PROVIDENSIA ALLAH:
Konsep Pemeliharaan Allah Atas Makhluk Ciptaannya
Oleh: Sudarta, M.Th
Abstract
God’s providensia is God’s action in order to make his creation everlasting by taking care and keeping them. God’s action is for all his creation. God provides the meal, place to live, job and also partner. Those are the facts that God really cares about his creation. God’s action does not only show by giving the physical needs but also spiritual needs. Jesus Christ’s sacrifice aims to pay human sins which is proved God’s providensia.
The certainty of God’s providensia is supposed to supporting us as beliefers to hope and surrender only in Jesus Christ. He is the only answer and the exalted shepherd for beliefers.s.
Keyword: God’s providensia, his creation.
A. Pendahuluan
Setiap orang di dunia ini tidak peduli siapa dia, darimana dia, berpendidikan atau tidak, apapun profesinya, pasti memiliki pergumulan akan kebutuhan hidup. Tanpa campur tangan Allah, sebenanya seseorang tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhana hidupnya sendiri. Hanya Allah satu-satunya sumber kepuasan yang dapat memenuhi setiap kebutuhan hidup manusia.[1] Ini terbukti melalui pemeliharaanNyalah manusia masih ada, hidup, bergerak dan terpelihara di bumi di dalam penataan alam semesta yang harmoni oleh sang pencipta.
Allah bukan saja pintar menciptakan dunia semesta, tetapi Allah juga piawai dalam mememlihara, merawat dan menjaga ciptaanNya, termasuk manusia, karena Dia bertanggungjawab atas seluruh ciptaan. ( Mazmur 145:9, Matius 6:25-34). Ia menegakkan ciptaanNya dalam keadaan teratur (Kis 17:28), memimpin dan memerintah segala kejadian, keadaan, dan perbuatan bebas para malaikat dan manusia (Kej. 45:5-8), dan mengarahkan segala sesuatu kepada tujuan yang telah ditetapkan demi kemuliaanNya sendiri (Ef 1:9-12). Fakta ini yang seharusnya membuat orang percaya berharap dan bersandar hanya kepada Tuhan Allah sebagai penanggung jawab atas alam semesta ini, karena Dialah Sang Gembala agung (Mazmur 23).
B. Mendefinisikan Ulang Arti Providensia Allah
1. Pengertian Umum
Secara leksikal, kata pemeliharaan berasal dari kata “pelihara,” yang berarti proses, cara, perbuatan memelihara, penjagaan perawatan atau penyelamatan, penghindaran dari bahaya.[2]
Dalam bahasa latin, providential (pemeliharaan) diartikan sebagai mengetahui lebih dahulu tentang masa depan, sehingga dapat bertindak secara bijaksana untuk membuat persiapan menghadapi masa depan tersebut.[3] Sedangkan Wesley Brill mendefinisikan providensia Allah sebagai pengaturan dan pemeliharaan Allah yang adalah kuasa Allah yang berlaku atas ciptaanNya, dengan kuasaNya itu, semuanya diatur dan dipelihara sampai maksud Allah digenapi dalam makhluk-Nya.[4] Jadi, apa yang sudah dilakukan Allah melalui pengaturan dan pemeliharaanNya harus dipertanggungjawabkan oleh manusia sebagai mkhluk ciptaanNya. Tanggung jawab ini dapat dilakukan oleh orang percaya melalui ketaatan, doa, iman dan pengharapan (Yohanes 14:13, 15:7, Markus 11:24, Filipi 4:6, Yakobus 5:14-16.
Hadiwijono memenjelaskan pemeliharaan Allah sebagai karya Allah untuk melangsungkan adanya dunia dengan segala isinya.[5] Berbeda dengan pendapat Erickson, menurutnya pemeliharaan Allah adalah perlakuan Allah terhadap ciptaanNya yang mencakup perlindungan Allah terhadap ciptaanNya melawan kerusakan dan kehancuran, dan pemeliharaan-Nya bagi kebutuhan-kebutuhan dari bagian-bagian atas anggota ciptaan-Nya.[6] Sedangkan Berkof memaparkan providensia Allah sebagai tindakan yang terus menerus berlangsung dari kekuatan ilahi dimana Sang Pencipta melindungi semua makhluknya, yang bertindak dalam segala hal yang terjadi di dalam dunia, dan mengarahkan segala sesuatu pada tujuan akhirnya yang telah ditunjuk.[7] Ini berarti Allah secara aktif terus menerus menyatakanperlindunganNya yaitu menjaga dan memberikan kekuatan kepada makhluk ciptaanNya dalam menghadapi hal yang terjadi di dunia ini.
Berdasarkan beberapa pendapat sehubungan dengan konsepsi providensia Allah, maka dapat penulis simpulkan bahwa secara umum pemeliharaan Allah merupakan tindakan Allah dalam melestarikan ciptaanNya dengan cara memelihara, merawat, menjaga dan menopangnya demi kebahagiaan dan keberlangsungan hidup makhluk ciptaanNya. Pemeliharaan Allah ini berlaku bagi seluruh manusia sebagai makhluk ciptaan baik bagi orang percaya maupun yang tidak percaya tanpa terkecuali.
2. Pengertian Khusus
Istilah “providensia khusus: dapat memiliki makna khusus, dan dalam beberapa hal mununjuk pada perlindungan dan campur tangan Allah secara khusus bagi manusia. Sebagian teolog menyatakan bahwa providensia khusus adalah adanya providensia istimewa yang berhubungan dengan setiap orang yang secara istimewa memiliki hubungan dengan Allah sebagai anak. Providensia khusus adalah penggabungan istimewa dalam susunan peristiwa, contohnya seperti dalam jawaban atas doa, kelepasan dari persoalan,anugerah dan pertolongan yang dating dalam keadaan yang sangat kritis.[8] Hal ini menunjukkan bahwa Allah sangat peduli terhadap umat ciptaanNya. Ia dapat dan mau berurusan dengan setiap detil dari kehidupan umat manusia. Alkitab menegaskan bahwa Ia dapat menjawab setiap doa umatnya yang sesuai kehendakNya, menolong umatNya disat-saat krisis, dan melakukan intervensi secara ajaib demi eksistensi umatNya (bdk. Masmur 23, Lukas 1:37).
Pengikut Kristus seharusnya tidak saja percaya akan adanya pemeliharaan Allah secara umum, melainkan juga harus percaya akan adanya pemeliharaan Allah secara khusus bagi umat pilihan. Di dalam Alkitab, providensia khusus ini disebut sebagai “mujizat” (marvel), yang arti hurufiahnya berarti keajaiban atau sesuatu yang sungguh-sungguh mengagumkan, dan merupakan salah satu bentuk dari penyataan khusus Allah.[9]
Peristiwa mujizat itu selalu mengagumkan, sulit dimengerti oleh akal tetapi ini adalah fakta dan realita tak terbantahkan. Mukjizat adalah media Allah untuk berbicara secara dramatis kepada orang-orang yang mempunyai telinga untuk mendengar. Peristiwa mukjizat berkaitan langsung dengan iman orang-orang yang terlibat di dalamnya (Keluaran 14:31, 1 Raja-Raja 18:39).[10] Jadi, dapatlah dimengerti bahwa providensia khusus berarti penyataan khusus Allah dalam bentuk peristiwa atau kejadian nyata yang mengagumkan (ajaib), yang terjadi karena ada intervensi ilahi dalam kehidupan umatNya. Dengan kata lain, providensia khusus hanya diberikan kepada orang-orang khusus, yakni umat pilihan Allah, yang mentaati perintahNya, berharap dan bergantung hanya kepada Dia (Mazmur 55:23, 1 Petrus 5:7).
C. Bentuk Providensia Allah
Pandangan Kristen menegaskan bahwa Allah bukan saja telah menciptakan alam semesta ini dengan segenap sifat dan kekuatanNya, namun Ia juga melestarikan segala sesuatu yang telah diciptakanNya. Sebagai oknum yang kudus, maha murah, bijaksana, serta mahakuasa, Ia juga menjalankan pengawasan yang berdaulat atas ciptaanNya yang kemudian disebut dengan istilah providensia (pemeliharaan Allah).[11] Allah yang setia dan selalu memelihara serta menjaga kehidupan umat pilihanNya. Dan juga Allah Yehova yang tetap setia memelihara janji-janjiNya menunjukkan bukti bahwa Dia memelihara umatNya dengan kasih sayang.[12] Sebagai Pencipta, pemeliharaanNya terhadap kebutuhan dan kelangsungan hidup manusia adalah ekspresi dari kasih-Nya dengan maksud tujuan supaya mendekatkan hubungan antara pribadi manusia dengan Allah.
1) Penyediaan Sarana CiptaanNya (Kej 1:1-25)
Allah sebagai pencipta atas segala sesuatu, Dia juga adalah Allah yang bertanggung jawab penuh atas ciptaanNya, melalui penyediaan beragam sarana sebagaimana dijelaskan dalam Kejadian 1:1-25. Dimulai dari penciptaan pertama, Allah menciptakan “terang.” Alkitab melaporkan, “jadilah terang” segera setelah Allah memerintahkan (Kej 1:3). Ini mengindikasikan bahwa terang ada sebelum matahari (bdk Kej 1:14-18). Dapat dilihat bagaimana Allah menciptakan terang itu sebagai lambang kehadiran Allah dalam hidup manusia. Allah melihat bahwa terang merupakan sarana utama bagi kehidupan makhluk hidup, karena terang adalah jawaban Allah terhadap dominasi kegelapan. Ini merupakan langkah positif pertama munuju penyelesaian seluruh program penciptaan.[13] Tanpa tindakan ini, maka penciptaan lainnya tentu tidak akan berarti. Melalui penciptaan terang juga maka Allah dapat memperkenalkan diriNya sebagai Allah yang adalah terang kepada makhluk yang Ia ciptakan dan menunjukkan kasih Allah kepada dunia secara universal. Terang juga sering dianalogikan sebagai kejujuran, kebenaran, berkat, sukacita, keselamatan, hidup dan kehadiran Allah (Maz 97:11, 43:3, 119:130, 49:19, 89:15, 90:8). Cukup jelas bahwa penciptaan terang sebagai sarana yang utama dari segala ciptaan berikutnya.
Penciptaan kedua, selanjutnya Allah menciptakan “cakrawala.” Sama seperti pada waktu Ia menciptakan terang, demikianlah cakrawala muncul oleh firmanNya (Kej 1:6). Allah menjadikan cakrawala di tengah segala air, untuk memisahkan air dari air, supaya kelihatan yang kering, yang dinamai darat dan kumpulan air dinamai-Nya laut (Kej 1:9, 10). Jadi, air bukan hanya ada di bawah yang membentuk lautan dan sumber-sumber air di bawah tanah, tetapi air juga ada di atas yang menjadi sumber air hujan, dimana di antara keduanya terdapat ruang angkasa yang disebut cakrawala.[14] Tidak hanya penciptaan terang, melalui penciptaan cakrawala juga menjadi simbol kehadiran Allah dalam hidup manusia.
Penciptaan ketiga, Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan (Kej 1:11). Setelah Allah memisahkan laut dari tanah kering, maka diperintahkanNya tanah supaya mengeluarkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, pohon buah-buahan yang menurut jenisnya berbuahkan buah yang berbiji, dan semuanya ini terjadi sesuaidengan apa yang diperintahkanNya. Kata tumbuh-tumbuhan digunakan kata deše’ yang merujuk pada rumput hijau dan pohon yang berbiji dan berbuah. Jadi,Tumbuh-tumbuhan yang diciptakan Allah baik berupa rumput yang berguna sebagai makanan hewan maupun pohon yang berbiji dan berbuah yang dapat dikonsumsi oleh manusia, merupakan penyediaan Allah sebagai sarana makanan bagi semua makhluk termasuk manusia.
Penciptaan keempat, Allah menjadikan benda-benda penerang (Kej 1:14). Setelah Allah menciptakan terang pada hari pertama, maka pada hari keempat ini Tuhan Allah memperlengkapinya dengan benda-benda penerang yang ada di cakrawala.
Cahaya matahari menjadikan tumbuh-tumbuhan bertumbuh (Ul 33:14, 2 Sam 23:4), dijadikan menguasai siang, menandai kurun waktu satu hari, serta meniupkan gairah hidup (Pengkhotbah 11:7). Melalui cahaya matahari yang memancar ke bumi berguna untuk mempertahankan eksistensi makhluk hidup. Sedangkan bulan yang muncul di waktu malam, adalah symbol kelanggengan (Maz 72:5), ciptaan yang mencengangkan di antara ciptaan lainnya (Maz 8:4), dan dijadikan dasar penanggalan yang mula-mula. Kata yang paling umum dipakai untuk bulan adalah yereakh yang erat hubungannya dengan yerakh, yakni “ bulan” dalam arti penanggalan.[15] Selain itu bulan juga menjadi tanda untuk menunjukkan masa yang tetap, hari-hari dan tahun-tahun.
Disamping matahari dan bulan, bintang juga dipakai oleh Allah sebagai benda penerang bumi. Banyaknya bintang menjadi symbol kemahamurahan Allah, sebagaimana janji Allah terhadap keturunan Abraham (Kej 15:5, 22:17 bdk. Kel 32:13, Ul 1:10 ). Bintang juga menjadi symbol keluhuran, baik kehalusan bawaan lahiriah maupun perampasan hak (Ayub 38:7, Dan 12:3, Wahy 1:16). Bintang diciptakan juga untuk menguasai malam untuk melaksanakan kehendakNya secara khusus.
Penciptaan kelima, Allah menciptakan binatang, baik binatang yang berkeriapan di dalam air maupun binatang yang terbang melinyasi cakrawala. Selanjutnya Allah memberkati semuanya itu, firmanNya: “berkembang biaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak (Kej 1:20-22). Sebagaimana ciptaanNya yang lain hanya melalui firmanNya, maka muncullah segala jenis ikan dan burung-burung. Makhluk-makhluk ini juga diciptakan oleh Allah sebagai sarana untuk meperlengkapi dan mengisi dunia ini.
Kemudian Tuhan Allah melanjutkan ciptaanNya pada hari keenam. Seperti pada tumbuh-tumbuhan, di sinipun Allah memerintahkan supaya bumi memancarkan binatang-binatang darat, dan bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar (Kej 1:24). Demikianlah Allah menciptakan binatang-binatang menurut jenisnya, baik binatang yang hidup di air, cakrawala maupun di darat. Sampai di sini dapatlah dimengerti, bahwa keseluruhan tindakan penciptaan Allah dalam bagian ini bertujuan sebagai pemberian sarana pemeliharaan Allah terhadap manusia ciptaanNya.
2) Kedudukan Manusia Di Antara Ciptaan Lainnya (Kej 1:26-28)
Allah dengan kuasaNya telah menciptakan alam semesta sedemikian rupa, sehingga tampak indah dan sempurna, setelah bumi dan segala isinya selesai diciptakan dan menurut Allah semuanya itu baik adanya, maka tibalah pada puncaknya Allah menciptakan manusia.
Salah satu hal mendasar dari pandangan iman Kristen tentang manusia ialah keyakinannya bahwa Allahlah sebagai pencipta. Manusia dijadikan menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26). [16] implikasinya sudah jelas, bahwa manusia hidupnya tidak bisa dilepaskan dari ketergantungan kepada Allah. Jika dilihat dari urutan penciptaan selama penciptaan yang dilakukan oleh Allah selama enam hari, maka, manusia adalah puncak penciptaan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan manusia di antara semua ciptaan lainnya.[17] Artinya bahwa manusia diciptakan secara khusus oleh Allah yang berbeda dengan makhluk ciptaanNya yang lain. Allah memberikan satu tempat istimewa kepada manusia untuk menduduki posisi yang lebih tinggi di antara semua ciptaanNya.
Manusia sebagai gambar dan rupa Allah diciptakan untuk mencerminkan dan mewakili Allah. Sebagaimana cermin memberikan refleksi, maka manusia pun harus merefleksikan Allah. Disaat seseorang melihat manusia, orang tersebut akan melihat refleksi Allah di dalam diri manusia tersebut. Dengan kata lain, manusia Allah menjadi kelihatan di bumi.[18] Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa manusia sebagai cermin dan wakil Allah harus mendukung dan membela apa yang Allah nyatakan, dan mendahulukan apa yang diutamakan Allah.
Brdasarkan uraian tentang pengertian providensia secara umum dan khusus, serta bentuk providensia dalam ciptaanNya, dapatlah dimengerti bahwa: pertama, segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini tidak terjadi secara kebetulan. Kendatipun Alkitab mengakui adanya hokum alam, namun semuanya tidak bekerja secara terpisah tanpa campur tangan Allah. Kedua, secara aktif Allah terus bekerja memelihara kelangsungan hidup manusia dengan maksud membahagiakan ciptaanNya dan bagi kemuliaanNya sendiri (Yesaya 48:11). Ketiga, pemeliharaan Allah secara khusus juga diwujudnyatakan kepada orang-orang khusus yang percaya kepada Allah melalui mukjizat. Keempat, pemeliharaan Allah juga dinyatakan melalui sarana hasil karyaNya yang disediakan berdasarkan ketetapan dan fungsinya masing-masing.
D. Bukti Providensia Allah
Sesuai dengan kodratNya Allah itu baik, dan baiklah Dia dalam perbuatan-perbuatan-Nya.[19] Kebaikan Allah dapat dilihat dan dibuktikan dalam karakteristikNya yang setia terus menerus untuk tetap memelihara manusia demi kelangsungan hidupnya.
ü Pemeliharaan Allah Dalam Penyediaan Kebutuhan Jasmani (Kej 1:29)
Berbicara mengenai pemeliharaan jasmani, berarti berbicara tentang pemeliharaan tubuh. Sebagai makhluk hidup, manusia memerlukan energy yang didapat dari asupan makanan. Dalam hal ini pemeliharaan Allah telah terbukti bahwa Ia telah memberikan makanan kepada manusia sejak awal penciptaan manusia. Alkitab menegaskan, bahwa Allah telah menyediakan makanan bagi manusia berupa segala tumbuhan yang berbiji dan pohon buah berbiji (Kej 1:29). Hal ini mengindikasikan bahwa Allah sungguh mengasihi umat ciptaanNya. Dengan kata lain, Allah tidak akan membiarkan ciptaanNya mengalami kekurangan atau bahkan sampai kelaparan.
ü Pemeliharaan Allah Dalam Penyediaan Kebutuhan Tempat Tinggal (Kej 2:8)
Pemeliharaan Allah terhadap manusia ciptaaanNya bukan saja terlihat dalam penyediaan makanan untuk kebutuhan jasmani, tetapi Allah juga membuktikan pemeliharaanNya kepada manusia dalam penyediaan tempat tinggal. Allah telah menbuat Taman Eden yang dirancang untuk menjadi tempat tinggal bagi makhluk yang diciptakanNya. Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa “…Tuhan Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur, di situlah ditempatkannya manusia yang dibentukNya itu” (Kej 2:8).
Dikatakan bahwa taman eden ada di sebelah timur, dan sebelah timur adalah tempat matahari terbit, yang kemudian diartikan sebagi munculnya sebuah kehidupan yang baru. Sebenarnya taman eden lebih dikenal dengan sebutan taman Firdaus, yang berasal dari kata Ibrani “pardes” yang memiliki arti taman raja atau taman saja atau taman dan kebun. Sedangkan dalam bahasa Inggris, Taman Firdaus (paradise) yang berarti surga. Kata eden juga dapat berarti pesona, kesenangan atau kepuasan.[20] Di tempat teduh yang indah inilah manusia menikmati persekutuan dan persahabatannya dengan sang khalik, serta bekerja sesuai dengan cetak biru ilahi untuk menyempurnakan kehendakNya. Dan dalam taman ini tersedia suatu lahan tanah yang baik untuk di Tanami (Kej 2:9).
Adapun tujuan Allah menempatkan manusia di taman eden ialah agar supaya manusia dapat menikmati kebahagiaan yang diberikan Allah dalam menempuh hidupnya. Hal ini membuktikan bahwa betapa Allah sesungguhnya sangat mengasihi manusia, sehingga Dia dengan senang hati memelihara mereka dengan cara menyediakan tempat tinggal yang indah dan nyaman.
ü Pemeliharaan Allah Dalam Penyediaan Kebuthan Pekerjaan (Kej 2:15)
Setelah Allah menciptakan manusia, Alkitab menegaskan bahwa …Tuhan mengambil manusia itu dan menempatkan dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” (Kej 2:15). Hal ini mengindikasikan bahwa Allah tidak akan membiarkan umatNya menganggur. Sejak semula Ia sudah menyediakan pekerjaan kepada manusia, yakni member tugas kepada mereka untuk memelihara makhluk ciptaanNya yang lain.
Kepada manusia yang diciptakan, Aklah juga member kuasa untuk memerintah makhluk-makhluk yang lain (Kej 1:26-28). Kuasa ini tidak mutlak (sewenang-wenang), karena kuasa yang diberikan wajib dijalankan sesuai dengan kehendak Allah sebagai sang pemberi kuasa. Kehendak sang pemberi kuasa ialah agar manusia menggunakan kuasanya itu untuk melindungi, membebaskan dan menyelamatkan.
Dengan kuasa yang diberikan Allah kepada manusia, Allah berkehendak supaya manusia bekerja mengolah tanah dalam taman itu, menjaga, merawat serta memeliharanya, supaya bumi tetap dapat dihuni dan dapat menghidupi manusia generasi berikutnya. Dengan demikian dapatlah dimengerti bahwa Allah turut campur tangan di dalam menyediakan pekerjaan bagi umatNya.
ü Pemeliharaan Allah Dalam Penyediaan Kebutuhan Pasangan Hidup (Kej 2:18-24)
Pemeliharaan Allah bukan saja dibuktikan melalui penyediaan makanan, tempat tinggal dan pekerjaan, tetapi juga dibuktikan melalui penyediaan pasangan hidup. Penyediaan pasangan hidup sudah disediakan Allah sejak awal pertama kali manusia diciptakan. Hal ini tersirat dari pernyataan Alkitab yang menyatakan: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kej 2:18). Lalu Allah memberikannya seorang perempuan sebagai penolong yang sepadan, yang dibuat dari salah satu tulang rusuk manusia itu sendiri (Kej 2:21-23). Oleh karenanya laki-laki dan perempuan merupakan satu kesatuan yang komplementer, saling melengkapi seperti mur baut. Dimana seorang laki-laki akan menemukan arti hidup dan kelengkapan (kesempurnaan) kemanusiaanya di dalam isterinya, demikian sebaliknya.
“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kej 2:24). Frasa “bersatu” (dābaq) berarti melekat diri kepada isteri (isterinya sendiri). Kata untuk isteri di sini adalh bentuk tunggal. Laki-laki yang lebih kuat, adalah pihak yang harus melekatkan diri, sebab isteri akan terlekat manakala sang suami menggunakan kuasa yang penuh kasih sebagaimana dilukiskan dalam ayat ini.[21]
Demikianlah laki-laki dan perempuan diciptakan Allah untuk saling mencintai dan hanya di dalam persekutuan cinta inilah ada sukacita (Kej 2:21-24). Persekutuan cinta ini bersifat tetap artinya harus meliputi seluruh perjalan hidup manusia mulai dari kelahiran sampai kematian. Jadi, dalam pengetahuan Allah, Ia telah berencana menyediakan pasangan hidup yang akan memenuhi kebahagiaan hati manusia melalui pernikahan.
E. Kesimpulan
Dalam teologi Kristen, pemeliharaan dirumuskan sebagai aktivitas sang pencipta yang tiada putusnya. Dengan pengertian, bahwa oleh rahmat dan kebaikanNya yang berlimpah Allah dengan setia memelihara makhluk ciptaanNya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan demi kemuliaanNya. Fakta bahwa Allah menyediakan makanan, tempat tinggal, pekerjaan dan pasangan hidup, adalah bukti pemeliharaan Allah atas umatNya yang tak terbantahkan. Pemeliharaan Allah tidak hanya dibuktikan melalui penyediaanNya secara jasmani, tetapi juga secara rohani. Pengorbanan Yesus Kristus untuk menebus dosa anda dan saya adlah merupakan bukti providensia Allah (Yohanes 3:16). Oleh sebab itu pergumulan yang mencakup keperluan hidup manusia, kita sebagai orang percaya seharusnya hanya berharap dan bersandar hanya kepada Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus sebagai penanggung jawab dan gembala agung kita.
DAFTAR PUSTAKA
ALKITAB Terjemahan Baru. Lembaga Alkitab Indonesia, 2009
Abineno. Kesaksian Kejadian 1-11. Jakarta: BPK Gunung Mulia, t.t.
Berkof, Luis. Teologi Sistematik. Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 2004
Brill, Wesley. Dasar yang Teguh. Bandung: Kalam Hidup, 1994.
Cressey, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF. 2002.
Erickson, Millard J. Teologi Kristen. Malang: Gandum Mas, 1999.
Erickson, Milard J. Intriducing Christian Doctrine. Leicester: Library of
Evans, Tony. Teologi Allah. Malang: Gandum Mas, 1099Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah,
Hadiwijono, Harun. Inilah Sahadatku. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997
Hoema, Anthony. Manusia Ciptaan Menurut Gambar Allah. Surabaya:Momentum Christian Literature, 2003.
Idra, G. IhCewi. Teologi Sistematis. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1999, Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1999.
Conggress Cataloging-in Publication Data, 1999.
[1] Ihcewi G. Idra, Teologi Sistematis (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1999), hlm.17
[2]Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm.661.
[3] Millard J. Erickson, Teologi Kristen (Malang: Gandum Mas, 1999), hlm.501.
[4] Wesley Brill, Dasar Yang Teguh (Bandung: Kalam Hidup, 1994), hlm.68.
[5] Harun Hadieijono, Inilah Sahadatku (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), hlm..78
[6] Millard J. Erickson, Intriducing Christian Doctrine (Leicester: Library of Conggress Cataloging-in Publication Data, 1999), hlm.29.
[7] Luis Berkof, Teologi Sistematik (Suarabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 2004), hlm.314.
[8] Berkof, Teologi Sistematis, hlm. 318.
[9] Ichwei G. Idra, Teologi Sistematis (Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1999), hlm. 82.
[10] Cressey, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 2002), hlm 96.
[11] Henry Thiesen, Teologi Sistematik, (Malang: Gamdum Mas, 2000), hlm. 188.
[12] Elmer Town, Nama-nama Allah, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1995), hlm. 25.
[13] Charles Pfeirffer, Tafsiran Alkitab Wycliffe, (Malang: Gandum Mas, 2004), hlm.27.
[14] Cressey, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 2002), hlm 214
[16] Anthony A. Hoeema, Manusia Ciptaan Menurut Gambar Allah, (Surabaya: Momentum Christian Literature, 2003), hlm.8.
[17] Anthony A. Hoeema, Manusia Ciptaan Menurut Gambar Allah, hlm.16
[18] Hoekema, Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah, hlm. 86-87.
[19] Tony evans, Teologi Allah, (Malang: Gandum Mas, 1099), hlm.255.
[20] Abineno, Kesaksian Kejadian 1-11, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, t.t.), hlm.26.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar