Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat , tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (II Tim 4:3)
Kasih karunia (anugerah) Tuhan kepada manusia itu luar biasa. Manusia yang seharusnya binasa karena dosa, Allah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal sebagai korban penghapus dosa di atas kayu salib. Pendamaian mengalir dari hati Allah sendiri yang penuh kasih...
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16)
Keselamatan bukan dari hasil usaha atau perbuatan manusia. Keselamatan adalah benar-benar kasih karunia/anugerah Allah, inisiatif Allah dan karya Allah sendiri yang diberikan kepada manusia secara cuma-cuma. Kasih karunia (grace) adalah kasih Allah didalam Yesus Kristus yang olehnya manusia diselamatkan dan hidup didalamnya.
Akan tetapi, beberapa tahun terakhir ini
gereja menyaksikan ada pesan kasih karunia yang baru yang telah bercampur
dengan sejumlah penyelewengan dan melebihi seperti apa yang tertulis di dalam
Alkitab. Pesan kasih karunia yang baru ini sebetulnya pesan yang sama seperti
yang terdapat didalam Alkitab, hanya saja telah dilebih-lebihkan, atau melebihi
“dosis” (overdosis). Pengajaran kasih karunia tersebut begitu banyak mengalami
proses penambahan untuk membenarkan argumentasi para pengajarnya dan mengalami
banyak pengurangan untuk apa yang dianggap tidak diperlukan.
Pada edisi ini Buletin Doa akan membahas
tetang pesan kasih karunia overdosis tersebut. Sebab pesan kasih karunia yang
baru ini telah menyebabkan perpecahan dan mengarahkan beberapa orang ke
dalam bidah1. Mengapa? Karena pesan kasih karunia yang
baru ini sangat melebih-lebihkan, agresif, tidak alkitabiah, memaksa,
menghakimi dan esensinya telah jauh dari pengertian kasih karunia yang sejati.
Sebelum kita melanjutkan pembahasan kita tentang pesan kasih karunia overdosis ini di dalam artikel ini terdapat istilah-istilah yang mungkin asing ditelinga kita, untuk itu sebelum melanjutkan pembahasan kita, berikut adalah penjelasan istilah-istilah tersebut:
Sebelum kita melanjutkan pembahasan kita tentang pesan kasih karunia overdosis ini di dalam artikel ini terdapat istilah-istilah yang mungkin asing ditelinga kita, untuk itu sebelum melanjutkan pembahasan kita, berikut adalah penjelasan istilah-istilah tersebut:
1Bidah atau “ajaran sesat” adalah dimana seseorang atau pengajaran mengambil sebagian kebenaran Alkitab dan menjadikannya seluruh kebenaran.
• Legalisme
Di dalam Alkitab sendiri kita tidak akan
pernah menemukan kata atau istilah “legalisme.” Istilah ini digunakan oleh orang
Kristen Injili untuk menjelaskan doktrin kekristenan sebelum-nya yang sangat
menekankan sistem peraturan dan hukum supaya manusia bisa memperoleh
keselamatan. Seperti harus melakukan sesuatu, atau tidak boleh melakukan
sesuatu untuk menyenangkan Allah.
Legalisme ini sangat berbahaya, sebab mereka yang melakukan legalisme akan tampak mengesankan dari luar namun sebenarnya hanya sekedar melakukan aturan-aturan agamawi dan tradisi semata tanpa adanya hubungan dengan juruselamatnya. Contoh orang-orang legalisme di dalam Alkitab adalah orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan imam-imam fasik. Mereka sangat suka terlihat “suci” dan “taat beragama” dengan melakukan aturan-aturan agamawi, tradisi dari Hukum Taurat dan nabi-nabi yang begitu membebani, seperti “tidak boleh itu...”, “harus ini...” dan sebagainya...
Legalisme ini sangat berbahaya, sebab mereka yang melakukan legalisme akan tampak mengesankan dari luar namun sebenarnya hanya sekedar melakukan aturan-aturan agamawi dan tradisi semata tanpa adanya hubungan dengan juruselamatnya. Contoh orang-orang legalisme di dalam Alkitab adalah orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan imam-imam fasik. Mereka sangat suka terlihat “suci” dan “taat beragama” dengan melakukan aturan-aturan agamawi, tradisi dari Hukum Taurat dan nabi-nabi yang begitu membebani, seperti “tidak boleh itu...”, “harus ini...” dan sebagainya...
• Hyper-grace
Para pengajar kasih karunia sendiri tidak
menyebut pengajarannya atau gerejanya dengan istilah hyper-grace –
bahkan saya yakin mereka sangat tidak setuju dengan istilah ini. Sebutan hyper-grace
sendiri dipinjam dari istilah yang dimunculkan oleh Dr. Michael Brown dalam
bukunya “Hyper-grace: Exposing the Dangers of the Modern Grace Message”
(2014), untuk menyebut pengajaran yang mengartikan “kasih karunia” (grace)
Allah secara “berlebihan” (hyper). Dan harus diperhatikan bahwa pengajaran ini
tidak disebut sebagai “kasih karunia palsu” (false-grace) sebab apa yang mereka
kemukakan semuanya berasal dari Firman Tuhan, yaitu dari ayat-ayat Alkitab,
hanya saja mereka mengajarkannya dengan cara dilebih-lebihkan sedangkan
sebagian lagi dikurang-kurangi. Pesan kasih karunia ini adalah pesan kasih
karunia sejati yang telah diselewengkan. Perlu diperhatikan juga bahwa hyper-grace
juga bukan turunan dari ajaran Calvinisme2.
2Calvinisme adalah sebuah sistem teologis varian dari kekristenan Protestan yang namanya diambil dari seorang reformator Prancis bernama Yohanes Calvin. Kadang-kadang disebut sebagai teologi Reformed atau Harvormd. Salah satu poin dari lima poin doktrin yang terkenal dari Calvinisme adalah “Perseverance of the saints” (pemeliharaan orang-orang kudus) yaitu doktrin yang menyatakan bahwa manusia yang telah percaya Kristus memiliki hidup yang kekal, dan hidup kekal itu tidak dapat direbut darinya, atau kehilangan keselamatannya. Sekali manusia benar-benar bertobat, ia tidak dapat menjadi “tidak bertobat,” atau “sekali selamat tetap selamat.”
Ada beberapa istilah lain bagi pengajaran
kasih karunia yang berlebihan ini, seperti: Radical grace, modern grace, grace
revolution, gospel revolusion, cheap grace, atau Unconditional Internal
Security. Namun dalam artikel ini kita akan menggunakan sebutan hyper-grace
seperti yang Dr. Michael Brown munculkan. Berikut adalah ciri utama dari
kepercayaan para guru-guru hyper-grace tentang kasih karunia yang
berlebihan, beserta penjelasan kasih karunia yang sejati yang seturut Firman
Tuhan (Biblical grace) yaitu Alkitab yang kita pegang sampai saat ini:
1.Tuhan sudah menanggung semua dosa orang percaya
Hyper-grace: Saat seseorang datang kepada Kristus dan menerima
kasih karunia-Nya dalam proses kelahiran baru, maka Tuhan Yesus akan menyatakan
seseorang tersebut benar dan Ia menanggung SEMUA dosanya. Artinya, Tuhan Yesus
sudah menanggung dosa masa lalu, dosa masa sekarang dan DOSA MASA DEPAN dari
orang tersebut. Tuhan Yesus sudah membayar LUNAS semua dosa manusia (I Kor
6:20), Tuhan tidak mengampuni dosa manusia secara angsuran. Setelah seseorang
dilahirkan kembali, apapun yang orang percaya lakukan dan akan lakukan tidak
akan mempengaruhi hubungan kita dengan Tuhan. Dia melihat orang-orang percaya
sebagai orang benar, karenanya, mereka tidak akan pernah berurusan dengan dosa.
Bahkan kesadaran akan dosa pun sudah tidak ada, sebab kita dipanggil bukan
untuk menyatakan dosa melainkan kemuliaan Kristus.
“Dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa
dan kesalahan mereka.” (Ibr 10:17)
Ini namanya pengampunan total. Ia sudah mengangkat rasa bersalah kita, dan tidak peduli seberapa kerasnya kita mencoba mencarinya, kita tidak akan menemukannya, sebab Tuhan sudah mengampuni dan melupakan dosa-dosa kita, dan Ia tidak akan mengingat-ingat lagi dosa kita. Itulah kasih karunia (anugerah) yang ajaib!
Penjelasan: Sungguh tidak masuk akal, mengapa ada
orang bisa memiliki pengertian tentang Firman Tuhan seperti itu? Dan apakah ada
orang waras yang akan berkata “Puji Tuhan! Aku telah diampuni dari segala
kejahatan yang pernah saya lakukan, dan saya telah diampuni untuk semua
perbuatan jahat yang AKAN saya lakukan mulai hari ini sampai sisa hidupku.”
Sungguh tipuan yang sangat menggelikan bukan? Jika memang ini benar, lalu
bagaimana dengan peringatan akan adanya orang-orang percaya yang kemudian hari
murtad karena perbuatan jahatnya (I Tim 5:8), atau karena mengikuti roh-roh
penyesat (ITim 4:1), karena mengikuti injil lain (Gal 1:6), karena berubah
setia dengan mengikuti dunia (Yak 4:4), dan sebagainya... Lalu bagaimana dengan
Ananias dan Safira? Atau bagaimana dengan teguran Tuhan kepada jemaat di Efesus
yang telah meninggalkan kasih mula-mula mereka, atau jemaat Pergamus karena
telah menyembah berhala? Tuhan mencela mereka bahkan menghukum perbuatan mereka
sekalipun mereka adalah orang-orang yang sudah menerima Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat.
Saudara, tidak ada satu ayat pun di dalam Alkitab yang mengatakan bahwa dosa masa depan kita sudah diampuni (artinya, dosa-dosa yang belum kita perbuat). Tidak satu ayat pun. Tidak ada. Bahkan petunjuk konsep seperti itu pun tidak ada. Semua janji pengampunan itu kaitannya dengan dosa-dosa yang telah kita perbuat.
Bagaimana dengan dosa masa depan? Bagaimana dengan dosa yang mungkin kita lakukan setelah kita menerima pengampunan dari kasih karunia Allah? Kita tidak usah khawatir, sebab kasih karunia Allah telah membawa kita ke dalam keluarga-Nya, dan menjadikan kita anak-anak-Nya. Sehingga ketika kita sebagai orang percaya kemudian berbuat dosa, pengampunan telah tersedia, asal kita mau datang kepada-Nya memohon ampun dan pengudusan melalui darah-Nya.
Saudara, tidak ada satu ayat pun di dalam Alkitab yang mengatakan bahwa dosa masa depan kita sudah diampuni (artinya, dosa-dosa yang belum kita perbuat). Tidak satu ayat pun. Tidak ada. Bahkan petunjuk konsep seperti itu pun tidak ada. Semua janji pengampunan itu kaitannya dengan dosa-dosa yang telah kita perbuat.
Bagaimana dengan dosa masa depan? Bagaimana dengan dosa yang mungkin kita lakukan setelah kita menerima pengampunan dari kasih karunia Allah? Kita tidak usah khawatir, sebab kasih karunia Allah telah membawa kita ke dalam keluarga-Nya, dan menjadikan kita anak-anak-Nya. Sehingga ketika kita sebagai orang percaya kemudian berbuat dosa, pengampunan telah tersedia, asal kita mau datang kepada-Nya memohon ampun dan pengudusan melalui darah-Nya.
“Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan
kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa,
kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.
Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita
saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” (I
Yoh 2:1-2)
Perhatikan kalimat “... namun jika seorang berbuat dosa...,” menunjukkan bahwa
jika seseorang akhirnya berbuat dosa tidak berarti ia bebas dari penghukuman.
Hanya saja bedanya jika kita berbuat dosa kita memiliki pengantara, yaitu Yesus
Kristus, yang akan menyucikan kita dari dosa dan membebaskan kita dari
penghukuman, asalkan kita mau datang kepada Tuhan dan mengakui dosa tersebut.
Dari ayat ini kita mengerti bahwa Kristus tidak menghapuskan dosa yang AKAN
diperbuat oleh orang percaya. Akan tetapi Kristus berjanji bahwa jika seseorang
dikemudian hari berbuat dosa Ia akan menjadi perantara untuk menyucikan dosa
tersebut. Sebab jika memang Tuhan tidak melihat dosa-dosa kita lagi, karena Ia
telah mengampuni dosa-dosa yang mungkin diperbuat oleh orang percaya di masa
yang akan datang, lalu mengapa Yakobus menulis seperti ini:
“Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu
tahu, bahwa persaha-batan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi
barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah
... Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah
tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang
mendua hati!” (Yak 4:4,8)
Melalui petunjuk kata-kata “Hai kamu,
orang-orang yang tidak setia,” kita mengerti bahwa ayat ini ditujukan bagi
orang yang sudah percaya Kristus. Kemudian di ayat 8-nya Yakobus melanjutkan
perkatannya “Mendekatlah kepada Allah, ... Tahirkanlah tanganmu, hai kamu
orang-orang berdosa”. Jika Tuhan Yesus sudah menghapuskan dosa masa depan orang
percaya, mengapa Yakobus menegur dan memerintahkan orang-orang percaya bertobat
dari dosanya? Bukankah semua dosa sudah dibereskan Kristus di kayu salib? Dan
jika kita tidak dipanggil untuk menyatakan dosa, melainkan kemuliaan Kristus
lalu mengapa Firman Tuhan didalam Yak 5:16 memperingatkan jemaat Tuhan
untuk saling maengakui dosa?
“Karena itu hendaklah kamu saling mengaku
dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila
dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yak 5:16)
Dan kemudian jika memang orang percaya
dianggap seharusnya tidak memiliki kesadaran akan dosa, lalu bagaimana kita
dapat menjelaskan perkataan rasul Paulus yang berkata:
“Karena kita mempunyai banyak saksi,
bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan
dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan
yang diwajibkan bagi kita...” (Ibr
12:1-4)
2. Orang percaya tidak perlu berdoa
me-mohon pengampunan secara berulang-ulang.
Hyper-grace: Semua dosa masa depan orang percaya itu sudah diampuni, ya SEMUA dosa! Semua dosa orang percaya sudah dibereskan-Nya di kayu salib. Semua dosa sudah diampuni. Dan jika orang percaya berbuat dosa – oh, jauhkanlah kiranya hal itu! – tetapi jika kita sampai berbuat dosa, semua orang ada kalanya berbuat dosa bukan? Tapi janganlah memohon ampun akan dosa itu. Adalah berdosa jika seorang yang sudah lahir baru berdoa memohon pengampunan dosa kepada Tuhan. Ia sudah memberikan pengampunan mutlak bagi orang percaya, adalah kesalahan bagi seorang percaya jika mereka memohon pengampunan dosa yang sudah diampuni-Nya. Jadi, sekalipun seandainya kita berbuat dosa, jangan mulai memohon pegampunan kepada Tuhan. Jangan mencoba untuk mengakui dosa itu. Arahkanlah pandangan Anda kepada Kristus. Taruh iman Saudara di dalam Yesus. Teruslah berjalan di dalam perjanjian Roh dan dalam ikatan kasih karunia. Teruslah deklarasikan pengampunan yang mutlak bagi Saudara. Kita tidak dipanggil untuk mengakui dosa kita, melainkan dipanggil untuk mengakui kebenaran kita di dalam Yesus Kristus! Bagaimana para pengajar hyper-grace meresponi dosa yang mereka lakukan? Mereka berkata “Bapa, terima kasih karena dosa itu telah dibereskan dan aku tetap benar sempurna!”
Penjelasan: Pernyataan tersebut adalah kekeliruan dan penipuan besar di akhir jaman. Ini sungguh pengajaran yang sangat berbahaya saudaraku! Sekalipun seseorang telah mengalami kelahiran baru, kita harus mengerti bahwa kita masih hidup di dalam daging yang lemah dan dapat membuat seseorang melakukan dosa dikemudian hari baik secara sengaja atau tidak. Pengajaran hyper-grace membuat orang percaya meremehkan dampak dari dosa dan menipu diri dengan cara membiarkan dosa bertumbuh hingga akhirnya menghasilkan maut kembali.
Tuhan mengampuni dosa masa depan orang percaya adalah ciri khas pengajaran hyper-grace. Sekalipun Alkitab dengan jelas berkata bahwa jika kita berdosa setelah lahir baru kita harus mengakui dosa tersebut, seperti tertulis:
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (I Yoh 1:9). Namun para pengajar hyper-grace mengatakan bahwa ayat tersebut ditujukan bukan bagi orang percaya, melainkan bagi orang yang tidak percaya dari kelompok Gnostik3 yang telah menyusup ke dalam jemaat mula-mula. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana para pengajar hyper-grace mengetahui latar belakang keluarnya ayat I Yoh 1:9 tersebut ditujukan bagi para anggota Gnotisme yang penyusup, padahal ajaran dan sebutan Gnostik sendiri baru muncul di abad kedua Masehi. Paling tidak, yang dimaksud adalah benih-benih ajaran Gnostik dan bukannya sistem bidah yang sudah maju dan berkembang.
3Gnostik adalah ajaran sesat yang tidak percaya akan adanya dosa.
Saudara, dalam membaca Alkitab, adalah
penting bagi kita untuk memperhatikan beberapa ayat sebelum dan sesudahnya dari
ayat yang sedang kita baca. Jika kita hanya membaca I Yoh 1:9 tanpa memperhatikan
ayat-ayat sebelum dan sesudahnya maka kita tidak akan tahu jelas untuk siapa
ayat tersebut ditulis. Seperti dalam ayat I Yoh 1:9 ini, jika kita membaca ayat
6-nya maka kita akan tahu kepada siapa ayat tersebut ditujukkan:
“Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun
kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan
kebenaran.” (1 Yoh 1:6)
Ayat tersebut ternyata ditujukkan kepada “mereka yang telah memperoleh
persekutuan dengan Dia” yang tidak lain adalah orang-orang percaya, dan bukan
para pengikut Gnostik atau orang-orang belum percaya lainnya. Ini membuktikan
bahwa surat Yohanes yang pertama ini menunjuk kepada orang percaya, dan apa
perintah Tuhan kepada orang percaya pada surat Yohanes ini: “Jika kita mengaku
dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil,.. (I Yoh 1:9a). Itu artinya bagi
setiap orang percaya, yaitu mereka yang memiliki persekutuan dengan Kristus.
Jadi, jika seorang percaya dikemudian hari mereka berbuat dosa, ya mereka tetap
harus mengakui dosanya “sehingga Ia mengampuni dosa kita dan menyucikan kita
dari segala kejahatan.” (I Yoh 1:9b)
Dalam terjemahan aslinya (Yun.) kata “mengaku” didalam I Yoh 1:9 adalah
“homologeo” yang berarti tindakan masa kini, yang dilakukan terus menerus. Itu
artinya setiap orang percaya tidak kebal dari dosa yang ia perbuat di kemudian
hari. Orang percaya harus mengakui dosa mereka, jika di kemudian hari jatuh ke
dalam dosa, secara terus-menerus. Ini adalah kehidupan kekristenan yang benar yang
mencakup kejujuran dan pengakuan dosa yang terus-menerus jika berbuat dosa.
Mengakui dosa untuk mendapatkan penghapusan dosa bukanlah legalisme. Kerelaan
dan kejujuran untuk megakui dosa adalah bagian dari hubungan kita yang akrab
dengan Tuhan. Kita tidak usah malu untuk mengakui dosa kita kepada Tuhan
kecuali memang kita tidak mau mengakuinya, menyimpan dosa dan menikmati
kehidupan dalam dosa, itu kisah yang lain tentunya.
Lalu bagaimana dengan keselamatan orang percaya yang berbuat dosa, apakah
keselamatan-nya akan hilang? Apakah seseorang diselamatkan dan kemudian pada
suatu hari keselamatan tersebut hilang karena dosa. Apakah kemudian orang
percaya bergumul untuk mengakui setiap detail dosanya agar disucikan kembali
sehingga jika malam ini kita mati kita tidak masuk neraka? Untuk menjelaskan
hal tersebut berikut adalah perumpamaan tentang pengampunan dosa yang
terus-menerus:
Kata Yesus kepadanya: “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.” (Yoh 13:10)
Pada budaya masa Yesus hidup, rumah-rumah
pada masa itu tidak mempunyai saluran air atau pipa ledeng, dan itu berarti itu
tidak memiliki kamar mandi. Kalau kita ingin mandi, maka kita harus pergi ke
sungai atau tempat pemandian umum. Di sanalah kita bisa mandi dan benar-benar
menjadi bersih. Akan tetapi, sekalipun badan kita telah bersih, setelah mandi
kemudian kita harus berjalan pulang ke rumah, menyusuri jalan yang penuh debu.
Tidak peduli sebersih apapun kita mandi, kaki kita akan menjadi kotor karena
perjalanan kita dari tempat mandi ke rumah. Jadi, ketika Anda datang ke rumah
atau ke rumah orang lain, ada suatu budaya di mana tuan rumah menyediakan
sebuah basi berisi air dan ada seorang hamba yang siap membasuh kaki Anda.
Tetapi itu bukan berarti Anda perlu mandi lagi. Hanya kaki Anda yang perlu
dibasuh.
Dari penjelasan di atas kita mengerti sekarang, saat kita diselamatkan dan lahir baru, kita sudah dibasuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tuhan membersihkan kita dari segala kotoran (dosa). Dan sungguh ada begitu banyak kotoran yang perlu dibasuh dan Tuhan Yesus telah membasuh SEMUA kotaran itu (I Kor 6:11). Ya, Kristus telah menyucikan kita dengan air dan Firman (Ef 5:26) dalam permandian kelahiran baru (Ef 5:26). Sekarang kita bisa menghadap Allah dengan hati yang tulus karena telah dibersihkan dengan air yang murni (Ibr 10:22).
Dari penjelasan di atas kita mengerti sekarang, saat kita diselamatkan dan lahir baru, kita sudah dibasuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tuhan membersihkan kita dari segala kotoran (dosa). Dan sungguh ada begitu banyak kotoran yang perlu dibasuh dan Tuhan Yesus telah membasuh SEMUA kotaran itu (I Kor 6:11). Ya, Kristus telah menyucikan kita dengan air dan Firman (Ef 5:26) dalam permandian kelahiran baru (Ef 5:26). Sekarang kita bisa menghadap Allah dengan hati yang tulus karena telah dibersihkan dengan air yang murni (Ibr 10:22).
Masih ada satu masalah: Kita masih hidup
di dunia ini. Kita masih harus menyusuri jalan yang berdebu, kotor dan kadang
kala kaki kita menjadi kotor, walaupun kita sudah mandi dan dibasuh. Itulah
gambaran dosa yang mencemarkan dan harus dibasuh setiap waktu. Bukan berarti
harus mandi lagi, hanya kaki kita saja yang perlu dibasuh. “Bapa, sucikan aku
dari dosa (sebutkan), di dalam nama Yesus. Amin.”
Karya penebusan Kristus telah membayar
lunas SEMUA dosa kita. Tetapi hal ini tidak mengecualikan kebutuhan kita akan
pertobatan. Jangan kita memutarbalikkan pengertian kasih karunia (grace) Tuhan
sehingga kita tidak mau bertobat dari dosa-dosa yang kita perbuat...
“Atau kalian pandang enteng kemurahan Allah dan kelapangan hati serta kesabaran-Nya yang begitu besar? Pasti kalian tahu bahwa Allah menunjukkan kebaikan hati-Nya karena Ia mau supaya kalian bertobat dari dosa-dosamu.” (Rom 2:4, BIS)
“Atau kalian pandang enteng kemurahan Allah dan kelapangan hati serta kesabaran-Nya yang begitu besar? Pasti kalian tahu bahwa Allah menunjukkan kebaikan hati-Nya karena Ia mau supaya kalian bertobat dari dosa-dosamu.” (Rom 2:4, BIS)
3. Pengampunan orang percaya tidak
di-dasari atas pengampunan terhadap orang lain (mengampuni).
Didalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk berdoa dan mengampuni: “...Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” (Mat 6:12). Itu artinya setiap umat Tuhan dituntut untuk mengampuni kesalahan orang lain, barulah Tuhan bisa mengampuni kesalahan kita.
Hyper-grace: Jika kita mengampuni orang lain untuk mendapatkan pengampunan maka hal tersebut adalah sesuatu kekeliruan besar, dan tidak memahami kasih karunia Tuhan. Saat seseorang menerima kelahiran baru, semua dosanya sudah diampuni, baik dosa masa lalu, masa sekarang dan dosa yang akan dilakukan dikemudian hari. Semua dosa sudah lunas dibayar Kristus di kayu salib. Kita tidak perlu mengampuni orang lain agar kita diampuni, pengampunan orang percaya tidak didasari atas pengampunan terhadap orang lain, Kristus sudah menanggung semua dosa kita, apa lagi yang harus kita bereskan. Kasih Kristus begitu besar dan sanggup mengampuni seluruh dosa manusia.
Penjelasan:
Para pengajar hyper-grace percaya bahwa jiwa kita “mengampuni agar
diampuni” itu berarti kita tidak hidup di dalam kasih karunia, tapi hidup adalah
hukum Taurat atau legalisme, karena itu artinya kita akan menerima jika kita
memberi. Sedangkan kasih karunia itu tanpa syarat, tidak ada timbal balik,
Tuhan akan mengampuni kita tanpa syarat dan tanpa sedikitpun perbuatan manusia
(dalam konteks ini yaitu mengampuni). Saudara, ini suatu pernyataan yang sangat
berbahaya. Ini sebuah pernyataan yang menenangkan hati sesaat namun dapat
membawa kebinasaan kekal. Sesungguhnya, panggilan untuk mengampuni orang lain
sangatlah penting sehingga Yesus mengulanginya beberapa kali dalam konteks yang
berbeda-beda, termasuk saat Tuhan mengajarkan murid-murid-Nya berdoa dengan
iman:
“Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” (Mrk 11:25)
Mengampuni untuk diampuni bukan suatu timbal balik atau balasan sehingga bertentangan dengan kasih karunia yang tanpa syarat. Mengampuni orang lain bukan suatu “pekerjaan” legalisme agar kita diampuni. Tidak! Tapi mengampuni adalah perintah Tuhan Yesus sendiri. Perhatikan satu kebenaran ini: Kita tidak bisa diampuni jika kita tidak mau mengampuni!
“Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” (Mrk 11:25)
Mengampuni untuk diampuni bukan suatu timbal balik atau balasan sehingga bertentangan dengan kasih karunia yang tanpa syarat. Mengampuni orang lain bukan suatu “pekerjaan” legalisme agar kita diampuni. Tidak! Tapi mengampuni adalah perintah Tuhan Yesus sendiri. Perhatikan satu kebenaran ini: Kita tidak bisa diampuni jika kita tidak mau mengampuni!
4.Roh Kudus tidak menginsyafkan orang percaya akan dosa
Hyper-grace: Peranan Roh Kudus berfungsi untuk
mengarahkan/mengingatkan orang percaya bahwa ia telah diselamatkan dan telah
menerima kasih karunia-Nya. Oleh sebab itu Roh Kudus tidak bisa mengingatkan
orang percaya akan dosa, sebab Tuhan Yesus sudah menanggung dan melupakan SEMUA
dosa orang percaya. Roh Kudus melihat bahwa orang percaya itu sempurna di dalam
Kristus. Ia tidak akan pernah mengungkit-ungkit dosa orang percaya lagi. Roh
Kudus tidak diutus untuk menyingkapkan kegagalan dan dosa seseorang, melainkan
diutus untuk menyakinkan orang percaya akan kebenaran mereka
dihadapan-Nya.
Penjelasan:
Jika memang fungsi Roh kudus tidak untuk mengingatkan kita akan dosa, lalu
bagaimana kita menjelaskan ayat berikut ini:
“Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar;
sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!... Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.” (Why 3:19, 22)
Ayat di atas adalah perkataan Roh Kudus.
Dan apa perkataan Roh Kudus? Menegor! Mengapa Roh Kudus menegor kita umat
percaya? Karena Ia mengasihi kita. Saat kita orang percaya berbuat dosa, Roh
Kudus tidak ingin kita jatuh lebih dalam lagi sehingga ia menegor dan
menginsyafkan umat percaya agar segera bertobat. Itulah salah satu tugas Roh
Kudus...
“Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih
berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu
tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia
kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa,
kebenaran dan penghakiman.” (Yoh 16:7-8)
5. Pengudusan orang percaya sudah utuh dan
lengkap
Hyper-grace:“Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.” (Ibr 10:10)
Dari ayat di atas, para pengajar hyper-grace percaya bahwa proses
pengudusan (sancti-fication) bukanlah sebuah proses! Orang percaya tidak
menjadi semakin kudus dan semakin kudus – Tidak – kita menjadi kudus sekali
(yaitu pada waktu lahir baru) dan untuk selamanya! Pengudusan orang percaya
sudah utuh dan lengkap, dan kita tidak perlu menambahkan apa-apa lagi.
Pengudusan didalam Kristus tidak bersifat progresif (bertumbuh). Orang percaya
tidak dipanggil untuk bertumbuh didalam kekudusan, sebab mengejar kekudusan adalah
kebohongan yang membunuh secara spiritual. Kita harus percaya pada kasih
karunia tanpa syarat, yaitu bahwa pengorbanan-Nya di kayu salib telah
menjadikan kita sempurna, sepenuhnya, dan selamanya. Kita dibenarkan oleh iman,
sekali dan untuk selamanya, bukan hanya itu, kita juga sepenuhnya dikuduskan
oleh iman, sekali dan untuk selamanya. Melalui kelahiran baru, Kristus telah
menyempurnakan kekudusan kita, sehingga kita tidak perlu lagi mengusahakan-nya
(legalitas). Kristus telah membebaskan kita dari sebuah penjara yang disebut
“dosa” dan sekarang telah dipindahkan ke sebuah penjara yang disebut
“kebenaran.” Kapan pun seseorang diselamatkan, pertempuran melawan dosa sudah
berakhir.
Penjelasan:
Sungguh mengherankan mengapa para pengajar hyper-grace bisa memiliki
pikiran bahwa pengudusan kita sudah utuh dan lengkap, sudah diselesaikan dimasa
lalu, sehingga kita tidak perlu menambahkan apa-apa lagi. Para pengajar hyper-grace
kelihatannya tidak menyadari (atau menolak) bahwa saat kita mengalami kelahiran
baru adalah bukan akhir dari segala sesuatu dari kerohanian kita. Mereka hanya
menginginkan segala sesuatu secara instan dan mudah. Memang benar Ibr 10:10
mengatakan bahwa “kita telah dikuduskan satu kali untuk selamanya.” Tapi kita
tidak boleh terpaku oleh satu ayat saja, Alkitab yang kita pegang sifatnya
komprehensif, yaitu luas dan lengkap. Firman Tuhan yang tertulis di Alkitab
ditulis oleh ilham Roh Kudus dan bersifat satu untuk semua dan semua untuk
satu, tidak boleh “mencomot” satu ayat kemudian menjadikannya sebuah kebenaran
yang hakiki. Untuk mengerti satu ayat, kita harus memperhatikan dan
membandingkan dengan ayat-ayat yang lainnya.
Perhatikan tahapan kekudusan menurut Alkitab secara lengkap: Kita telah
diberikan tempat disurga (Ef 2:6, tetapi sekarang kita masih hidup di dalam
tubuh duniawi, karena itu kita mengeluh (II Kor 5:2); Kita sudah diangkat
menjadi anak (Rom 8:15), tetapi sekarang kita menantikan pengangkatan sebagai
anak, yaitu pembebasan tubuh kita (Rom 8:23). Kita telah mati bagi dosa (Rom
6:1-7) namun kita tidak boleh membiarkan dosa berkuasa lagi dalam hidup kita
(ay. 11:19). Kita telah menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru
(Ef 4:22-24) itu juga betul, namun kita diperintahkan untuk “mematikan” dan “menanggalkan”
sifat duniawi kita dan “mengenakan” manusia baru (Kol 3:1-14). Kita memang
orang-orang yang menang di dalam Kristus (I Yoh 5:4), namun di dunia ini kita
masih belum sempurna sebab kita masih “bersalah dalam banyak hal” (Yak 3:2).
Realitas lainnya kita adalah ciptaan baru (II Kor 5:17), tapi ternyata kita
harus diubahkan melalui pembaharuan akal budi (Rom 12:2).
Dari ayat-ayat di atas kita mengerti sekarang bahwa ayat Alkitab harus diambil
secara menyeluruh, tidak bisa terpisah-pisah. Demikian juga mengenai kekudusan
orang percaya, dari ayat-ayat lain tentang kekudusan dan kesempurnaan orang
percaya maka kita temukan kebenaran bahwa semuanya bersifat progresif
(bertumbuh). Proses kelahiran baru tidak serta merta menjadikan kita tidak lagi
berurusan dengan proses kekudusan dan dosa. Perhatikan ayat berikut ini:
“Semoga Allah damai sejahtera menguduskan
kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan
tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” (I Tes 5:23)
Mengapa Paulus berdoa bagi pengudusan
sepenuhnya dari orang-orang percaya jika mereka sudah sepenuhnya dikuduskan?
Jawaban sederhananya adalah “sebab memang mereka belum sepenuhnya dikuduskan,”
pengudusan itu sifatnya progersif (bertumbuh). Perhatikan juga ayat berikut
ini:
“Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh
seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji
kemuliaan-Nya.” (Ef 1:14).
Salah satu peran Roh Kudus bagi orang percaya ternyata sebagai jaminan sampai
kita “memperoleh seutuhnya” dari penebusan Kristus. Mengapa Roh Kudus
“mengawal” orang percaya sampai “memperoleh seutuhnya”? karena memang orang
percaya belum memperoleh seutuhnya... Ada tahapan-tahapan (progres) untuk
memperoleh semua janji-janji Tuhan, termasuk kekudusan dan kesempurnaan.
Kita mengerti sekarang, kelahiran baru bukan akhir dari perjuangan kita melawan dosa, dan bukan garis start dari kekudusan sepenuhnya. Kita memang sudah dikuduskan oleh Kristus pada waktu kelahiran baru, namun kini kita sedang dikuduskan oleh Roh Kudus, dan kita akan sepenuhnya dikuduskan dan menjadi lengkap sepenuhnya ketika kita tiba di surga. “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” (Ibr 12:14). Kekudusan sempurna adalah sasaran orang-orang kudus di bumi, dan itu adalah upah orang-orang kudus di surga.
Kita mengerti sekarang, kelahiran baru bukan akhir dari perjuangan kita melawan dosa, dan bukan garis start dari kekudusan sepenuhnya. Kita memang sudah dikuduskan oleh Kristus pada waktu kelahiran baru, namun kini kita sedang dikuduskan oleh Roh Kudus, dan kita akan sepenuhnya dikuduskan dan menjadi lengkap sepenuhnya ketika kita tiba di surga. “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” (Ibr 12:14). Kekudusan sempurna adalah sasaran orang-orang kudus di bumi, dan itu adalah upah orang-orang kudus di surga.
6. Tuhan melihat orang percaya sempurna
dalam pandangan-Nya
Hyper-grace: Bersamaan dengan pengajaran bahwa kita sudah sepenuhnya dikuduskan pada saat diselamatkan, guru-guru hyper-grace juga mengklaim bahwa Tuhan selalu melihat kita sempurna dalam pandangan-Nya, karena Ia tidak melihat dosa-dosa kita. Dan karena kita senantiasa dipandang sempurna dan benar di hadapan Tuhan, maka tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menyenangkan Tuhan. Kita sudah sepenuhnya berkenan dalam pandangan-Nya!
Ya! Tidak peduli bagaimana kita hidup dan
tidak peduli apa yang kita lakukan, Tuhan “bangga akan kita!” Yang kita perlu
dengar adalah pujian Bapa Surgawi. Ia senang dengan kita. Kita adalah
anak-anak-Nya yang berharga dan terkasih. Ia sangat mengasihi dan berkenan
kepada kita, dan tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya. Memang
tidak ada salahnya untuk menjadi lebih baik, tetapi kita harus mengerti bahwa
di dalam Kristus, kita sudah baik dan berkenan bagi Tuhan, ditebus oleh darah
Anak-Nya dan bagian dari keluarga-Nya. Adalah mustahil bagi kita untuk
mengecewakan Tuhan dan terpisah dari kasih-Nya... Joseph Prince berkata:
“Karena Anda tidak melakukan apa-apa untuk menerima hadirat-Nya di dalam hidup
Anda, maka tidak ada yang bisa Anda lakukan yang akan membuat hadirat-Nya
meninggalkan Anda.”
Penjelasan: Inilah yang membuat pengajaran hyper-grace
begitu diminati oleh orang-orang percaya jaman sekarang. Pesannya begitu
membebaskan! Pesan hyper-grace begitu berpihak bagi mereka yang
menderita rasa bersalah dalam hati nurani, selalu berpikiran tidak layak
(karena menyimpan dosa tentunya), mereka yang mendua hati, para “barisan sakit
hati”, dan bagi mereka yang tidak pernah percaya bahwa Anda sudah melakukan
semampu Anda untuk menyenangkan Tuhan. Pesan Hyper-grace adalah pesan
yang bisa diterima bagi mereka yang sangat sensitif dan rentan terhadap
intropeksi.
Pesan hyper-grace membuka mata banyak orang bahwa kita diterima karena
apa yang telah Yesus perbuat dan bahkan dalam keadaan kita yang paling buruk
Bapa tetap mengasihi. Ia selalu melihat kita sempurna dan kudus, karena Kristus
sudah menanggung semua dosa kita, bahkan dosa yang mungkin akan kita lakukan.
Inilah yang dialami oleh banyak orang percaya hari-hari ini yang telah
menangkap pesan kasih karunia yang begitu berlebihan dan terperangkap pada
pengajaran yang meninabobokan. Benar! Adalah benar kita telah menjadi
anak-anak-Nya, dan Ia menjadi Bapa kita dan kita telah menerima semua berkat
dan janji-janji-Nya...
“Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.” (II Kor 6: 18)
“Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.” (II Kor 6: 18)
Tapi kita juga harus memperhatikan ayat berikutnya yang berkata:
“Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyem-purnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.” (II Kor 7:1).
“Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyem-purnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.” (II Kor 7:1).
Dari ayat di atas jelas bahwa ada hal-hal yang terjadi di jemaat di Korintus
yang tidak membuat Tuhan senang – Jadi sekalipun jemaat di Korintus telah
ditebus-Nya dan telah menjadi anak-anak-Nya, tapi ternyata ada yang Ia tidak
sukai. Saat seseorang telah lahir baru, tidak otomatis membuat Tuhan senang
dengan apa yang kita lakukan, yaitu jika apa yang kita lakukan tersebut adalah
ternyata melanggar Firman Tuhan atau dosa. Bahkan dalam beberapa kesempatan
Tuhan mencela umat-Nya karena berbuat dosa, seperti mencela jemaat-Nya yang
telah meninggalkan kasih yang semula (Why 2:4).
Firman Tuhan memperingatkan kita bahwa Bapa surgawi tidak selalu memuji kita
dan tidak selalu berkenan kepada kita, tetapi selama kita adalah anak-anak-Nya,
kita tidak perlu meringkuk dalam ketakutan dan tidak adanya pengharapan. Ketika
Ia mengkoreksi kita atau menghajar kita atau mendisiplinkan kita, itu adalah
karena Ia mengasihi kita. Itu adalah kabar baik, dan itu adalah bagian dari
menjalin hubungan dengan Tuhan dan untuk penyempurnaan kekudusan
anak-anak-Nya.
“Karena Tuhan menghajar orang yang
dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak ... tetapi Dia
menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam
kekudusan-Nya.” (Ibr 12:6;10)
Itulah kasih (Mzm 141:5). Dan kita perlu ingat bahwa Tuhan mengasihi kita
sekalipun ketika Ia melihat cacat dan kekurangan kita, Ia tidak menghakimi
kita, namun menegur dan mendidik kita untuk memanggil kita berbalik kepada-Nya.
Tuhan memang mengasihi umat yang telah ditebus-Nya, tapi jika umat-Nya tersebut
berbuat salah atau berdosa janganlah menghibur diri sendiri dengan pernyataan “Tuhan
senang dengan Anda. Ia sangat mengasihi Anda dan berkenan kepada Anda, apapun
yang Anda kerjakan. Yang Anda perlu dengar adalah pujian Bapa surgawi.” Itu
bohong! Lebih baik kita datang kepada Dia dan memohon ampun untuk setiap
pelanggaran kita, sehingga Ia mengampuni kita... Itu yang perlu kita lakukan!
Itulah yang akan menyenangkan hati-Nya, membuat-Nya bersuka-cita, tidak berduka
dan bangga kepada kita.
7. Spiritualitas “tanpa susah payah”
Hyper-grace: Ada alasan mengapa Injil pertama kali disebut ‘kabar baik’. Injil adalah pesan penuh sukacita tentang perdamaian dengan Tuhan tanpa perlu kita upayakan. Saat seseorang menerima kasih karunia dan diselamatkan Tuhan adalah saat dimana orang tersebut memasuki kehidupan yang bahagia, penuh sukacita dan tanpa dosa. Satu-satunya pekerjaan yang perlu kita lakukan adalah percaya... Cukuplah berserah dengan apa yang TELAH diperbuat-Nya. Berserah kepada kesatuan yang ajaib di dalam Kristus, maka kita akan mampu melihat perubahan disetiap aspek kehidupan kita tanpa bersusah payah. Jangan mencoba menjadi rohani atau kudus, Yesus telah menggenapi dan membayar harganya. Ia yang memulai maka Ia juga yang akan menyelesaikan. Yang perlu orang percaya lakukan adalah menerimanya. Tidak ada yang bisa ditambahkan kepada apa yang telah diperbuat-Nya. Jangan menjadi seorang yang legalis.
Penjelasan:
Jika benar bahwa Injil adalah berita ‘kabar baik’ yang olehnya orang percaya
tidak perlu lagi bersusah payah melakukannya lalu mengapa Tuhan memanggil kita
untuk berusaha dan berjuang, bahkan Flp 2:12 berkata: “...karena itu tetaplah
kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar,...” atau ayat 16-nya
yang berkata: “Sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah
pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma
bersusah-susah.” Ini membuktikan bahwa kasih karunia memang diberikan
dengan cuma-cuma, namun untuk mencapai garis akhir didalam Kristus umat percaya
akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya (Luk 13:24). Berlari kepada-Nya
membutuhkan upaya, dan bukankah juga sering ada rintangan yang harus kita atasi
saat kita berlari? Tuhan datang membawa kelepasan, tapi Ia tidak berjanji bahwa
hidup ini akan selalu mudah dan indah. Kita bukanlah anak-anak gampangan! (Ibr
12:8).
Pengajaran tentang spiritualitas “tanpa susah payah” sangatlah berbahaya dan
menjerumuskan. Ini akan menghasilkan spiritualitas yang tak berfokus, tidak
disiplin, pemalas, tidak kudus dan menolak beban-Nya yang hendak ditanggugkan
kepada orang-orang percaya untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya di akhir jaman.
Dengan menerima kasih karunia Tuhan kita memang telah dikuduskan, namun kita
harus ingat bahwa kita masih hidup di dalam tubuh daging harus terus disalibkan
dengan disiplin dan pertarungan yang tak henti-hentinya (Luk 9:23;14:27,33).
Rasul Paulus – Rasul yang paling diagung-agungkan oleh para pengajar Hyper-grace–
berkata:
“Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus
Yesus.” (II Kor 2:3). Perjalanan kekristenan
ternyata membutuh-kan upaya! Bagaimana mungkin ada orang yang percaya akan
spiritualitas tanpa susah payah? Ini adalah konsep Firman Tuhan yang palsu dan
berlebihan. Didalam “pembenaran”, perbuatan manusia sama sekali tidak mempunyai
tempat, yang dibutuhkan hanyalah iman kepada Kristus. Tetapi didalam
“pengudusan”, perbuatan kita sangat penting dan Tuhan meminta kita untuk
berjuang, berjaga-jaga dan berdoa, berupaya, sesekali mengalami “rasa sakit”,
dan menjadi rekan sekerja-Nya.
Bangkitnya kembali ajaran Marsion
Marsion dari kota Sinope (85-160 M.) adalah seorang pemimpin gereja mula-mula di kota Sinope, yaitu sebuah kota yang sekarang berada di negara Turki. Salah satu pemikirannya yang banyak memicu perdebatan adalah pemisahan radikal antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Teologi yang diajarkannya menganggap Allah dalam kitab-kitab orang Ibrani (Perjanjian Lama) lebih rendah tingkatannya daripada Allah dalam kitab Injil (Perjanjian Baru). Oleh karenanya Marsion menolak Hukum Taurat, Perjanjian Lama, dan sebagian ayat dari Perjanjian Baru dan keempat Injil yang berdasarkan atau mengutip dari Hukum Taurat.
Hyper-grace: Dari pemikiran-pemikiran para guru-guru hyper-grace, ada kemiripan dengan apa yang Marsion ajarkan. Para guru-guru hyper-grace berpendapat bahwa: Adalah perlu adanya pemisahan antara Hukum Taurat dan Injil, murka dan kasih karunia, perbuatan dan iman, daging dan roh, dosa dan kebenaran, kematian dan hidup, begitu juga Tuhan Perjanjian Lama dan Tuhan Perjanjian Baru. Di dalam Yesus, kita tidak lagi berada di bawah Hukum Taurat, tetapi dibawah kasih karunia (Rom 6:14), itu berarti kita tidak berada di bawah penghukuman Hukum Taurat (Rom 8:1-2), tidak berada di bawah Hukum Taurat sebagai penuntun (Gal 3:23-25), dan tidak lagi dibawah Hukum Taurat sebagai suatu sistem pembenaran (Gal 3:3:23-25). Kasih karunia melakukan apa yang Hukum Taurat tidak bisa lakukan (Rom 8:3-4). Mereka yang memegang Hukum Taurat adalah seorang legalis dan hidup diluar kasih karunia dan memposisikan diri kita berada dibawah kutuk (Gal 3:10). Tidak ada orang yang dibenarkan karena melakukan Hukum Taurat, melainkan karena iman.
Penjelasan: Saudara, kita tidak boleh memisahkan antara Perjanjian Lama (yang didalamnya terdapat Hukum Taurat dengan Perjanjian Baru (yang juga banyak mengandung kutipan Perjanjian Lama dan Hukum Taurat). Perjanjian Lama (PL) ditulis oleh nabi-nabi oleh ilham Tuhan sendiri, demikian juga Perjanjian Baru (PB). Baik PL dan PB, kedua-duanya saling melengkapi. PL memang sudah digenapi oleh PB, namun bukan berarti kita bisa menghilangkan PL, sebab PL terkandung pelajaran, sejarah, penelitian tentang banyak tokoh, janji-janji profetik, nubuat, gambaran profetik tentang keselamatan, hikmat, dari kitab Amsal, beberapa Mazmur dan Hukum Taurat yang olehnya kita mengerti betapa kita sangat memerlukan kasih karunia Tuhan. Tentu kita tidak mau kehilangan harta berharga yang telah diberikan Tuhan kepada kita yang terkandung di dalam PL bukan? PL adalah PB yang tersembunyi; sedangkan PB adalah PL yang disingkapkan. PB adalah penggenapan dari PL, dan PL adalah penuntun hingga kita mendapatkan PB.
Jika diperhadapkan dengan kasih karunia Kristus, Hukum Taurat memang sudah tidak berlaku lagi. Tapi dari mana orang percaya bisa mengerti betapa besar dan lebarnya kasih karunia Tuhan? Dari Hukum Taurat tentunya. Dari mana kita tahu bahwa Kristus adalah pengenapan dari kasih Allah? Dari kisah-kisah janji keselamatan Allah di PL tentunya. Itulah sebabnya mengapa perkataan Kristus banyak mengutip dari Perjanjian Lama dan Hukum Taurat seperti:
“Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa,
tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku.” (Yoh 5:47)
Mengapa perkataan Kristus mengutip dari Kitab Taurat Musa? Karena di dalam
Hukum Taurat tersebut ada janji tentang Kristus. Ini membuktikan PL dan PB
tidak boleh dipisahkan, mereka saling memperlengkapi. Tapi hal ini juga tidak
mengubahkan kepercayaan guru-guru hyper-grace, mereka berpendapat bahwa
penggabungan antara Perjanjian Baru dan Lama telah menimbulkan kebingungan di
kalangan orang percaya di seluruh dunia. Banyak tulisan di dalam Alkitab
SEBELUM Kristus disalibkan menggambarkan Allah itu sebagai pribadi yang kejam,
kasar menghancurkan dan menghukum mereka yang tidak mentaati standar-standar
moral dari 10 perintah Allah dan hukum-hukum lainnya. Oleh sebabnya para
pengajaran Hyper-grace tidak memegang ayat-ayat Alkitab ataupun firman Tuhan
yang ditulis SEBELUM Kristus disalib, termasuk tidak memegang Doa Bapa Bami,
sebab itu diucapkan Kristus sebelum Ia disalib, itu bukan pesan Kasih karunia!
Semua perkataan sebelum Kristus disalib adalah ditujukan bagi orang Yahudi,
bukan untuk orang percaya. Sungguh keputusan yang sembrono bukan? mengabaikan
perkataan Kristus baik dalam praktik maupun secara teologis.
Kita perlu ingat bahwa satu-satunya Alkitab yang dipakai para pengikut pertama Yesus adalah apa yang sekarang kita sebut Perjanjian Lama. PL adalah Firman Tuhan untuk mereka, sebab PB belum ada waktu itu bahkan belum ditulis, jadi PL-lah pegangan mereka setelah mereka menerima kasih karunia Kristus. Itulah Kitab Suci yang gereja mula-mula miliki, yang mereka kasihi, yang mereka baca saat pertemuan-pertemuan ibadah, dan tidak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa itu adalah kitab yang telah digenapi dan tidak perlu lagi mereka baca.
Perhatikan fakta berikut ini: Halaman-halaman PB dipenuhi dengan kutipan-kutipan dari kitab-kitab orang Ibrani (PL). Dua per tiga ayat-ayat di PB memuat kutipan kiasan umum dari PL. Lebih dari sepuluh persen PB memuat kutipan kiasan langsung dari PL. Dari sekitar 404 ayat dari kitab Wahyu, 331 ayatnya berasal dari gambaran kitab-kitab orang Ibrani (PL). Semua ini menunjukkan betapa dalamnya kitab-kitab orang Ibrani (PL) terjalin dalam Kitab Suci Perjanjian yang Baru.
Kita perlu ingat bahwa satu-satunya Alkitab yang dipakai para pengikut pertama Yesus adalah apa yang sekarang kita sebut Perjanjian Lama. PL adalah Firman Tuhan untuk mereka, sebab PB belum ada waktu itu bahkan belum ditulis, jadi PL-lah pegangan mereka setelah mereka menerima kasih karunia Kristus. Itulah Kitab Suci yang gereja mula-mula miliki, yang mereka kasihi, yang mereka baca saat pertemuan-pertemuan ibadah, dan tidak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa itu adalah kitab yang telah digenapi dan tidak perlu lagi mereka baca.
Perhatikan fakta berikut ini: Halaman-halaman PB dipenuhi dengan kutipan-kutipan dari kitab-kitab orang Ibrani (PL). Dua per tiga ayat-ayat di PB memuat kutipan kiasan umum dari PL. Lebih dari sepuluh persen PB memuat kutipan kiasan langsung dari PL. Dari sekitar 404 ayat dari kitab Wahyu, 331 ayatnya berasal dari gambaran kitab-kitab orang Ibrani (PL). Semua ini menunjukkan betapa dalamnya kitab-kitab orang Ibrani (PL) terjalin dalam Kitab Suci Perjanjian yang Baru.
Bagaimana bisa
orang percaya ingin mengabaikan perkataan Tuhan sendiri? Bukankah menyangkal
Firman-Nya adalah merupakan suatu bentuk penyangkalan terhadap Dia. Sungguh
betapa menyedihkan ada sekelompok orang yang dengan sengaja berani mengurangi
dan menterjemahkan ulang Alkitab secara radikal demi mendukung doktrin
tertentu, namun diatas fondasi yang keliru dan berlebihan seperti pengajaran hyper-grace
dibangun. Menghilangkan hukum Taurat dan Perjanjian Lama akan menghaburkan
kasih karunia itu sendiri, sebab melalui Taurat-lah kita menyadari kesalahan
dan menunjukkan bahwa kita sangat membutuhkan seorang Juruselamat.
Pengajaran yang menjerumuskan
Pengajaran hyper-grace sungguh menjerumuskan dan meninabobokan umat percaya. Para pengajar Hyper-grace melihat segala sesuatu harus dalam konteks kasih karunia. Mereka begitu cerdik memilih-milih Firman Tuhan untuk menenangkan perasaan bersalah yang mungkin timbul akibat dari ketidak mampuan untuk melakukan Firman Tuhan dan kekudusan. Saat mereka diperhadapkan dengan ayat-ayat tentang pikul salib, menjaga kekudusan, kutuk, penghakiman atau neraka, mereka akan dengan mudah mengatakan bahwa “Itu tidak berlaku untuk saya! Saya ada di bawah kasih karunia.”
Ketika pengajaran Yesus mengatakan bahwa “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Mat 5:28) maka mereka akan memberikan tanggapan, “Itu khotbah tentang Hukum Taurat, bukan kasih karunia. Itu hanya untuk orang-orang Yahudi zaman itu dulu. Saya sudah bebas dari dosa”
Ketika mereka ditunjukkan tentang
ayat-ayat yang berhubungan dengan neraka dan penghukuman, maka mereka akan
berkata “Terima kasih Tuhan saya tidak berada di bawah hukum Taurat dimana
Allah begitu kejam, tapi saya berada di bawah kasih karunia dimana Allah begitu
mengasihi kita, dengan kasih karunia-Nya”
Dan begitu seterusnya, sangat
memprihatinkan bukan? Mereka hanya mempercayai perkataan Yesus yang diucapkan
setelah penyaliban saja. Mengapa mereka menolak banyak perkataan Yesus? Karena
kebetulan ayat-ayat tersebut tidak cocok dengan teologi mereka.
Perumpamaan-perumpamaan yang diberikan-Nya menuntut pertanggungjawaban dan
perkataan-Nya menuntut pemuridan yang tidak cocok dengan doktrin yang
mengatakan bahwa “Allah sama sekali tidak meminta apa pun dari Anda.” Tetapi
ini hanya suatu indikasi dari seberapa jauh orang percaya telah salah memahami
kasih karunia dan salah menafsirkan karya salib. Mereka hanya ingin yang “enak”
dari Firman Tuhan dan mengabaikan segala yang “tidak enak” demi ketenangan
batin. Sehingga genaplah seperti apa yang tertulis di Alkitab jauh sebelum kita
ada:
“Karena akan datang
waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan
mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan
telinganya.” (II Tim 4:3)
Tidak diragukan lagi bahwa pengajaran hyper-grace sangatlah menyesatkan.
Guru-guru hyper-grace telah menyampaikan pesan yang telah bercampur
dengan banyak pernyataan mereka sendiri yang muncul akibat dari kebutuhan rasa
aman mereka yang tidak mau hidup kudus, tidak mau mengakui dosa, tidak mau
mengampuni dan tidak mau “memikul salib.” Kekristenan hyper-grace adalah
kekristenan yang menjalani kehidupan dunia dengan bebas namun mengharapkan
kehidupan surga mulia di masa depan. Sekalipun Joseph Prince berkata: “Beberapa
orang berfikir bahwa kasih karunia akan mengkompromikan kekudusan Tuhan. Sama
sekali tidak! Standar yang ditetapkan oleh kasih karunia jauh lebih tinggi
daripada standar hukum Musa.” Tapi pengajaran kasih karunia yang menekankan
bahwa “dosa masa depan orang percaya sudah diampuni; kita tidak perlu lagi
mengakui dosa kita kepada Tuhan; dan Roh Kudus tidak akan pernah menuduh kita
akan dosa” sangatlah berbahaya! Ini adalah pengajaran “tidak sehat”, “gampang”,
dan “tidak butuh pengorbanan” yang menyalah-gunakan dan berlindung dibalik
kasih karunia Allah yang memang akan digandrungi oleh sebagian anggota gereja
Tuhan:
“Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalah-gunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.” (Yud 1:4)
“Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalah-gunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.” (Yud 1:4)
Sekalipun pengajaran hyper-grace selalu mengagung-agungkan tema kasih
karunia Allah terhadap manusia – sehingga disebut sebagai pengajaran “kasih
karunia modern” – namun sebenarnya pengajaran ini sangat menyimpang dari pesan
kasih karunia yang sesungguhnya seperti yang Allah ajarkan melalui Kitab Suci.
Bahkan Alkitab ternyata telah menubuatkan bahwa Gereja Tuhan memang akan
disusupi oleh orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum dengan
membawa pengajaran yang disebut Alkitab sebagai “menyalahgunakan kasih
karunia Allah” seperti hyper-grace. Untuk apa? Untuk melampiaskan
hawa nafsu dan rasa aman mereka dalam menutupi dosa selama hidup di dunia ini.
Mereka ingin hidup seperti orang dunia hidup – bebas, tanpa dibatasi oleh
aturan “kolot” yang mengikat dan menjadikan kita seperti orang aneh diantara
orang-orang tidak seiman – namun kelak memiliki jaminan hidup kekal bersama
Kristus di surga mulia. Para pengajar kasih karunia dan para pengikutnya
menyaksikan bahwa mereka telah mendapatkan suatu pemahaman baru tentang kasih
karunia yang mengubah hidup mereka dan mengisi mereka dengan sukacita, damai
sejahtera, dan pengharapan. Ini memang masuk akal, sebab mereka telah membuang
semua yang “tidak enak” dari ayat-ayat di Kitab Suci kita dan hanya mengambil
semua yang “enak” ditambah hanya dilihat dari kaca mata kasih karunia
Tuhan.
Dengan pesan kasih karunia yang telah
diselewengkan maka orang percaya akan:
- Aman mengabaikan panggilan-Nya untuk menyangkal diri dan memikul salib kita setiap hari.
- Aman mengabaikan-Nya ketika Ia mengatakan bahwa kita adalah garam dan terang dunia.
- Aman mengabaikan undangan-Nya untuk meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti-Nya.
- Aman mengabaikan segala peringatan di dalam perumpamaan yang diberikan-Nya, karena segala perumpamaan dikatakan-Nya sebelum Ia disalibkan.
- Aman mengabaikan pengajaran-Nya bahwa akan ada upah masa depan berdasarkan ketaatan kita, karena kasih karunia tidak mengenal hukum timbal balik, kita tidak menerima upah karena kita taat, semuanya telah diberikan Tuhan secara cuma-cuma berdasarkan kasih karunia.
- Aman mengabaikan standar kekudusan.
- Aman mengabaikan peringatan-Nya tentang keserakahan dan materialisme.
- Aman mengabaikan kata-kata-Nya yang mendesak tentang akhir zaman, penghakiman, neraka dan penghukuman masa depan. Sebab penghakiman bukan ditujukan bagi orang percaya, tetapi bagi dunia ini, orang percaya sudah benar dalam pandangan Allah.
- Aman mengabaikan perintah-perintah-Nya untuk mengampuni orang lain.
Biblical-Grace
Kita sudah cukup berpokus pada kasih karunia “overdosis” (hyper-grace), kini saatnya kita mengarahkan fokus pada kasih karunia yang sesuai dengan Alkitab (biblical-grace). Jangan berhenti mempercayai dan memberitakan pesan kasih karunia hanya karena pesan kasih karunia yang sejati telah dilebih-lebihkan dan diselewengkan. Kasih karunia Allah adalah anugerah terbesar yang oleh karenanya manusia diselamatkan. Itu sebabnya mengapa begitu penting agar kita berpegang pada kasih karunia yang akitabiah saja (biblical-grace), jangan dikurang-kurangi sehingga kita menjadi legalis, atau dilebih-lebihkan sehingga kita menjadi hyper-grace. Biblical-grace adalah kasih karunia Allah yang murni yang oleh karenanya manusia diselamatkan (Yoh 3:16), yang merupakan kebenaran yang mulia, dan penuh kuasa.
Dan sekarang, didalam Dia, kita memiliki segala pengampunan dosa melalui kasih
karunia Allah Bapa yang mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal sebagai korban
keselamatan melalui darah-Nya yang mahal untuk seluruh umat manusia yang mau
percaya kepada-Nya. Sekarang kita tidak perlu lagi mencari-cari korban
persembahan lain untuk dosa dan kesalahan kita. Ketika kita jatuh lagi, kita
perlu memandang kembali kepada salib, dan darah yang sudah menyelamatkan kita
akan menyegarkan kita kembali, sehingga kita bisa melangkah maju, dan terbebas
dari kutukan dan kesalahan, dan menjalani hidup yang menyenangkan Tuhan. Kita
adalah ciptaan baru yang telah mati bersama dosa dan hidup untuk Allah (Rom
6:6-12). Dan ketika Yesus naik ke sebelah kanan Bapa, Ia mengutus Roh
Kudus untuk tinggal di dalam kita, membimbing, mengingatkan kita akan
kesalahan, memimpin kita kepada kebenaran dan kehidupan yang saleh, bersekutu
dengan kita dalam persekutuan yang kudus dan memberdayakan kita untuk pelayanan
kudus. Ini adalah kasih karunia Allah yang lengkap dan menyeluruh. Kita akan
menerima seluruh janji Allah di dalan Yesus Kristus, asal kita bertekun dalam
iman, tetap teguh dan tidak tergoncang, dan tidak mau digeser dari pengharapan
Injil yang benar.
“Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya,
seperti yang telah kuberitakan kepadamu — kecuali kalau kamu telah
sia-sia saja menjadi percaya.” (I
Kor 15:2)
Amin, Tuhan Yesus memberkati (VS.)
>>YB<<
Sumber :
- Michael L. Brown, PhD; “Hyper-grace, Kasih Karunia Overdosis”
(2015); Nafiri Gabriel
- Michael L. Brown, PhD; “Hyper-grace, Kasih Karunia Overdosis”
(2015); Nafiri Gabriel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar