Kontradiksi Perjanjian Baru: Studi Sistematis-Teologis Mengenai ayat-ayat dalam Surat Paulus yang bertentangan dengan kitab Injil Sinoptik.
oleh: Yoal
Benyamin, M.Th
Abstrak
Terdapat banyak bagian dalam Perjanjian Baru yang bila
diselidiki bertentangan satu dengan yang lainnya. Terdapat banyak
bagian dari surat Paulus dan Injil yang sepertinya
bertentangan
ayat yang satu dengan ayat yang lainnya, selanjutnya menimbulkan kebingungan pada
pemikiran kita masing-masing. Kita tidak dapat menyangkal hal itu, bahwa kedua
bagian ini dapat membingungkan dan membuat silang pendapat yang tidak kunjung
usai. Tentunya apa yang disampaikan oleh Sinoptik dan surat-surat Paulus
disebut Kabar Baik yang diturunkan bagi orang-orang dalam masing-masing masa
tersebut. Kita harus dapat melihat bahwa pelayanan Paulus adalah berbeda dengan
pelayanan Injil Sinoptik. Paulus melayani semua bangsa dalam rentang Injil
anugerah Allah yang diberitakan bagi semua orang. Injil Sinoptik adalah pelayanan
kerajaan bagi Israel dengan focus berita Injil Kerajaan Allah. Injil anugerah
Allah yang diberitakan Paulus membentuk Tubuh Kristus, yang mana konsep ini hanya ada dalam tulisan Paulus, tidak
pada tulisan rasul lain dalam Perjanjian Baru. Kita percaya dalam Perjanjian
Baru ada dua garis besar kepemimpinan gereja yang berbeda satu dengan yang
lainnya, tidak bisa disamaratakan. Paulus adalah rasul untuk bangsa bukan
Yahudi, sedangkan Petrus adalah rasul untuk orang Yahudi. Sinoptik memupuk
harapan pada Kerajaan Mesianik sangat kuat. Semua pelayanan selalu mengarah
pada kerajaan. Sebagai contoh, perumpamaan selalu memiliki persfektif kerajaan
yang dibuktikan dengan pernyataan “hal Kerajaan Sorga adalah seumpama” pada
awal cerita perumpamaan.
Katakunci:
Kerajaan, perbedaan, Paulus, Sinoptik, Petrus, Yahudi
Abstract
There
are many parts of the New Testament which when investigated contradict one
another. There are many parts of Paul's letter and the Gospels which seem to
contradict one verse with another, then create confusion in each of our
thoughts. We cannot deny that, that these two parts can be confusing and make
crossing opinions that don't end. Certainly what the Synoptics and Paul's
letters say is called the Good News revealed to people in each of these
periods. We must be able to see that Paul's ministry is different from the
Synoptic Gospel ministry. Paul serves all nations in the range of the gospel of
God's grace that is preached to all people. The Synoptic Gospel is a royal
ministry for Israel with a focus on the message of the gospel of the Kingdom of
God. The gospel of God's grace which Paul preached formed the Body of Christ,
which this concept only exists in Paul's writings, not in the writings of other
apostles in the New Testament. We believe in the New Testament there are two
broad outlines of church leadership that are different from one another, cannot
be generalized. Paul is an apostle for the Gentiles, while Peter is an apostle
for the Jews. The Synoptics foster hope in the Messianic Kingdom is very
strong. All services always lead to the kingdom. For example, the parable
always has a royal perspective as evidenced by the statement "the kingdom
of heaven is like" at the beginning of the parable.
Keywords: Kingdom, difference,
Paul, Synoptic, Peter, Jewish
Pendahuluan
Bagian yang bertentangan ini cukup menarik dan
seringkali didiskusikan dalam kelas teologi yang saya bimbing. Menurut Tamarol
pertentangan ayat dalam Alkitab seperti ini dapat saja menjadi “alasan untuk
tidak percaya bahwa Alkitab adalah Firman Alah.”[1] Lebih lanjut Tamarol
mengatakan: “Pada umumnya orang berpendapat bahwa ayat-ayat Alkitab baik dalam
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru berisi banyak pertentangan. ‘Kalau
Alkitab adalah Firman Allah, mengapa di dalamnya terdapat banyak
petrtentangan?’ demikian pertanyaan mereka.”[2] Pemikiran demikian
menyebabkan banyak manusia skeptis melihat isi Alkitab. Sebenarnya tidak ada
alasan untuk menjadi bingung terhadap isi Alkitab jika seseorang percaya bahwa
Alkitab adalah Firman Allah dan dengan segenap kekuatan mempelajari Firman.
Terdapat banyak bagian dari surat Paulus
dan Injil yang sepertinya bertentangan
ayat yang satu dengan ayat yang lainnya, selanjutnya menimbulkan kebingungan pada
pemikiran kita masing-masing. Sebagai contoh ayat dalam Efesus 2:15: “Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia
telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk
menciptakan keduanya menjadi manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu
mengadakan damai sejahtera,” yang tentunya
kontras dengan Matius 5:18: “Sesungguhnya
selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota pun tidak akan ditiadakan
dari hukum Tuarat, sebelum semuanya terjadi.” Pada bagian Efesus 2:15,
Hukum Taurat dinyatakan tidak berlaku, namun pada Matius 5:18, menyatakan Hukum
Taurat tidak boleh ditiadakan. Jika demikian terdapat pertentangan kuat antara
penulis Matius dengan rasul Paulus. Mungkin
kita berpikir dua-duanya benar dan dua-duanya dapat dipraktekkan. Tetapi agak
sulit mempraktekkan dua hal yang bertolak belakang sekaligus dalam kehidupan
beriman. Pasti salah satunya dapat merupakan salah satu acuan penerapan dan
salah satunya lagi tidak.
Berbagai Kasus Pertentangan
Selain itu tentang baptis membaptis juga bertentangan
dalam Injil Sinoptik dan tulisan Paulus (pokok Baptisan akan dibahas dalam
topik khusus). Dalam Matius 28:19 dikatakan Kristus mengutus murid-murid “untuk
membaptis”, tetapi Paulus dalam 1Korintus 1:17 mengatakan sebaliknya “Kristus
mengutus aku bukan untuk membaptis”. Sekalipun ada orang yang mengatakan itu
adalah konteks di Korintus, namun pernyataan tersebut tidak dapat diabaikan
sebagai pernyataan teologis dari seorang rasul yang harus diselidiki
kebenarannya. Terdapat perbedaan yang tajam dalam bagian ini yang perlu
penjabaran dengan teliti dan akurat. Pertanyaan diskusinya akan mengerucut pada
boleh membaptis atau tidak serta relevan atau tidak tindakan memasukan orang ke
dalam air? Apakah baptisan air berhubungan dengan keselamatan? Kemudian, apa
implikasi teologis dan praktisnya bila kegiatan membaptis tersebut dilakukan
atau tidak dilakukan dalam gereja masa kini? Masalahnya ialah kebingungan akan
terus muncul dalam melihat bagian yang bertentangan ini. Cornelius Stam mengatakan:
“penyebab dasar kebingungan yang berlaku dalam pengolahan doktrin gereja adalah
kegagalan untuk mengenali kekhasan pesan
Paulus yang berbeda dengan pelayanan dari dua belas rasul.”[3] Pesan Paulus berisi pokok
misteri Allah yang dinyatakan kepadanya, sedangkan sinoptik adalah pokok
prophetic kepada Israel secara khusus. Banyak orang Kristen mengenal Paulus
sebagai hamba Tuhan yang berprestasi dan dikenal baik, namun mereka tidak
memahami pernyataan rahasia yang Paulus terima bagi dispensasi Anugerah ini.
Pada intinya terdapat perbedaan antara pemikiran
Sinoptik dan rasul Paulus. Kita tidak dapat menyangkal hal itu, bahwa kedua
bagian ini dapat membingungkan dan membuat silang pendapat yang tidak kunjung
usai. Ada beberapa alasan mengapa tulisan Paulus dan Sinoptik berbeda:
a.
Kabar baik yang memang
berbeda. Tentunya apa yang disampaikan oleh Sinoptik dan surat-surat Paulus
disebut Kabar Baik yang diturunkan bagi orang-orang dalam masing-masing masa
tersebut. Kita harus dapat melihat bahwa pelayanan Paulus adalah berbeda dengan
pelayanan Injil Sinoptik. Paulus melayani semua bangsa dalam rentang Injil
anugerah Allah yang diberitakan bagi semua orang. Injil Sinoptik adalah pelayanan
kerajaan bagi Israel dengan focus berita Injil Kerajaan Allah. Dapat ditegaskan
bahwa “Injil masa kini semestinya bukanlah Injil Kerajaan, karena memang bukan
untuk pembangunan Kerajaan, tetapi untuk pembentukan gereja Tubuh Kristus.
Injil masa kini bukan didasarkan pada perjanjian-perjanjian yang dibuat dengan
bangsa Israel, seperti dinyatakan dalam Injil Kerajaan. Injil masa kini adalah
Injil Anugerah Allah, karena merupakan penyediaan anugerah Allah bagi umat
manusia yang tanpa harapan.”[4] Tidak seorang pun pada
masa kini yang dapat memberitakan Injil tanpa memahami kematian dan kebangkitan
Kristus, karena menurut Paulus, itulah Injil Anugerah Allah masa kini
(1Kor.15:1-4). Injil ini memuat berita kematian dan kebangkitan Kristus bagi
dosa-dosa kita dan kebangkitan-Nya adalah untuk pembenaran kita (Roma 4:25).
Dalam pemberitaan injil awal dalam Kisah Para Rasul, Petrus dan kawan-kawan
memberi penawaran kembali Kerajaan kepada bangsa Israel yang berujung pada
penolakan Israel. Berita yang dibawa Petrus ialah: Kristus akan datang kembali
untuk kamu (menjadi Raja bagi Israel), sehingga Israel disarankan menerima
pemberitaan mereka kemudian janji kerajaan itu pasti digenapi bagi mereka
(Kis.3:19,20). Ini didasarkan pemikiran Yudaisme Petrus bahwa misi Yesus untuk
mendirikan kerajaan Israel pasti terjadi, dan itulah yang mereka harapkan dalam
gerakan mereka. Galatia 2:7 mengatakan: “kepadaku
telah dipercayakan pemberitaan Injil untuk orang-orang tak bersunat, sama
seperti kepada Petrus untuk orang-orang bersunat.” Ini menentukan konten
berita yang harus masing-masing, baik Petrus maupun Paulus, bawa mengingat
tugas mereka yang berbeda. Dalam hal ini “Paulus menyatakan bahwa injil untuk
orang tak bersunat dipercayakan kepadaku, sehingga Tuhan menuntun Paulus kepada
bangsa-bangsa kafir dengan berita anugerah Allah (Gal. 2:7).”[5] Sudah jelas rasul-rasul
lain yang ada dalam Sinoptik sangat menekankan berita sunat dan penegakan hukum
Taurat yang terbukti dalam Kisah Para Rasul 15, di mana mereka bersikukuh
menegakkan unsur-unsur Taurat dalam setiap jemaat, kemudian dibuatkan surat
edaran tertulis. Isi berita dalam pemberitaan inilah yang membedakan dalam
Sinoptik dan surat-surat Paulus. Penulis Sinoptik menerima wahyu untuk
menuliskan kitab berisi peristiwa historis, tetapi Paulus menerima wahyu untuk
menuliskan pokok-pokok pengajaran yang relevan bagi gereja, dan ditetapkan oleh
Allah sebagai penyelenggara berita Injil
Kasih Karunia Allah. Dengan memperhatikan penyataan rahasia dalam Efesus 3,
Paulus menegaskan hal itu hanya dinyatakan kepadanya, tidak kepada orang-orang
sebelum dia. Benarlah yang dikatakan Scofield: “dalam tulisan Paulus saja kita
menemukan pengajaran, kedudukan, cara hidup, dan masa depan gereja.”[6] Di luar itu gereja akan
terombang-ambing dalam pengajaran, terjebak tradisi, salah praktik dan
berpengharapan salah akan masa depan gereja. Banyak gereja secara kreatif
mengajarkan hal-hal yang “tak berguna” dalam kehidupan rohani.
b.
Kepemimpinan yang
berbeda. Injil anugerah Allah yang diberitakan Paulus membentuk Tubuh Kristus,
yang mana konsep ini hanya ada dalam
tulisan Paulus, tidak pada tulisan rasul lain dalam Perjanjian Baru. Kita percaya
dalam Perjanjian Baru ada dua garis besar kepemimpinan gereja yang berbeda satu
dengan yang lainnya, tidak bisa disamaratakan. Paulus adalah rasul untuk bangsa
bukan Yahudi, sedangkan Petrus adalah rasul untuk orang Yahudi (Gal.2:17).
Donal menulis: “Paulus
menggambarkan dirinya sebagai "rasul untuk bangsa-bangsa lain" dalam
Roma 11:13 dan Galatia 2:8 karena tugas
yang unik untuk memberitahu orang-orang kafir tentang Injil, kabar baik tentang
keselamatan, dan anugerah Allah bagi mereka sebagaimana Dia menerima mereka
pada kedudukan yang setara dengan Israel.”[7] Dalam kepemimpinan Paulus kita melihat gerakan misi
berkembang dan Injil diberitakan lebih luas ke seantero dunia. Kepemimpinan
Paulus atas pelayanan Injil Anugerah Allah membuka peluang bagi bangsa lain
setara dengan bangsa Yahudi dalam keselamatan melalui terang Injil Anugerah
Allah. Sedikitnya tiga kali perjalanan misi besar Paulus yang dimulai dari
Anthiokia menuju daratan Asia dan Eropa. Kepemimpinan rasul Paulus sangat
efektif dalam penyebaran Injil. Hal ini dapat dibuktikan dalam Kisah Para
Rasul, bahwa pekabaran Injil kepada non Yahudi belum signifikan dilakukan
sampai Saulus dipanggil Tuhan dan memberinya tugas pemberitaan kepada semua
bangsa (Kis.9:14,15). Kita tidak meniadakan peran rasul Petrus dan rasul-rasul
lain dalam jemaat mula-mula, namun disini kita hanya menuangkan fakta Alkitab
bahwa sampai Kisah Para Rasul 11:19 Injil diberitakan hanya di kalangan Yahudi
saja. Bahkan dalam pasal 11:26 mencatat
bahwa gerakan Injil di Yerusalem saat itu hanya dianggap sebagai sekte dari
kalangan Yahudi. Artinya tidak ada hal yang khusus yang membedakannya dengan
Yudaisme. Bahkan Calvin menganggap orang percaya disebut Kristen “karena
orang-orang percaya oleh kekuatan Raja mereka tegak tak terkalahkan, dan karena
mereka dilimpahi kekayaanNya yang rohaniah.”[8] Tampak bahwa dasar
penyebutan Kristen masih bertumpu pada alasan duniawi. Namun Jemaat di
Antiokhia disebut “Kristen” untuk pertama kalinya dalam kekristenan yang sudah
belasan tahun itu. Hal ini terjadi karena pelayanan orang percaya, tentu Paulus
di dalamnya, memiliki kekhususan yang berbeda dengan Yudaisme. Sekalipun
“Sebutan Kristen semula adalah ejekan,”[9] namun orang percaya
lama-kelamaan dapat menerima julukan itu menjadi sebutan bagi kumpulan orang
yang menjadi pengikut Krisus sampai sekarang. Selagi berpegang pada Sinoptik
dan sebelum Paulus dipanggil dalam tugas pelayanan, Petrus adalah punggawa dari
misi Sinoptik itu. Roma Katolik berkata: “Sebab
kita percaya, bahwa hanya kepada Dewan Para Rasul yang diketuai oleh Petruslah
Tuhan Yesus telah mempercayakan segala
harta Perjanjian Baru, untuk membentuk satu Tubuh kristus di dunia.”[10] Menurut saya ada sedikit
kekeliruan pemikiran disini yakni menetapkan Petrus sebagai rasul bagi kita
yang adalah bangsa non Yahudi. Selagi seseorang belum memahami kebenaran
misteri yang tersingkapkan dalam surat Palulus, memang, siapapun pasti berpikir
demikian. Namun Galatia 2:17 dengan jelas menegaskan kerasulan Petrus adalah
kerasulan bagi Yahudi, sedangkan kerasulan Paulus adalah bagi semua bangsa.
Oleh sebab itu apa yang dicatat dalam Sinoptik menjadi kebenaran bagi Yudaisme
saat itu, sekalipun tidak dapat menjadi kebenaran bagi dispensasi rahasia
sekarang ini.
c.
Berita Kerajaan
Mesianis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam misi Petrus. Sinoptik memupuk
harapan pada Kerajaan Mesianik sangat kuat. Semua pelayanan selalu mengarah
pada kerajaan. Sebagai contoh, perumpamaan selalu memiliki persfektif kerajaan
yang dibuktikan dengan pernyataan “hal Kerajaan Sorga adalah seumpama” pada
awal cerita perumpamaan (Mat.13:24,31,44,47). Juga dalam berita pendahuluan
pelayanan Yesus yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis dikatakan “Bertobatlah
sebab Kerajaan Sorga sudah dekat” (Mat.3:11) yang menunjuk kepada Sang Mesias
yang telah hadir di bumi yang kelak sebagai Raja. Dalam hal perintah
penginjilan jelas sekali bahwa Petrus dan kawan-kawan diutus hanya kepada
bangsa Israel saja, tidak kepada bangsa lain. Diperintahkan dalam Matius 10:5:
“Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang
Samaria.” Dalam kepemimpinan Petrus kaidah prioritas pemberitaan ini sangat
dijaga. Dan bangsa Israel tetap berada dalam posisi superior, bangsa lain
jangan berharap banyak dalam hal status ini. Dalam bagian awal buku ini,
penjelasan tentang kerajaan ini telah dibahas. Beberapa kalangan Kristen
memandang pengharapan Mesianis yang dimiliki Israel dalam Sinoptik adalah
keliru. Namun mereka juga lupa dua sifat kerajaan: Universal, Harafiah dan
Rohani. Sampai bagian awal isi berita penginjilan Petrus dan rasul lain masih
seputar pengharapan Kerajaan serta Hukum Taurat Yahudi.
d.
Sasaran yang berbeda.
Injil Sinoptik dikerjakan bagi dan bersama Israel. Hendaklah injil sinoptik
dipandang sebagai kitab historis yang kegunaannya untuk memahami peristiwa
historis, khususnya tentang datangnya Yesus Kristus, bukan sebagai landasan
bagi pokok keimanan kita masa kini. Kabar baik dalam Sinoptik menjanjikan
kelepasan nasional bangsa Israel dengan pembentukan kerajaan bagi Israel
(kerajaan Mesianik), namun Injil Anugerah yang diberitakan Paulus adalah untuk
segala bangsa tanpa pembedaan. Berita dalam Sinoptik sangat banyak berisi
tentang Israel dan masa depan mereka. Di atas telah dikemukakan tentang
pengutusan murid-murid hanya kepada bangsa Israel, dalam Matius 10. Karena focus
pada Israel inilah maka Petrus berteriak keras “Bertobatlah, agar Tuhan
mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus dan dari semula diuntukkan
bagimu sebagai Kistus (Kis.3:20) yang diurapi. Jelaslah bahwa sasaran Sinoptik
banyak tertuju pada kepentingan Israel sebagai pemegang supremasi kerajaan
Mesianis. Karena berhubungan dengan kepentingan Israel maka muatan berita harus
mengandung unsur Hukum Taurat dan adat Yahudi. Gereja global yang universal
“adalah manifestasi yang nyata dan fisik dari Kristus di dunia, sedang
melakukan pekerjaanNya, seperti seuah tubuh yang terdiri dari susunan yang
rumit dari bagian-bagian yang bermacam-macam serta masing-masing berlainan,
masing-masing menerima Kepala.”[11] Inilah sasaran
pemberitaan Paulus tentang keunikan gereja yang membedaknnya dengan Yudaisme.
Dalam pemberitaan rasul Paulus terlihat bahwa berita Injil Anugerah Allah
menyasar semua kalangan, suku, bangsa dan bahasa, selanjutnya mempersatukan
semuanya dalam satu tubuh, Tubuh Kristus (Ef.2). Karena sasaran inilah Paulus
berjuang dalam pelayanan misi penginjilannya, sampai mengalami penolakan dari
banyak kalangan, bahkan sampai mati. Banyak orang Yahudi yang tersinggung atas
berita Paulus, sehingga mendorong dia untuk secara tegas mengalihkan berita
Injil Anugerah Allah itu langsung kepada bangsa-bangsa lain, sebagaimana
dikatakan dalam Kisah Para Rasul 28:28 demikian: “Sebab itu kamu harus tahu, bahwa keselamatan yang dari Allah ini
disampaikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan mendengarnya.”
e.
Pengharapan yang
berbeda. Tidak banyak orang Kristen yang dapat melihat perbedaan harapan dari
Sinoptik dengan harapan dalam tulisan Paulus. Umumnya dipandang sama saja dan
dianggap sebagai berita yang berkesinambungan tanpa ada perbedaan pengharapan.
Yesus dalam pemberitaanNya dalam Sinoptik selalu menyampaikan maksud Tuhan
sehubungan dengan janji kepada nenek moyang Israel, yang mana janji pemulihan
suatu kerajaan bagi Israel. Oleh sebab itu injil yang disampaikan dalam Injil
Sinoptik adalah Injil Kerajaan, yakni tentang kabar baik Kerajaan. Tidak dapat
disangkal bahwa “dalam pemberitaanNya Yesus menekankan bahwa Allah sendiri yang
akan mendatangkan kerajaanNya. Semua orang harus tunduk dan mengikuti Dia.”[12] Inilah ciri khas suatu
kerajaan di mana semua pengikut harus tunduk dan mematuhi Raja yang memerintah
dalam kerajaan. Pengharapan kerajaan ini menjadi motivasi utama murid-murid
mengikuti Yesus dan menyertaiNya dalam pelayanan. Seperti dikatakan oleh
Charles, bahwa “kita menyadari bahwa Injil tersebut bukanlah Injil yang Allah
kehendaki kita beritakan kepada manusia tersesat sekarang ini.”[13] Pastilah jika menggunakan
penekanan ajaran Injil kerajaan yang disampaikan dalam injil sinoptik, berita
yang mereka sampaikan sangat berbeda dengan yang kita sampaikan sekarang ini,
karena tentu saja tidak ada seorangpun sekarang ini yang memberita-kan Injil
tanpa memberitakan kematian, penguburan dan kebangkitan Kristus, sebagaimana
maksud pemberitaan dalam Matius 10.
[1] Frans P. Tamarol, Ayat-Ayat Alkitab Saling Bertentangan
Benarkah?, (Jakarta: Yayasan Pelayanan Literatur Anugerah, 2005), hal. 9.
[3]C.R.Stam, Things That Differ, (Germantown: Berean
Literature Foundation, 1985), hal.9
[4]Charles, Dispensational Relationship, (Grand
Rapids: Grace Publication Inc, 1989), hal.57.
[7]S.Craig
MacDonald, Understanding Your Bible, (Michigan:
Grace Bible Publications, 1984). Hal.35.
[8]Yohanes Calvin,
Institutio Pengajaran Agama Kristen, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2000), hal. 119.
[9]A.F. Walls,
“Kristen” dalam Ensikloedia Alkitab Masa
Kini, jilid II, (Jakarta: YKBK, 2002), hal. 549.
[10]Artikel “Dekrit
tentang eukumenisme”, diambil dari http://www.imankatolik.or.id/ur.html,
diakses 4 Desember 2016.
[11]William W.
Menzies dan Stanley M. Horton, Dktrin
Alkitab, (Malang: Gandum Mas, 2003), hal. 161.
[12]R.Sudarmo, Kamus Istilah Teologi, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2002, Hal.43.
[13]Charles F.
Baker, Bible Truth, (Jakarta: Pustaka
Alkitab Anugerah, 2010), hal. 114.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar