MENGENAL PENGAJARAN HYPER-GRACE (KASIH KARUNIA OVERDOSIS


Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat , tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (II Tim 4:3)

Kasih karunia (anugerah) Tuhan kepada manusia itu luar biasa. Manusia yang seharusnya binasa karena dosa, Allah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal sebagai korban penghapus dosa di atas kayu salib. Pendamaian mengalir dari hati Allah sendiri yang penuh kasih...

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16)

Keselamatan bukan dari hasil usaha atau perbuatan manusia. Keselamatan adalah benar-benar kasih karunia/anugerah Allah, inisiatif Allah dan karya Allah sendiri yang diberikan kepada manusia secara cuma-cuma. Kasih karunia (grace) adalah kasih Allah didalam Yesus Kristus yang olehnya manusia diselamatkan dan hidup didalamnya.
Akan tetapi, beberapa tahun terakhir ini gereja menyaksikan ada pesan kasih karunia yang baru yang telah bercampur dengan sejumlah penyelewengan dan melebihi seperti apa yang tertulis di dalam Alkitab. Pesan kasih karunia yang baru ini sebetulnya pesan yang sama seperti yang terdapat didalam Alkitab, hanya saja telah dilebih-lebihkan, atau melebihi “dosis” (overdosis). Pengajaran kasih karunia tersebut begitu banyak mengalami proses penambahan untuk membenarkan argumentasi para pengajarnya dan mengalami banyak pengurangan untuk apa yang dianggap tidak diperlukan.
Pada edisi ini Buletin Doa akan membahas tetang pesan kasih karunia overdosis tersebut. Sebab pesan kasih karunia yang baru ini telah menyebabkan perpecahan dan mengarahkan beberapa orang ke dalam bidah1. Mengapa? Karena pesan kasih karunia yang baru ini sangat melebih-lebihkan, agresif, tidak alkitabiah, memaksa, menghakimi dan esensinya telah jauh dari pengertian kasih karunia yang sejati.
Sebelum kita melanjutkan pembahasan kita tentang pesan kasih karunia overdosis ini di dalam artikel ini terdapat istilah-istilah yang mungkin asing ditelinga kita, untuk itu sebelum melanjutkan pembahasan kita, berikut adalah penjelasan istilah-istilah tersebut:

1Bidah atau “ajaran sesat” adalah dimana seseorang atau pengajaran mengambil sebagian kebenaran Alkitab dan menjadikannya seluruh kebenaran.

• Legalisme 
Di dalam Alkitab sendiri kita tidak akan pernah menemukan kata atau istilah “legalisme.” Istilah ini digunakan oleh orang Kristen Injili untuk menjelaskan doktrin kekristenan sebelum-nya yang sangat menekankan sistem peraturan dan hukum supaya manusia bisa memperoleh keselamatan. Seperti harus melakukan sesuatu, atau tidak boleh melakukan sesuatu untuk menyenangkan Allah.
Legalisme ini sangat berbahaya, sebab mereka yang melakukan legalisme akan tampak mengesankan dari luar namun sebenarnya hanya sekedar melakukan aturan-aturan agamawi dan tradisi semata tanpa adanya hubungan dengan juruselamatnya. Contoh orang-orang legalisme di dalam Alkitab adalah orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan imam-imam fasik. Mereka sangat suka terlihat “suci” dan “taat beragama” dengan melakukan aturan-aturan agamawi, tradisi dari Hukum Taurat dan nabi-nabi yang begitu membebani, seperti “tidak boleh itu...”, “harus ini...” dan sebagainya...

Hyper-grace 
Para pengajar kasih karunia sendiri tidak menyebut pengajarannya atau gerejanya dengan istilah hyper-grace – bahkan saya yakin mereka sangat tidak setuju dengan istilah ini. Sebutan hyper-grace sendiri dipinjam dari istilah yang dimunculkan oleh Dr. Michael Brown dalam bukunya “Hyper-grace: Exposing the Dangers of the Modern Grace Message” (2014), untuk menyebut pengajaran yang mengartikan “kasih karunia” (grace) Allah secara “berlebihan” (hyper). Dan harus diperhatikan bahwa pengajaran ini tidak disebut sebagai “kasih karunia palsu” (false-grace) sebab apa yang mereka kemukakan semuanya berasal dari Firman Tuhan, yaitu dari ayat-ayat Alkitab, hanya saja mereka mengajarkannya dengan cara dilebih-lebihkan sedangkan sebagian lagi dikurang-kurangi. Pesan kasih karunia ini adalah pesan kasih karunia sejati yang telah diselewengkan. Perlu diperhatikan juga bahwa hyper-grace juga bukan turunan dari ajaran Calvinisme2.

2Calvinisme adalah sebuah sistem teologis varian dari kekristenan Protestan yang namanya diambil dari seorang reformator Prancis bernama Yohanes Calvin. Kadang-kadang disebut sebagai teologi Reformed atau Harvormd. Salah satu poin dari lima poin doktrin yang terkenal dari Calvinisme adalah “Perseverance of the saints” (pemeliharaan orang-orang kudus) yaitu doktrin yang menyatakan bahwa manusia yang telah percaya Kristus memiliki hidup yang kekal, dan hidup kekal itu tidak dapat direbut darinya, atau kehilangan keselamatannya. Sekali manusia benar-benar bertobat, ia tidak dapat menjadi “tidak bertobat,” atau “sekali selamat tetap selamat.”

Ada beberapa istilah lain bagi pengajaran kasih karunia yang berlebihan ini, seperti: Radical grace, modern grace, grace revolution, gospel revolusion, cheap grace, atau Unconditional Internal Security. Namun dalam artikel ini kita akan menggunakan sebutan hyper-grace seperti yang Dr. Michael Brown munculkan. Berikut adalah ciri utama dari kepercayaan para guru-guru hyper-grace tentang kasih karunia yang berlebihan, beserta penjelasan kasih karunia yang sejati yang seturut Firman Tuhan (Biblical grace) yaitu Alkitab yang kita pegang sampai saat ini:


1.Tuhan sudah menanggung semua dosa orang percaya

Hyper-grace: Saat seseorang datang kepada Kristus dan menerima kasih karunia-Nya dalam proses kelahiran baru, maka Tuhan Yesus akan menyatakan seseorang tersebut benar dan Ia menanggung SEMUA dosanya. Artinya, Tuhan Yesus sudah menanggung dosa masa lalu, dosa masa sekarang dan DOSA MASA DEPAN dari orang tersebut. Tuhan Yesus sudah membayar LUNAS semua dosa manusia (I Kor 6:20), Tuhan tidak mengampuni dosa manusia secara angsuran. Setelah seseorang dilahirkan kembali, apapun yang orang percaya lakukan dan akan lakukan tidak akan mempengaruhi hubungan kita dengan Tuhan. Dia melihat orang-orang percaya sebagai orang benar, karenanya, mereka tidak akan pernah berurusan dengan dosa. Bahkan kesadaran akan dosa pun sudah tidak ada, sebab kita dipanggil bukan untuk menyatakan dosa melainkan kemuliaan Kristus.
“Dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.” (Ibr 10:17)

Ini namanya pengampunan total. Ia sudah mengangkat rasa bersalah kita, dan tidak peduli seberapa kerasnya kita mencoba mencarinya, kita tidak akan menemukannya, sebab Tuhan sudah mengampuni dan melupakan dosa-dosa kita, dan Ia tidak akan mengingat-ingat lagi dosa kita. Itulah kasih karunia (anugerah) yang ajaib! 
        Penjelasan: Sungguh tidak masuk akal, mengapa ada orang bisa memiliki pengertian tentang Firman Tuhan seperti itu? Dan apakah ada orang waras yang akan berkata “Puji Tuhan! Aku telah diampuni dari segala kejahatan yang pernah saya lakukan, dan saya telah diampuni untuk semua perbuatan jahat yang AKAN saya lakukan mulai hari ini sampai sisa hidupku.” Sungguh tipuan yang sangat menggelikan bukan? Jika memang ini benar, lalu bagaimana dengan peringatan akan adanya orang-orang percaya yang kemudian hari murtad karena perbuatan jahatnya (I Tim 5:8), atau karena mengikuti roh-roh penyesat (ITim 4:1), karena mengikuti injil lain (Gal 1:6), karena berubah setia dengan mengikuti dunia (Yak 4:4), dan sebagainya... Lalu bagaimana dengan Ananias dan Safira? Atau bagaimana dengan teguran Tuhan kepada jemaat di Efesus yang telah meninggalkan kasih mula-mula mereka, atau jemaat Pergamus karena telah menyembah berhala? Tuhan mencela mereka bahkan menghukum perbuatan mereka sekalipun mereka adalah orang-orang yang sudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
        Saudara, tidak ada satu ayat pun di dalam Alkitab yang mengatakan bahwa dosa masa depan kita sudah diampuni (artinya, dosa-dosa yang belum kita perbuat). Tidak satu ayat pun. Tidak ada. Bahkan petunjuk konsep seperti itu pun tidak ada. Semua janji pengampunan itu kaitannya dengan dosa-dosa yang telah kita perbuat.
        Bagaimana dengan dosa masa depan? Bagaimana dengan dosa yang mungkin kita lakukan setelah kita menerima pengampunan dari kasih karunia Allah? Kita tidak usah khawatir, sebab kasih karunia Allah telah membawa kita ke dalam keluarga-Nya, dan menjadikan kita anak-anak-Nya. Sehingga ketika kita sebagai orang percaya kemudian berbuat dosa, pengampunan telah tersedia, asal kita mau datang kepada-Nya memohon ampun dan pengudusan melalui darah-Nya.
“Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” (I Yoh 2:1-2)
        Perhatikan kalimat “... namun jika seorang berbuat dosa...,” menunjukkan bahwa jika seseorang akhirnya berbuat dosa tidak berarti ia bebas dari penghukuman. Hanya saja bedanya jika kita berbuat dosa kita memiliki pengantara, yaitu Yesus Kristus, yang akan menyucikan kita dari dosa dan membebaskan kita dari penghukuman, asalkan kita mau datang kepada Tuhan dan mengakui dosa tersebut. Dari ayat ini kita mengerti bahwa Kristus tidak menghapuskan dosa yang AKAN diperbuat oleh orang percaya. Akan tetapi Kristus berjanji bahwa jika seseorang dikemudian hari berbuat dosa Ia akan menjadi perantara untuk menyucikan dosa tersebut. Sebab jika memang Tuhan tidak melihat dosa-dosa kita lagi, karena Ia telah mengampuni dosa-dosa yang mungkin diperbuat oleh orang percaya di masa yang akan datang, lalu mengapa Yakobus menulis seperti ini:
“Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persaha-batan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah ... Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!” (Yak 4:4,8)
Melalui petunjuk kata-kata “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia,” kita mengerti bahwa ayat ini ditujukan bagi orang yang sudah percaya Kristus. Kemudian di ayat 8-nya Yakobus melanjutkan perkatannya “Mendekatlah kepada Allah, ... Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa”. Jika Tuhan Yesus sudah menghapuskan dosa masa depan orang percaya, mengapa Yakobus menegur dan memerintahkan orang-orang percaya bertobat dari dosanya? Bukankah semua dosa sudah dibereskan Kristus di kayu salib? Dan jika kita tidak dipanggil untuk menyatakan dosa, melainkan kemuliaan Kristus lalu mengapa Firman Tuhan didalam Yak 5:16  memperingatkan jemaat Tuhan untuk saling maengakui dosa?
“Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yak 5:16)
Dan kemudian jika memang orang percaya dianggap seharusnya tidak memiliki kesadaran akan dosa, lalu bagaimana kita dapat menjelaskan perkataan rasul Paulus yang berkata:
“Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita...” (Ibr 12:1-4)


2. Orang percaya tidak perlu berdoa me-mohon pengampunan secara berulang-ulang.

       
Hyper-grace: Semua dosa masa depan orang percaya itu sudah diampuni, ya SEMUA dosa! Semua dosa orang percaya sudah dibereskan-Nya di kayu salib. Semua dosa sudah diampuni. Dan jika orang percaya berbuat dosa – oh, jauhkanlah kiranya hal itu! – tetapi jika kita sampai berbuat dosa, semua orang ada kalanya berbuat dosa bukan? Tapi janganlah memohon ampun akan dosa itu. Adalah berdosa jika seorang yang sudah lahir baru berdoa memohon pengampunan dosa kepada Tuhan. Ia sudah memberikan pengampunan mutlak bagi orang percaya, adalah kesalahan bagi seorang percaya jika mereka memohon pengampunan dosa yang sudah diampuni-Nya. Jadi, sekalipun seandainya kita berbuat dosa, jangan mulai memohon pegampunan kepada Tuhan. Jangan mencoba untuk mengakui dosa itu. Arahkanlah pandangan Anda kepada Kristus. Taruh iman Saudara di dalam Yesus. Teruslah berjalan di dalam perjanjian Roh dan dalam ikatan kasih karunia. Teruslah deklarasikan pengampunan yang mutlak bagi Saudara. Kita tidak dipanggil untuk mengakui dosa kita, melainkan dipanggil untuk mengakui kebenaran kita di dalam Yesus Kristus! Bagaimana para pengajar hyper-grace meresponi dosa yang mereka lakukan? Mereka berkata “Bapa, terima kasih karena dosa itu telah dibereskan dan aku tetap benar sempurna!”
       
Penjelasan: Pernyataan tersebut adalah kekeliruan dan penipuan besar di akhir jaman. Ini sungguh pengajaran yang sangat berbahaya saudaraku! Sekalipun seseorang telah mengalami kelahiran baru, kita harus mengerti bahwa kita masih hidup di dalam daging yang lemah dan dapat membuat seseorang melakukan dosa dikemudian hari baik secara sengaja atau tidak.  Pengajaran hyper-grace membuat orang percaya meremehkan dampak dari dosa dan menipu diri dengan cara membiarkan dosa bertumbuh hingga akhirnya menghasilkan maut kembali.
Tuhan mengampuni dosa masa depan orang percaya adalah ciri khas pengajaran hyper-grace. Sekalipun Alkitab dengan jelas berkata bahwa jika kita berdosa setelah lahir baru kita harus mengakui dosa tersebut, seperti tertulis:
        “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (I Yoh 1:9). Namun para pengajar hyper-grace mengatakan bahwa ayat tersebut ditujukan bukan bagi orang percaya, melainkan bagi orang yang tidak percaya dari kelompok Gnostik3 yang telah menyusup ke dalam jemaat mula-mula. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana para pengajar hyper-grace mengetahui latar belakang keluarnya ayat I Yoh 1:9 tersebut ditujukan bagi para anggota Gnotisme yang penyusup, padahal ajaran dan sebutan Gnostik sendiri baru muncul di abad kedua Masehi. Paling tidak, yang dimaksud adalah benih-benih ajaran Gnostik dan bukannya sistem bidah yang sudah maju dan berkembang.

3Gnostik adalah ajaran sesat yang tidak percaya akan adanya dosa.
Saudara, dalam membaca Alkitab, adalah penting bagi kita untuk memperhatikan beberapa ayat sebelum dan sesudahnya dari ayat yang sedang kita baca. Jika kita hanya membaca I Yoh 1:9 tanpa memperhatikan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya maka kita tidak akan tahu jelas untuk siapa ayat tersebut ditulis. Seperti dalam ayat I Yoh 1:9 ini, jika kita membaca ayat 6-nya maka kita akan tahu kepada siapa ayat tersebut ditujukkan:
        “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.” (1 Yoh 1:6)
        Ayat tersebut ternyata ditujukkan kepada “mereka yang telah memperoleh persekutuan dengan Dia” yang tidak lain adalah orang-orang percaya, dan bukan para pengikut Gnostik atau orang-orang belum percaya lainnya. Ini membuktikan bahwa surat Yohanes yang pertama ini menunjuk kepada orang percaya, dan apa perintah Tuhan kepada orang percaya pada surat Yohanes ini: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil,.. (I Yoh 1:9a). Itu artinya bagi setiap orang percaya, yaitu mereka yang memiliki persekutuan dengan Kristus. Jadi, jika seorang percaya dikemudian hari mereka berbuat dosa, ya mereka tetap harus mengakui dosanya “sehingga Ia mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (I Yoh 1:9b)
        Dalam terjemahan aslinya (Yun.) kata “mengaku” didalam I Yoh 1:9 adalah “homologeo” yang berarti tindakan masa kini, yang dilakukan terus menerus. Itu artinya setiap orang percaya tidak kebal dari dosa yang ia perbuat di kemudian hari. Orang percaya harus mengakui dosa mereka, jika di kemudian hari jatuh ke dalam dosa, secara terus-menerus. Ini adalah kehidupan kekristenan yang benar yang mencakup kejujuran dan pengakuan dosa yang terus-menerus jika berbuat dosa. Mengakui dosa untuk mendapatkan penghapusan dosa bukanlah legalisme. Kerelaan dan kejujuran untuk megakui dosa adalah bagian dari hubungan kita yang akrab dengan Tuhan. Kita tidak usah malu untuk mengakui dosa kita kepada Tuhan kecuali memang kita tidak mau mengakuinya, menyimpan dosa dan menikmati kehidupan dalam dosa, itu kisah yang lain tentunya.
        Lalu bagaimana dengan keselamatan orang percaya yang berbuat dosa, apakah keselamatan-nya akan hilang? Apakah seseorang diselamatkan dan kemudian pada suatu hari keselamatan tersebut hilang karena dosa. Apakah kemudian orang percaya bergumul untuk mengakui setiap detail dosanya agar disucikan kembali sehingga jika malam ini kita mati kita tidak masuk neraka? Untuk menjelaskan hal tersebut berikut adalah perumpamaan tentang pengampunan dosa yang terus-menerus:

Kata Yesus kepadanya: “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.” (Yoh 13:10)
       
Pada budaya masa Yesus hidup, rumah-rumah pada masa itu tidak mempunyai saluran air atau pipa ledeng, dan itu berarti itu tidak memiliki kamar mandi. Kalau kita ingin mandi, maka kita harus pergi ke sungai atau tempat pemandian umum. Di sanalah kita bisa mandi dan benar-benar menjadi bersih. Akan tetapi, sekalipun badan kita telah bersih, setelah mandi kemudian kita harus berjalan pulang ke rumah, menyusuri jalan yang penuh debu. Tidak peduli sebersih apapun kita mandi, kaki kita akan menjadi kotor karena perjalanan kita dari tempat mandi ke rumah. Jadi, ketika Anda datang ke rumah atau ke rumah orang lain, ada suatu budaya di mana tuan rumah menyediakan sebuah basi berisi air dan ada seorang hamba yang siap membasuh kaki Anda. Tetapi itu bukan berarti Anda perlu mandi lagi. Hanya kaki Anda yang perlu dibasuh.
Dari penjelasan di atas kita mengerti sekarang, saat kita diselamatkan dan lahir baru, kita sudah dibasuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tuhan membersihkan kita dari segala  kotoran (dosa). Dan sungguh ada begitu banyak kotoran yang perlu dibasuh dan Tuhan Yesus telah membasuh SEMUA kotaran itu (I Kor 6:11). Ya, Kristus telah menyucikan kita dengan air dan Firman (Ef 5:26) dalam permandian kelahiran baru (Ef 5:26). Sekarang kita bisa menghadap Allah dengan hati yang tulus karena telah dibersihkan dengan air yang murni (Ibr 10:22).
Masih ada satu masalah: Kita masih hidup di dunia ini. Kita masih harus menyusuri jalan yang berdebu, kotor dan kadang kala kaki kita menjadi kotor, walaupun kita sudah mandi dan dibasuh. Itulah gambaran dosa yang mencemarkan dan harus dibasuh setiap waktu. Bukan berarti harus mandi lagi, hanya kaki kita saja yang perlu dibasuh. “Bapa, sucikan aku dari dosa (sebutkan), di dalam nama Yesus. Amin.”
Karya penebusan Kristus telah membayar lunas SEMUA dosa kita. Tetapi hal ini tidak mengecualikan kebutuhan kita akan pertobatan. Jangan kita memutarbalikkan pengertian kasih karunia (grace) Tuhan sehingga kita tidak mau bertobat dari dosa-dosa yang kita perbuat...
“Atau kalian pandang enteng kemurahan Allah dan kelapangan hati serta kesabaran-Nya yang begitu besar? Pasti kalian tahu bahwa Allah menunjukkan kebaikan hati-Nya karena Ia mau supaya kalian bertobat dari dosa-dosamu.” (Rom 2:4, BIS)


3. Pengampunan orang percaya tidak di-dasari atas pengampunan terhadap orang lain (mengampuni).

        Didalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk berdoa dan mengampuni: “...Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” (Mat 6:12). Itu artinya setiap umat Tuhan dituntut untuk mengampuni kesalahan orang lain, barulah Tuhan bisa mengampuni kesalahan kita.
       
Hyper-grace: Jika kita mengampuni orang lain untuk mendapatkan pengampunan maka hal tersebut adalah sesuatu kekeliruan besar, dan tidak memahami kasih karunia Tuhan. Saat seseorang menerima kelahiran baru, semua dosanya sudah diampuni, baik dosa masa lalu, masa sekarang dan dosa yang akan dilakukan dikemudian hari. Semua dosa sudah lunas dibayar Kristus di kayu salib. Kita tidak perlu mengampuni orang lain agar kita diampuni, pengampunan orang percaya tidak didasari atas pengampunan terhadap orang lain, Kristus sudah menanggung semua dosa kita, apa lagi yang harus kita bereskan. Kasih Kristus begitu besar dan sanggup mengampuni seluruh dosa manusia.
        Penjelasan: Para pengajar hyper-grace percaya bahwa jiwa kita “mengampuni agar diampuni” itu berarti kita tidak hidup di dalam kasih karunia, tapi hidup adalah hukum Taurat atau legalisme, karena itu artinya kita akan menerima jika kita memberi. Sedangkan kasih karunia itu tanpa syarat, tidak ada timbal balik, Tuhan akan mengampuni kita tanpa syarat dan tanpa sedikitpun perbuatan manusia (dalam konteks ini yaitu mengampuni). Saudara, ini suatu pernyataan yang sangat berbahaya. Ini sebuah pernyataan yang menenangkan hati sesaat namun dapat membawa kebinasaan kekal. Sesungguhnya, panggilan untuk mengampuni orang lain sangatlah penting sehingga Yesus mengulanginya beberapa kali dalam konteks yang berbeda-beda, termasuk saat Tuhan mengajarkan murid-murid-Nya berdoa dengan iman:
“Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” (Mrk 11:25)
Mengampuni untuk diampuni bukan suatu timbal balik atau balasan sehingga bertentangan dengan kasih karunia yang tanpa syarat. Mengampuni orang lain bukan suatu “pekerjaan” legalisme agar kita diampuni. Tidak! Tapi mengampuni adalah perintah Tuhan Yesus sendiri. Perhatikan satu kebenaran ini: Kita tidak bisa diampuni jika kita tidak mau mengampuni!
 4.Roh Kudus tidak menginsyafkan orang percaya akan dosa

         Hyper-grace: Peranan Roh Kudus berfungsi untuk mengarahkan/mengingatkan orang percaya bahwa ia telah diselamatkan dan telah menerima kasih karunia-Nya. Oleh sebab itu Roh Kudus tidak bisa mengingatkan orang percaya akan dosa, sebab Tuhan Yesus sudah menanggung dan melupakan SEMUA dosa orang percaya. Roh Kudus melihat bahwa orang percaya itu sempurna di dalam Kristus. Ia tidak akan pernah mengungkit-ungkit dosa orang percaya lagi. Roh Kudus tidak diutus untuk menyingkapkan kegagalan dan dosa seseorang, melainkan diutus untuk menyakinkan orang percaya akan kebenaran mereka dihadapan-Nya. 
Penjelasan: Jika memang fungsi Roh kudus tidak untuk mengingatkan kita akan dosa, lalu bagaimana kita menjelaskan ayat berikut ini:
“Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!... Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” (Why 3:19, 22)
Ayat di atas adalah perkataan Roh Kudus. Dan apa perkataan Roh Kudus? Menegor! Mengapa Roh Kudus menegor kita umat percaya? Karena Ia mengasihi kita. Saat kita orang percaya berbuat dosa, Roh Kudus tidak ingin kita jatuh lebih dalam lagi sehingga ia menegor dan menginsyafkan umat percaya agar segera bertobat. Itulah salah satu tugas Roh Kudus...
“Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman.” (Yoh 16:7-8) 


5. Pengudusan orang percaya sudah utuh dan lengkap

        Hyper-grace:“Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk         selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.” (Ibr 10:10)
        Dari ayat di atas, para pengajar hyper-grace percaya bahwa proses pengudusan (sancti-fication) bukanlah sebuah proses! Orang percaya tidak menjadi semakin kudus dan semakin kudus – Tidak – kita menjadi kudus sekali (yaitu pada waktu lahir baru) dan untuk selamanya! Pengudusan orang percaya sudah utuh dan lengkap, dan kita tidak perlu menambahkan apa-apa lagi. Pengudusan didalam Kristus tidak bersifat progresif (bertumbuh). Orang percaya tidak dipanggil untuk bertumbuh didalam kekudusan, sebab mengejar kekudusan adalah kebohongan yang membunuh secara spiritual. Kita harus percaya pada kasih karunia tanpa syarat, yaitu bahwa pengorbanan-Nya di kayu salib telah menjadikan kita sempurna, sepenuhnya, dan selamanya. Kita dibenarkan oleh iman, sekali dan untuk selamanya, bukan hanya itu, kita juga sepenuhnya dikuduskan oleh iman, sekali dan untuk selamanya. Melalui kelahiran baru, Kristus telah menyempurnakan kekudusan kita, sehingga kita tidak perlu lagi mengusahakan-nya (legalitas). Kristus telah membebaskan kita dari sebuah penjara yang disebut “dosa” dan sekarang telah dipindahkan ke sebuah penjara yang disebut “kebenaran.” Kapan pun seseorang diselamatkan, pertempuran melawan dosa sudah berakhir. 
Penjelasan: Sungguh mengherankan mengapa para pengajar hyper-grace bisa memiliki pikiran bahwa pengudusan kita sudah utuh dan lengkap, sudah diselesaikan dimasa lalu, sehingga kita tidak perlu menambahkan apa-apa lagi. Para pengajar hyper-grace kelihatannya tidak menyadari (atau menolak) bahwa saat kita mengalami kelahiran baru adalah bukan akhir dari segala sesuatu dari kerohanian kita. Mereka hanya menginginkan segala sesuatu secara instan dan mudah. Memang benar Ibr 10:10 mengatakan bahwa “kita telah dikuduskan satu kali untuk selamanya.” Tapi kita tidak boleh terpaku oleh satu ayat saja, Alkitab yang kita pegang sifatnya komprehensif, yaitu luas dan lengkap. Firman Tuhan yang tertulis di Alkitab ditulis oleh ilham Roh Kudus dan bersifat satu untuk semua dan semua untuk satu, tidak boleh “mencomot” satu ayat kemudian menjadikannya sebuah kebenaran yang hakiki. Untuk mengerti satu ayat, kita harus memperhatikan dan membandingkan dengan ayat-ayat yang lainnya.      
        Perhatikan tahapan kekudusan menurut Alkitab secara lengkap: Kita telah diberikan tempat disurga (Ef 2:6, tetapi sekarang kita masih hidup di dalam tubuh duniawi, karena itu kita mengeluh (II Kor 5:2); Kita sudah diangkat menjadi anak (Rom 8:15), tetapi sekarang kita menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita (Rom 8:23). Kita telah mati bagi dosa (Rom 6:1-7) namun kita tidak boleh membiarkan dosa berkuasa lagi dalam hidup kita (ay. 11:19). Kita telah menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (Ef 4:22-24) itu juga betul, namun kita diperintahkan untuk “mematikan” dan “menanggalkan” sifat duniawi kita dan “mengenakan” manusia baru (Kol 3:1-14). Kita memang orang-orang yang menang di dalam Kristus (I Yoh 5:4), namun di dunia ini kita masih belum sempurna sebab kita masih “bersalah dalam banyak hal” (Yak 3:2). Realitas lainnya kita adalah ciptaan baru (II Kor 5:17), tapi ternyata kita harus diubahkan melalui pembaharuan akal budi (Rom 12:2). 
        Dari ayat-ayat di atas kita mengerti sekarang bahwa ayat Alkitab harus diambil secara menyeluruh, tidak bisa terpisah-pisah. Demikian juga mengenai kekudusan orang percaya, dari ayat-ayat lain tentang kekudusan dan kesempurnaan orang percaya maka kita temukan kebenaran bahwa semuanya bersifat progresif (bertumbuh). Proses kelahiran baru tidak serta merta menjadikan kita tidak lagi berurusan dengan proses kekudusan dan dosa. Perhatikan ayat berikut ini:
“Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” (I Tes 5:23)
Mengapa Paulus berdoa bagi pengudusan sepenuhnya dari orang-orang percaya jika mereka sudah sepenuhnya dikuduskan? Jawaban sederhananya adalah “sebab memang mereka belum sepenuhnya dikuduskan,” pengudusan itu sifatnya progersif (bertumbuh). Perhatikan juga ayat berikut ini:
        “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.” (Ef 1:14).
        Salah satu peran Roh Kudus bagi orang percaya ternyata sebagai jaminan sampai kita “memperoleh seutuhnya” dari penebusan Kristus. Mengapa Roh Kudus “mengawal” orang percaya sampai “memperoleh seutuhnya”? karena memang orang percaya belum memperoleh seutuhnya... Ada tahapan-tahapan (progres) untuk memperoleh semua janji-janji Tuhan, termasuk kekudusan dan kesempurnaan.
Kita mengerti sekarang, kelahiran baru bukan akhir dari perjuangan kita melawan dosa, dan bukan garis start dari kekudusan sepenuhnya. Kita memang sudah dikuduskan oleh Kristus pada waktu kelahiran baru, namun kini kita sedang dikuduskan oleh Roh Kudus, dan kita akan sepenuhnya dikuduskan dan menjadi lengkap sepenuhnya ketika kita tiba di surga. “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” (Ibr 12:14). Kekudusan sempurna adalah sasaran orang-orang kudus di bumi, dan itu adalah upah orang-orang kudus di surga.


6. Tuhan melihat orang percaya sempurna dalam pandangan-Nya

        Hyper-grace: Bersamaan dengan pengajaran bahwa kita sudah sepenuhnya dikuduskan pada saat diselamatkan, guru-guru hyper-grace juga mengklaim bahwa Tuhan selalu melihat kita sempurna dalam pandangan-Nya, karena Ia tidak melihat dosa-dosa kita. Dan karena kita senantiasa dipandang sempurna dan benar di hadapan Tuhan, maka tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan Tuhan. Kita sudah sepenuhnya berkenan dalam pandangan-Nya! 
Ya! Tidak peduli bagaimana kita hidup dan tidak peduli apa yang kita lakukan, Tuhan “bangga akan kita!” Yang kita perlu dengar adalah pujian Bapa Surgawi. Ia senang dengan kita. Kita adalah anak-anak-Nya yang berharga dan terkasih. Ia sangat mengasihi dan berkenan kepada kita, dan tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya. Memang tidak ada salahnya untuk menjadi lebih baik, tetapi kita harus mengerti bahwa di dalam Kristus, kita sudah baik dan berkenan bagi Tuhan, ditebus oleh darah Anak-Nya dan bagian dari keluarga-Nya. Adalah mustahil bagi kita untuk mengecewakan Tuhan dan terpisah dari kasih-Nya... Joseph Prince berkata: “Karena Anda tidak melakukan apa-apa untuk menerima hadirat-Nya di dalam hidup Anda, maka tidak ada yang bisa Anda lakukan yang akan membuat hadirat-Nya meninggalkan Anda.” 
        Penjelasan: Inilah yang membuat pengajaran hyper-grace begitu diminati oleh orang-orang percaya jaman sekarang. Pesannya begitu membebaskan! Pesan hyper-grace begitu berpihak bagi mereka yang menderita rasa bersalah dalam hati nurani, selalu berpikiran tidak layak (karena menyimpan dosa tentunya), mereka yang mendua hati, para “barisan sakit hati”, dan bagi mereka yang tidak pernah percaya bahwa Anda sudah melakukan semampu Anda untuk menyenangkan Tuhan. Pesan Hyper-grace adalah pesan yang bisa diterima bagi mereka yang sangat sensitif dan rentan terhadap intropeksi.
        Pesan hyper-grace membuka mata banyak orang bahwa kita diterima karena apa yang telah Yesus perbuat dan bahkan dalam keadaan kita yang paling buruk Bapa tetap mengasihi. Ia selalu melihat kita sempurna dan kudus, karena Kristus sudah menanggung semua dosa kita, bahkan dosa yang mungkin akan kita lakukan. Inilah yang dialami oleh banyak orang percaya hari-hari ini yang telah menangkap pesan kasih karunia yang begitu berlebihan dan terperangkap pada pengajaran yang meninabobokan. Benar! Adalah benar kita telah menjadi anak-anak-Nya, dan Ia menjadi Bapa kita dan kita telah menerima semua berkat dan janji-janji-Nya...
        “Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.” (II Kor 6: 18)
   
         Tapi kita juga harus memperhatikan ayat berikutnya yang berkata:
“Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyem-purnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.” (II Kor 7:1).
        Dari ayat di atas jelas bahwa ada hal-hal yang terjadi di jemaat di Korintus yang tidak membuat Tuhan senang – Jadi sekalipun jemaat di Korintus telah ditebus-Nya dan telah menjadi anak-anak-Nya, tapi ternyata ada yang Ia tidak sukai. Saat seseorang telah lahir baru, tidak otomatis membuat Tuhan senang dengan apa yang kita lakukan, yaitu jika apa yang kita lakukan tersebut adalah ternyata melanggar Firman Tuhan atau dosa. Bahkan dalam beberapa kesempatan Tuhan mencela umat-Nya karena berbuat dosa, seperti mencela jemaat-Nya yang telah meninggalkan kasih yang semula (Why 2:4).
        Firman Tuhan memperingatkan kita bahwa Bapa surgawi tidak selalu memuji kita dan tidak selalu berkenan kepada kita, tetapi selama kita adalah anak-anak-Nya, kita tidak perlu meringkuk dalam ketakutan dan tidak adanya pengharapan. Ketika Ia mengkoreksi kita atau menghajar kita atau mendisiplinkan kita, itu adalah karena Ia mengasihi kita. Itu adalah kabar baik, dan itu adalah bagian dari menjalin hubungan dengan Tuhan dan untuk penyempurnaan kekudusan anak-anak-Nya.   
“Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak ... tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.” (Ibr 12:6;10)
        Itulah kasih (Mzm 141:5). Dan kita perlu ingat bahwa Tuhan mengasihi kita sekalipun ketika Ia melihat cacat dan kekurangan kita, Ia tidak menghakimi kita, namun menegur dan mendidik kita untuk memanggil kita berbalik kepada-Nya. Tuhan memang mengasihi umat yang telah ditebus-Nya, tapi jika umat-Nya tersebut berbuat salah atau berdosa janganlah menghibur diri sendiri dengan pernyataan “Tuhan senang dengan Anda. Ia sangat mengasihi Anda dan berkenan kepada Anda, apapun yang Anda kerjakan. Yang Anda perlu dengar adalah pujian Bapa surgawi.” Itu bohong! Lebih baik kita datang kepada Dia dan memohon ampun untuk setiap pelanggaran kita, sehingga Ia mengampuni kita... Itu yang perlu kita lakukan! Itulah yang akan menyenangkan hati-Nya, membuat-Nya bersuka-cita, tidak berduka dan bangga kepada kita. 


7.  Spiritualitas “tanpa susah payah”

       
Hyper-grace: Ada alasan mengapa Injil pertama kali disebut ‘kabar baik’. Injil adalah pesan penuh sukacita tentang perdamaian dengan Tuhan tanpa perlu kita upayakan. Saat seseorang menerima kasih karunia dan diselamatkan Tuhan adalah saat dimana orang tersebut memasuki kehidupan yang bahagia, penuh sukacita dan tanpa dosa. Satu-satunya pekerjaan yang perlu kita lakukan adalah percaya... Cukuplah berserah dengan apa yang TELAH diperbuat-Nya. Berserah kepada kesatuan yang ajaib di dalam Kristus, maka kita akan mampu melihat perubahan disetiap aspek kehidupan kita tanpa bersusah payah. Jangan mencoba menjadi rohani atau kudus, Yesus telah menggenapi dan membayar harganya. Ia yang memulai maka Ia juga yang akan menyelesaikan. Yang perlu orang percaya lakukan adalah menerimanya. Tidak ada yang bisa ditambahkan kepada apa yang telah diperbuat-Nya. Jangan menjadi seorang yang legalis.

            Penjelasan: Jika benar bahwa Injil adalah berita ‘kabar baik’ yang olehnya orang percaya tidak perlu lagi bersusah payah melakukannya lalu mengapa Tuhan memanggil kita untuk berusaha dan berjuang, bahkan Flp 2:12 berkata: “...karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar,...” atau ayat 16-nya yang berkata: “Sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-susah.” Ini membuktikan bahwa kasih karunia memang diberikan dengan cuma-cuma, namun untuk mencapai garis akhir didalam Kristus umat percaya akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya (Luk 13:24). Berlari kepada-Nya membutuhkan upaya, dan bukankah juga sering ada rintangan yang harus kita atasi saat kita berlari? Tuhan datang membawa kelepasan, tapi Ia tidak berjanji bahwa hidup ini akan selalu mudah dan indah. Kita bukanlah anak-anak gampangan! (Ibr 12:8).
        Pengajaran tentang spiritualitas “tanpa susah payah” sangatlah berbahaya dan menjerumuskan. Ini akan menghasilkan spiritualitas yang tak berfokus, tidak disiplin, pemalas, tidak kudus dan menolak beban-Nya yang hendak ditanggugkan kepada orang-orang percaya untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya di akhir jaman. Dengan menerima kasih karunia Tuhan kita memang telah dikuduskan, namun kita harus ingat bahwa kita masih hidup di dalam tubuh daging harus terus disalibkan dengan disiplin dan pertarungan yang tak henti-hentinya (Luk 9:23;14:27,33). Rasul Paulus – Rasul yang paling diagung-agungkan oleh para pengajar Hyper-grace– berkata: 
        “Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus      Yesus.” (II Kor 2:3). Perjalanan kekristenan ternyata membutuh-kan upaya! Bagaimana mungkin ada orang yang percaya akan spiritualitas tanpa susah payah? Ini adalah konsep Firman Tuhan yang palsu dan berlebihan. Didalam “pembenaran”, perbuatan manusia sama sekali tidak mempunyai tempat, yang dibutuhkan hanyalah iman kepada Kristus. Tetapi didalam “pengudusan”, perbuatan kita sangat penting dan Tuhan meminta kita untuk berjuang, berjaga-jaga dan berdoa, berupaya, sesekali mengalami “rasa sakit”, dan menjadi rekan sekerja-Nya. 

Bangkitnya kembali ajaran Marsion

Marsion dari kota Sinope (85-160 M.) adalah seorang pemimpin gereja mula-mula di kota Sinope, yaitu sebuah kota yang sekarang berada di negara Turki. Salah satu pemikirannya yang banyak memicu perdebatan adalah pemisahan radikal antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Teologi yang diajarkannya menganggap Allah dalam kitab-kitab orang Ibrani (Perjanjian Lama) lebih rendah tingkatannya daripada Allah dalam kitab Injil (Perjanjian Baru). Oleh karenanya Marsion menolak Hukum Taurat, Perjanjian Lama, dan sebagian ayat dari Perjanjian Baru dan keempat Injil yang berdasarkan atau mengutip dari Hukum Taurat.
       
Hyper-grace: Dari pemikiran-pemikiran para guru-guru hyper-grace, ada kemiripan dengan apa yang Marsion ajarkan. Para guru-guru hyper-grace berpendapat bahwa: Adalah perlu adanya pemisahan antara Hukum Taurat dan Injil, murka dan kasih karunia, perbuatan dan iman, daging dan roh, dosa dan kebenaran, kematian dan hidup, begitu juga Tuhan Perjanjian Lama dan Tuhan Perjanjian Baru. Di dalam Yesus, kita tidak lagi berada di bawah Hukum Taurat, tetapi dibawah kasih karunia (Rom 6:14), itu berarti kita tidak berada di bawah penghukuman Hukum Taurat (Rom 8:1-2), tidak berada di bawah Hukum Taurat sebagai penuntun (Gal 3:23-25), dan tidak lagi dibawah Hukum Taurat sebagai suatu sistem pembenaran (Gal 3:3:23-25). Kasih karunia melakukan apa yang Hukum Taurat tidak bisa lakukan (Rom 8:3-4). Mereka yang memegang Hukum Taurat adalah seorang legalis dan hidup diluar kasih karunia dan memposisikan diri kita berada dibawah kutuk (Gal 3:10). Tidak ada orang yang dibenarkan karena melakukan Hukum Taurat, melainkan karena iman.
       
Penjelasan: Saudara, kita tidak boleh memisahkan antara Perjanjian Lama (yang didalamnya terdapat Hukum Taurat dengan Perjanjian Baru (yang juga banyak mengandung kutipan Perjanjian Lama dan Hukum Taurat). Perjanjian Lama (PL) ditulis oleh nabi-nabi oleh ilham Tuhan sendiri, demikian juga Perjanjian Baru (PB). Baik PL dan PB, kedua-duanya saling melengkapi. PL memang sudah digenapi oleh PB, namun bukan berarti kita bisa menghilangkan PL, sebab PL terkandung pelajaran, sejarah, penelitian tentang banyak tokoh, janji-janji profetik, nubuat, gambaran profetik tentang keselamatan, hikmat, dari kitab Amsal, beberapa Mazmur dan Hukum Taurat yang olehnya kita mengerti betapa kita sangat memerlukan kasih karunia Tuhan. Tentu kita tidak mau kehilangan harta berharga yang telah diberikan Tuhan kepada kita yang terkandung di dalam PL bukan? PL adalah PB yang tersembunyi; sedangkan PB adalah PL yang disingkapkan. PB adalah penggenapan dari PL, dan PL adalah penuntun hingga kita mendapatkan PB.
        Jika diperhadapkan dengan kasih karunia Kristus, Hukum Taurat memang sudah tidak berlaku lagi. Tapi dari mana orang percaya bisa mengerti betapa besar dan lebarnya kasih karunia Tuhan? Dari Hukum Taurat tentunya. Dari mana kita tahu bahwa Kristus adalah pengenapan dari kasih Allah? Dari kisah-kisah janji keselamatan Allah di PL tentunya. Itulah sebabnya mengapa perkataan Kristus banyak mengutip dari Perjanjian Lama dan Hukum Taurat seperti:
“Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku.” (Yoh 5:47)
       
        Mengapa perkataan Kristus mengutip dari Kitab Taurat Musa? Karena di dalam Hukum Taurat tersebut ada janji tentang Kristus. Ini membuktikan PL dan PB tidak boleh dipisahkan, mereka saling memperlengkapi. Tapi hal ini juga tidak mengubahkan kepercayaan guru-guru hyper-grace, mereka berpendapat bahwa penggabungan antara Perjanjian Baru dan Lama telah menimbulkan kebingungan di kalangan orang percaya di seluruh dunia. Banyak tulisan di dalam Alkitab SEBELUM Kristus disalibkan menggambarkan Allah itu sebagai pribadi yang kejam, kasar menghancurkan dan menghukum mereka yang tidak mentaati standar-standar moral dari 10 perintah Allah dan hukum-hukum lainnya. Oleh sebabnya para pengajaran Hyper-grace tidak memegang ayat-ayat Alkitab ataupun firman Tuhan yang ditulis SEBELUM Kristus disalib, termasuk tidak memegang Doa Bapa Bami, sebab itu diucapkan Kristus sebelum Ia disalib, itu bukan pesan Kasih karunia! Semua perkataan sebelum Kristus disalib adalah ditujukan bagi orang Yahudi, bukan untuk orang percaya. Sungguh keputusan yang sembrono bukan? mengabaikan perkataan Kristus baik dalam praktik maupun secara teologis.
        Kita perlu ingat bahwa satu-satunya Alkitab yang dipakai para pengikut pertama Yesus adalah apa yang sekarang kita sebut Perjanjian Lama. PL adalah Firman Tuhan untuk mereka, sebab PB belum ada waktu itu bahkan belum ditulis, jadi PL-lah pegangan mereka setelah mereka menerima kasih karunia Kristus. Itulah Kitab Suci yang gereja mula-mula miliki, yang mereka kasihi, yang mereka baca saat pertemuan-pertemuan ibadah, dan tidak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa itu adalah kitab yang telah digenapi dan tidak perlu lagi mereka baca.
        Perhatikan fakta berikut ini: Halaman-halaman PB dipenuhi dengan kutipan-kutipan dari kitab-kitab orang Ibrani (PL). Dua per tiga ayat-ayat di PB memuat kutipan kiasan umum dari PL. Lebih dari sepuluh persen PB memuat kutipan kiasan langsung dari PL. Dari sekitar 404 ayat dari kitab Wahyu, 331 ayatnya berasal dari gambaran kitab-kitab orang Ibrani (PL). Semua ini menunjukkan betapa dalamnya kitab-kitab orang Ibrani (PL) terjalin dalam Kitab Suci Perjanjian yang Baru. 
        Bagaimana bisa orang percaya ingin mengabaikan perkataan Tuhan sendiri? Bukankah menyangkal Firman-Nya adalah merupakan suatu bentuk penyangkalan terhadap Dia. Sungguh betapa menyedihkan ada sekelompok orang yang dengan sengaja berani mengurangi dan menterjemahkan ulang Alkitab secara radikal demi mendukung doktrin tertentu, namun diatas fondasi yang keliru dan berlebihan seperti pengajaran hyper-grace dibangun. Menghilangkan hukum Taurat dan Perjanjian Lama akan menghaburkan kasih karunia itu sendiri, sebab melalui Taurat-lah kita menyadari kesalahan dan menunjukkan bahwa kita sangat membutuhkan seorang Juruselamat.

Pengajaran yang menjerumuskan

        Pengajaran hyper-grace sungguh menjerumuskan dan meninabobokan umat percaya. Para pengajar Hyper-grace melihat segala sesuatu harus dalam konteks kasih karunia. Mereka begitu cerdik memilih-milih Firman Tuhan untuk menenangkan perasaan bersalah yang mungkin timbul akibat dari ketidak mampuan untuk melakukan Firman Tuhan dan kekudusan. Saat mereka diperhadapkan dengan ayat-ayat tentang pikul salib, menjaga kekudusan, kutuk, penghakiman atau neraka, mereka akan dengan mudah mengatakan bahwa “Itu tidak berlaku untuk saya! Saya ada di bawah kasih karunia.”
Ketika pengajaran Yesus mengatakan bahwa “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Mat 5:28) maka mereka akan memberikan tanggapan, “Itu khotbah tentang Hukum Taurat, bukan kasih karunia. Itu hanya untuk orang-orang Yahudi zaman itu dulu. Saya sudah bebas dari dosa”
Ketika mereka ditunjukkan tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan neraka dan penghukuman, maka mereka akan berkata “Terima kasih Tuhan saya tidak berada di bawah hukum Taurat dimana Allah begitu kejam, tapi saya berada di bawah kasih karunia dimana Allah begitu mengasihi kita, dengan kasih karunia-Nya”
Dan begitu seterusnya, sangat memprihatinkan bukan? Mereka hanya mempercayai perkataan Yesus yang diucapkan setelah penyaliban saja. Mengapa mereka menolak banyak perkataan Yesus? Karena kebetulan ayat-ayat tersebut tidak cocok dengan teologi mereka. Perumpamaan-perumpamaan yang diberikan-Nya menuntut pertanggungjawaban dan perkataan-Nya menuntut pemuridan yang tidak cocok dengan doktrin yang mengatakan bahwa “Allah sama sekali tidak meminta apa pun dari Anda.” Tetapi ini hanya suatu indikasi dari seberapa jauh orang percaya telah salah memahami kasih karunia dan salah menafsirkan karya salib. Mereka hanya ingin yang “enak” dari Firman Tuhan dan mengabaikan segala yang “tidak enak” demi ketenangan batin. Sehingga genaplah seperti apa yang tertulis di Alkitab jauh sebelum kita ada: 
“Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.” (II Tim 4:3)
        Tidak diragukan lagi bahwa pengajaran hyper-grace sangatlah menyesatkan. Guru-guru hyper-grace telah menyampaikan pesan yang telah bercampur dengan banyak pernyataan mereka sendiri yang muncul akibat dari kebutuhan rasa aman mereka yang tidak mau hidup kudus, tidak mau mengakui dosa, tidak mau mengampuni dan tidak mau “memikul salib.” Kekristenan hyper-grace adalah kekristenan yang menjalani kehidupan dunia dengan bebas namun mengharapkan kehidupan surga mulia di masa depan. Sekalipun Joseph Prince berkata: “Beberapa orang berfikir bahwa kasih karunia akan mengkompromikan kekudusan Tuhan. Sama sekali tidak! Standar yang ditetapkan oleh kasih karunia jauh lebih tinggi daripada standar hukum Musa.” Tapi pengajaran kasih karunia yang menekankan bahwa “dosa masa depan orang percaya sudah diampuni; kita tidak perlu lagi mengakui dosa kita kepada Tuhan; dan Roh Kudus tidak akan pernah menuduh kita akan dosa” sangatlah berbahaya! Ini adalah pengajaran “tidak sehat”, “gampang”, dan “tidak butuh pengorbanan” yang menyalah-gunakan dan berlindung dibalik kasih karunia Allah yang memang akan digandrungi oleh sebagian anggota gereja Tuhan:
        “Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan        untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalah-gunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.” (Yud 1:4)
       
        Sekalipun pengajaran hyper-grace selalu mengagung-agungkan tema kasih karunia Allah terhadap manusia – sehingga disebut sebagai pengajaran “kasih karunia modern” – namun sebenarnya pengajaran ini sangat menyimpang dari pesan kasih karunia yang sesungguhnya seperti yang Allah ajarkan melalui Kitab Suci. Bahkan Alkitab ternyata telah menubuatkan bahwa Gereja Tuhan memang akan disusupi oleh orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum dengan membawa pengajaran yang disebut Alkitab sebagai “menyalahgunakan kasih karunia Allah” seperti hyper-grace. Untuk apa? Untuk melampiaskan hawa nafsu dan rasa aman mereka dalam menutupi dosa selama hidup di dunia ini. Mereka ingin hidup seperti orang dunia hidup – bebas, tanpa dibatasi oleh aturan “kolot” yang mengikat dan menjadikan kita seperti orang aneh diantara orang-orang tidak seiman – namun kelak memiliki jaminan hidup kekal bersama Kristus di surga mulia. Para pengajar kasih karunia dan para pengikutnya menyaksikan bahwa mereka telah mendapatkan suatu pemahaman baru tentang kasih karunia yang mengubah hidup mereka dan mengisi mereka dengan sukacita, damai sejahtera, dan pengharapan. Ini memang masuk akal, sebab mereka telah membuang semua yang “tidak enak” dari ayat-ayat di Kitab Suci kita dan hanya mengambil semua yang “enak” ditambah hanya dilihat dari kaca mata kasih karunia Tuhan. 
Dengan pesan kasih karunia yang telah diselewengkan maka orang percaya akan:
  • Aman mengabaikan panggilan-Nya untuk menyangkal diri dan memikul salib kita setiap hari.
  • Aman mengabaikan-Nya ketika Ia mengatakan bahwa kita adalah garam dan terang dunia.
  • Aman mengabaikan undangan-Nya untuk meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti-Nya.
  • Aman mengabaikan segala peringatan di dalam perumpamaan yang diberikan-Nya, karena segala perumpamaan dikatakan-Nya sebelum Ia disalibkan.
  • Aman mengabaikan pengajaran-Nya bahwa akan ada upah masa depan berdasarkan ketaatan kita, karena kasih karunia tidak mengenal hukum timbal balik, kita tidak menerima upah karena kita taat, semuanya telah diberikan Tuhan secara cuma-cuma berdasarkan kasih karunia.
  • Aman mengabaikan standar kekudusan.
  • Aman mengabaikan peringatan-Nya tentang keserakahan dan materialisme.
  • Aman mengabaikan kata-kata-Nya yang mendesak tentang akhir zaman, penghakiman, neraka dan penghukuman masa depan. Sebab penghakiman bukan ditujukan bagi orang percaya, tetapi bagi dunia ini, orang percaya sudah benar dalam pandangan Allah.
  • Aman mengabaikan perintah-perintah-Nya untuk mengampuni orang lain.

Biblical-Grace

        Kita sudah cukup berpokus pada kasih karunia “overdosis” (hyper-grace), kini saatnya kita mengarahkan fokus pada kasih karunia yang sesuai dengan Alkitab (biblical-grace). Jangan berhenti mempercayai dan memberitakan pesan kasih karunia hanya karena pesan kasih karunia yang sejati telah dilebih-lebihkan dan diselewengkan. Kasih karunia Allah adalah anugerah terbesar yang oleh karenanya manusia diselamatkan. Itu sebabnya mengapa begitu penting agar kita berpegang pada kasih karunia yang akitabiah saja (biblical-grace), jangan dikurang-kurangi sehingga kita menjadi legalis, atau dilebih-lebihkan sehingga kita menjadi hyper-grace. Biblical-grace adalah kasih karunia Allah yang murni yang oleh karenanya manusia diselamatkan (Yoh 3:16), yang merupakan kebenaran yang mulia, dan penuh kuasa. 
        Dan sekarang, didalam Dia, kita memiliki segala pengampunan dosa melalui kasih karunia Allah Bapa yang mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal sebagai korban keselamatan melalui darah-Nya yang mahal untuk seluruh umat manusia yang mau percaya kepada-Nya. Sekarang kita tidak perlu lagi mencari-cari korban persembahan lain untuk dosa dan kesalahan kita. Ketika kita jatuh lagi, kita perlu memandang kembali kepada salib, dan darah yang sudah menyelamatkan kita akan menyegarkan kita kembali, sehingga kita bisa melangkah maju, dan terbebas dari kutukan dan kesalahan, dan menjalani hidup yang menyenangkan Tuhan. Kita adalah ciptaan baru yang telah mati bersama dosa dan hidup untuk Allah (Rom 6:6-12). Dan ketika Yesus naik ke sebelah kanan Bapa, Ia mengutus Roh Kudus untuk tinggal di dalam kita, membimbing, mengingatkan kita akan kesalahan, memimpin kita kepada kebenaran dan kehidupan yang saleh, bersekutu dengan kita dalam persekutuan yang kudus dan memberdayakan kita untuk pelayanan kudus. Ini adalah kasih karunia Allah yang lengkap dan menyeluruh. Kita akan menerima seluruh janji Allah di dalan Yesus Kristus, asal kita bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak tergoncang, dan tidak mau digeser dari pengharapan Injil yang benar. 
        “Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang   padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu  —  kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.” (I Kor 15:2)
Amin, Tuhan Yesus memberkati (VS.)


>>YB<<

Sumber 
- Michael L. Brown, PhD; “Hyper-grace, Kasih Karunia Overdosis” 
  (2015); Nafiri Gabriel

Tidak ada komentar:

DOKTRIN KRISTUS (KRISTOLOGI)

PANDANGAN KONTEMPORER TENTANG KRIST US A.       Ebionisme: “Yesus manusia biasa, diangkat menjadi Mesias karena kesalehan.” Go...