahwa mereka telah disempurnakan
sehingga tidak perlu lagi untuk bertumbuh dalam kekudusan.
· kebebasan di dalam Kristus dianggap memberikan hak
untuk melakukan apa pun yang dalam kecenderungan hatinya ingin dilakukan.
· Thiessen mengutip seseorang yang berkata, “
‘Kesempurnaan tanpa dosa’ adalah ajaran yang tidak Alkitabiah, begitu juga
dengan ‘ketidaksempurnaan penuh dosa.’ ”
>>yb<<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar