PENGINJILAN DI PEDALAMAN KALIMANTAN BARAT


PENGINJILAN DI PEDALAMAN KALIMANTAN BARAT
Oleh: Ev. Ketty Sumarlina, S.Th , M.Pd.K


ABSTRAK
Penginjilan merupakan perintah Allah yang tertulis dalam kitab Matius 28:19-20 yang dikenal dengan Amanat Agung. Satu tugas untuk memberitakan kabar baik atau kabar keselamatan di dalam Yesus Kristus. Dilakukan dengan cara menyerukannya dan dapat juga dilakukan dengan mengajar seperti kepada seorang murid serta dengan bersaksi berdasarkan apa yang dialami oleh pemberita Injil tersebut. Penginjilan dikehendaki Allah sebagai tugas yang dilaksanakan secara bersama-sama dan terus-menerus ke segala tempat sampai Yesus datang kedua kali untuk menjemput umat-Nya. Kelalaian melaksanakan Tugas Agung tersebut berarti melanggar kehendak Tuhan atau pengingkaran terhadap anugerah yang telah diterima. Tugas penginjilan tidak dapat dibantah atau dilalaikan karena berita itu menyangkut keselamatan jiwa banyak orang yang dikasihi oleh Pemberi perintah dalam hal ini adalah Allah sendiri. Tetapi berbagai hambatan ditemui saat penginjilan dilakukakan pada suatu masyarakat dalam daerah tertentu. Para penginjil harus menemukan cara atau strategi yang efektif upaya Injil yang diberitakan dapat diterima oleh pendengar. Penginjilan yang dilakukan secara khusus oleh penginjil Indonesia di beberapa daerah terpencil di Kalimantan Barat harus menerapkan model penginjilan yang efektis untuk mengatasi berbagai hambatan dalam penyampaian Injil.
Kata kunci: penginjilan, model, hambatan dan solusi.

Abstract
Evangelism is God's command written in Matthew 28: 19-20 known as the Great Commission. One task is to preach the good news or the message of salvation in Jesus Christ. It is done by calling it and can also be done by teaching like to a student and by witnessing based on what the evangelist experienced. Evangelism is desired by God as a task carried out jointly and continuously in all places until Jesus came a second time to pick up His people. Failure to carry out the Great Duty means breaking God's will or denying the gift that has been received. The task of evangelism cannot be denied or neglected because the news concerns the salvation of the soul of many who are loved by the Giver of command in this case is God himself. But various obstacles are encountered when evangelism is carried out in a community in a certain area. The evangelists must find an effective way or strategy of the gospel effort that is reported to be acceptable to listeners. Evangelism carried out specifically by Indonesian evangelists in some remote areas of West Kalimantan must implement an effective evangelistic model to overcome various obstacles in the delivery of the gospel.
Keywords: evangelism, models, obstacles and solutions.


PENDAHULUAN
Tujuan keselamatan adalah untuk melayani Allah dan memberitakan keselamatan itu kepada orang lain. Saksi Kristus memiliki kewajiban menyampaikan Injil seperti yang tertulis dalam Matius 28:19-20. Penginjilan dikehendaki Allah sebagai tugas yang dilaksanakan secara bersama-sama dan terus-menerus sampai Yesus menggenapi janji-Nya yaitu akan datang kedua kali untuk menjemput umat-Nya. Kabar baik harus diberitakan ke penjuru dunia sebelum Yesus datang. Memberitakan Injil hendaknya dipahami sebagai tugas mulia yang sangat penting karena dalam aktivitasnya terkandung kuasa dan penyertaan Allah (Rom.1:16, 1Tes.1:5) dan mendatangkan kebahagiaan kepada orang yang mendengar injil dan pekabar Injil itu sendiri.
Di Kalimantan Barat secara khusus terjadi kemunduran dalam penginjilan. Untuk kota Pontianak gereja berjumlah 112 unit dengan jumlah jemaat 73.503 jiwa. Data statistik tahun 2016 menunjukkan jumlah penduduk Kal-Bar yang beragama Kristen adalah 611.145 jiwa dari 5.348.954 jiwa seluruh penduduk Kal-Bar. Keberadaan  anggota jemaat terjadi hanya karena kelahiran, pernikahan, perpindahan jemaat dari gereja lain karena latar belakang tertentu (jemaat transisi) dan karena motivasi untuk mendapatkan kemudahan penguburan ketika meninggal dunia mengingat biaya penguburan yang mahal. Pertumbuhan jemaat di kota juga terjadi karena adanya urbanisasi. Pemuda-pemudi melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi di kota dan menjadi anggota jemaat peralihan di gereja. Sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan jemaat terjadi bukan karena hasil dari penginjilan.

A.                Penginjilan
1.             Pengertian Penginjilan Secara Etimologis
Dalam Alkitab, kata “penginjilan” tidak ditemukan secara hurufiah. Pada hakikatnya kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu “evanggeliso” artinya:  “mengumumkan, memberitakan, atau membawa kabar baik, memproklamasikan Injil atau menjadi pembawa kabar baik”. Dalam konteks aslinya kata “evanggeliso” merupakan  satu istilah yang dipakai dalam kemiliteran Yunani. Kata ini berarti “upah yang diberikan kepada pembawa berita kemenangan dari medan tempur atau berita kemenangan itu sendiri”.  Kemudian orang Kristen menggunakan kata “evanggeliso” untuk menjelaskan “berita” tentang pengorbanan Yesus.  Kata evanggeliso bersinonim dengan kata kerysso. Kata ini pada mulanya adalah satu istilah yang dipakai untuk seorang utusan resmi (utusan itu disebut “Kerux”) yang menyampaikan pengumuman dari raja. Kata ini dalam bahasa Yunani memiliki arti mengumumkan sebagai seorang bentara, atau memproklamasikan kabar baik. Pengumuman tersebut pada hakikatnya sangat penting, sehingga tidak dapat dibantah atau ditunda.  
Kata lain dalam Perjanjian Baru yang berhubungan dengan penginjilan adalah didasko” artinya mengajar, atau mengajarkan. Tuhan Yesus sering menggunakan cara penginjilan ini, contohnya di dalam Matius 10: 7-15; 4: 23; 7: 28. Kata kedua yaitu: “martureo” artinya bersaksi, atau menyampaikan kesaksian berdasarkan apa yang dialami. Cara penginjilan ini dipakai oleh Para Rasul (Kis 2: 40).
Maka arti “penginjilan” secara etimologis adalah:  satu tugas untuk mengumumkan atau memberitakan kabar keselamatan di dalam Yesus Kristus. Dilakukan dengan cara menyerukannya dengan suara yang keras dan tegas, dapat dilakukan dengan mengajar seperti kepada seorang murid, dan juga dengan bersaksi berdasarkan apa yang dialami oleh pemberita Injil tersebut.

2.             Pengertian Penginjilan Secara Umum
Ada beberapa definisi penginjilan, antara lain:
1.                  Archbishops Committee (1918) mendefinisikan kata menginjili yaitu “Untuk menghadirkan Yesus Kristus dalam kuasa Roh Kudus, sehingga semua orang akan datang dan percaya kepada Tuhan melalui Yesus, menerima Dia sebagai juruselamatnya dan untuk melayani Dia sebagai raja dalam persekutuan gereja-Nya”.
2.                  J.I. Packer mendefinisikan penginjilan adalah pengkomunikasian yang dilakukan oleh orang kristen sebagai penyambung lidah Allah yang menyampaikan berita pengampunan Allah kepada orang berdosa.
3.                  The Department of Evangelism of the Presbyterian Church USA menyatakan: “Penginjilan adalah dengan gembira membagikan kabar baik tentang kedaulatan kasih Allah dan memanggil manusia untuk bertobat, untuk percaya secara pribadi pada Yesus sebagai juruselamat dan Allah, aktif dalam pelayanan di gereja dan untuk melayani di dunia dengan patuh.”

3.             Dasar Alkitabiah Penginjilan
Penginjilan memiliki dasar Alkitabiah yaitu Amanat Agung di dalam Matius 28:19-20. Penginjilan adalah tugas dan kewajiban bagi hamba Tuhan dan juga semua orang percaya. 
Faktor pendorong lainnya dalam melakukan penginjilan yaitu:
1.             Kehendak Allah. 1 Timotius 2: 3-4 mengungkapkan bahwa “Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” Keselamatan dan pengetahuan akan kebenaran bukanlah anugerah yang diperuntukkan bagi pribadi, suku atau kelompok tertentu tetapi bagi semua orang.
2.             Kasih kepada Kristus dan sesama. 2 Korintus 5: 14, 18-20 menyatakan bahwa “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya, dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus…” Motivasi penginjilan adalah kasih kepada Kristus yang telah mengorbankan diri-Nya di kayu salib. Kesadaran bahwa kita adalah manusia berdosa yang telah ditebus oleh-Nya diharapkan membawa kepada pemahaman bahwa orang lain juga perlu keselamatan.
3.             Ketaatan sebagai bukti kasih. Yohanes 14 : 21-23 menjelaskan bahwa, “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukan, dialah yang mengasihi Aku …….Jika seseorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu…”. Penginjilan merupakan perintah Allah kepada umat-Nya yang harus dilaksanakan, apa pun cara dan resikonya.
4.             Kerelaan. Roma 10:15 menjelaskan bahwa, ”Dan bagaimana mereka dapat memberitakanNya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik,”  Menjadi umat Allah berarti menjadi saluran bagi tersiarnya firman Tuhan. Kerelaan hati untuk memberitakan injil berdampak pada kebahagiaan melihat orang lain diselamatkan.
Diatas semuanya itu kasih Allahlah yang menggerakkan penginjilan dilaksanakan. Ungkapan syukur atas karunia keselamatan yang memenuhi hati, pikiran dan perasaan penginjil, menghantar untuk melaksanakan Amanat Agung dengan sukacita berkelimpahan (Efesus 3:7).

B.                Penginjilan di Pedalaman Kalimantan Barat
1.             Model Penginjilan di Daerah Pedalaman Kalimantan Barat
Penginjilan dapat dilakukan dengan berbagai macam model dan metode. Dalam penginjilan Allah menyertai dengan hikmat Allah sehingga akan muncul ide-ide dan talenta baru. Pengalaman-pengalaman dalam penginjilan juga menjadikan para pemberita injil menjadi lebih kreatif. 
Berdasarkan wawancara kepada tokoh penginjilan (yang dilakukan di pedalaman Kalimantan Barat mulai tahun 1967 sampai sekarang) dapat disimpulkan bahwa secara umum metode penginjilannya adalah sama. Beberapa metode penginjilan yang diterapkan yaitu:
1.      Mendoakan lokasi yang dituju
Sebelum melakukan penginjilan ke suatu daerah, terlebih dahulu mendoakan daerah-daerah yang akan dituju. Rencana ini juga disampaikan kepada jemaat/teman/kelompok doa untuk didoakan setiap hari. Hal tersebut dilakukan karena adanya peperangan rohani melawan roh-roh jahat yang menguasai daerah tersebut. Beberapa pengalaman yang dialami antara lain: tidak ditemuinya jalan menuju daerah tersebut, motor mogok di tengah hutan dan saat diperbaiki onderdil motor hilang, dsb. Pada prinsipnya mendoakan daerah yang akan diinjili merupakan paket penginjilan, artinya merupakan dasar yang tidak dapat dipisahkan dalam penginjilan. Untuk dapat memasuki suatu wilayah yang melakukan penyembahan berhala, seorang penginjil harus mendoakannya terlebih dahulu dan memerlukan dukungan doa dari warga gereja bahkan juga melakukan doa puasa.
2.      Menginjili pemimpin/tokoh/ketua adat
Masyarakat Dayak memiliki budaya hidup berkelompok dengan seorang pemimpin/kepala suku yang dianggap mampu melindungi anggota kelompok dari serangan kelompok lain dan mampu menyelesaikan masalah-masalah yang muncul dalam kelompok itu. Seorang pemimpin sangat dihormati dan keputusan-keputusannya dianggap baik serta mendatangkan berkat. Biasanya pemimpin memiliki kekuatan supranatural yang ditampilkan apabila terjadinya perang suku (perang suku pernah terjadi di Kalimantan Barat pada tahun 1976, 1983, 1997, dan 1998). Seorang pemimpin memegang peranan penting bagi Suku Dayak. Penginjilan di pedalaman mengarahkan sasarannya kepada pemimpin terlebih dahulu, baru kemudian kepada anggota kelompoknya.
3.           Pemberitaan singkat/sederhana dengan alat peraga
Sebagian besar masyarakat di pedalaman tidak bersekolah sehingga tidak mengerti bahasa Indonesia bahkan tidak bisa membaca dan menulis. Faktor lain yang mempengaruhi masyarakat pada waktu itu yaitu kurangnya memahami bahasa Indonesia karena bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Dayak.
Penggunaan bahasa yang sederhana disertai alat peraga akan mempermudah penyampaian pesan dalam Injil. Contoh bahasa sederhana dalam penginjilan “ayo percaya Yesus supaya selamat”, “Yesus sayang kamu”, “Yesus rela mati gantikan manusia berdosa”, dll. Alat peraga yang digunakan, misalnya gambar Yesus, gambar salib, gambar hati yang putih, dll.

2.             Faktor-faktor Penghambat Penginjilan di Pedalaman Kalimantan Barat
Penginjilan adalah memberitakan kabar keselamatan kepada semua orang tanpa terkecuali. Injil harus diberitakan di lingkungan keluarga terlebih dahulu, kemudian kepada lingkungan yang lebih luas lagi. Pekerjaan penginjilan bukanlah pekerjaan yang mudah terutama di pedalaman Kalimantan Barat. 
Beberapa faktor yang menghambat penginjilan di pedalaman Kalimantan Barat antara lain:
1.      Faktor alam/transportasi. Kalimantan Barat terdiri dari darat, laut, gunung, lembah, dan ngarai dengan hutan yang cukup luas. Kalimantan Barat melingkupi daerah yang sangat luas (satu setengah pulau Jawa) dengan 12 Kabupaten yaitu: Pontianak, Sambas, Bengkayang, Landak, Sanggau, Sekadau, Sintang, Nanga Pinoh, Kapuas Hulu, Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya. Kabupaten terjauh yaitu Kabupaten Kapuas Hulu yang dapat ditempuh melalui jalan darat selama + 18 jam dan melalui jalur udara dengan jadwal penerbangan 1 minggu sekali yang dilayani oleh pesawat berpenumpang 16 orang dengan waktu ­+ 1,5 jam.
Namun di tahun 1967 jalur transportasi dari kabupaten ke kecamatan, desa dan dusun masih banyak yang rusak dan bahkan belum ada jalan (hanya jalan setapak). Jembatan-jembatan di beberapa desa terbuat dari batang pohon dan belum ada jaringan listrik. Untuk mencapai desa tujuan ditempuh dengan berjalan kaki + 9 jam dari pinggir jalan kecamatan terdekat karena harus melintasi gunung dan lembah. Komunikasi juga sulit, beberapa dusun tidak ada jaringan telpon bahkan beberapa dusun hanya dapat dicapai dengan menginap terlebih dahulu di tengah hutan dan pagi hari perjalanan dilanjutkan kembali. Beberapa desa dan dusun tidak dapat dijangkau jika hujan beberapa hari karena akan terjadi banjir. Untuk daerah-daerah pinggir sungai dapat dicapai dengan motor air jika air pasang tetapi jika air sungai surut desa tidak dapat dijangkau karena debet air yang turun dan tidak dapat dilewati motor air. Hal ini tentu saja menjadi penghambat penginjilan. Penginjil memerlukan pemandu jalan untuk menunjukkan arah ke desa tersebut. 
2.      Hasil penginjilan lambat bertumbuh. Berdasarkan observasi di lapangan, faktor-faktor yang menghambat petobat baru bertumbuh antara lain:
2.1.                 Faktor pendidikan. Masyarakat pedalaman masih banyak yang buta huruf (terutama orang-orang yang sudah tua), mereka  berpendidikan sangat rendah bahkan tidak berpendidikan sama sekali. Sekarang ini sudah banyak warga desa yang bersekolah walaupun tamat SMP atau SMA bahkan perguruan tinggi.  Satu Sekolah dasar (SD) diperuntukkan bagi satu desa dengan beberapa dusun. Biasanya sekolah didirikan di lokasi yang strategis agar mudah dijangkau. Ada anak-anak SD yang harus melewati hutan dan sungai untuk bersekolah. Untuk daerah pinggir sungai, anak-anak ke sekolah dengan menggunakan motor air. SMP dan SMA hanya ada di kecamatan sehingga sulit dijangkau oleh siswa. Beberapa orang tua mendirikan pondok-pondok di dekat sekolah agar anaknya bisa sekolah. Siswa-siswi yang memiliki motivasi tinggi untuk sekolah biasanya akan menyelesaikan SMP dan SMA, tetapi banyak juga dari mereka akhirnya berhenti sekolah. Banyak juga dari siswa-siswi tersebut yang dititipkan oleh orang tuanya kepada keluarga atau menjadi pembantu rumah tangga. Akses untuk mendapatkan pengetahuan di luar sekolah juga minim. Ketiadaan jaringan listrik, perpustakaan, orang tua yang tidak sekolah mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar mereka. Gambaran pendidikan di daerah pedalaman di atas tentu memberikan pengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia masyarakat pedalaman dan mempengaruhi penginjilan yang dilakukan.
2.2.                 Faktor ekonomi. Pada umumnya masyarakat pedalaman bekerja sebagai petani karet, sawit (masuk oleh Perusahaan Nasional Perkebunan XII + tahun 1978) dan padi. Penghasilan masyarakat ditentukan oleh cuaca, jika musim hujan mereka tidak bisa menoreh karena getah karet terlalu cair dan hasil panen sawit membusuk karena tidak dapat diangkut ke pabrik mengingat jalan yang rusak. Harga kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari di daerah pedalaman sangat tinggi. Hal ini disebabkan transportasi yang jauh dan sulit dari kota/kabupaten.
2.3.                 Faktor kepercayaan/animisme. Kepercayaan masyarakat Dayak pada umumnya berasal dari penyembahan berhala/animisme. Saat sakit masyarakat akan berobat ke dukun karena kurangnya perawat, bidan apalagi dokter di desa. Kadangkala ada puskesmas di desa tetapi perawatnya tidak ada. Jikalau ada mantri yang datang berkunjung dari kecamatan biaya berobat akan sangat mahal. Jika penginjil kembali ke kota, tidak ada yang membina dan mengajar penduduk desa. Terkadang pengembalaan diserahkan kepada orang yang dituakan/tokoh adat yang dianggap dewasa rohaninya walaupun terkadang mereka belum paham benar tentang Alkitab dan pada akhirnya jemaat sulit bertumbuh dalam Tuhan.
2.4.                 Faktor dana/biaya. Penginjilan di daerah pedalaman membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sebagai perbandingan, saat ini biaya pesawat dari ibu kota propinsi (Pontianak) ke Sintang Rp. 750.000, sedangkan ke Jakarta Rp. 500.000. Untuk mendukung biaya penginjilan gereja menyiapkan sebuah kotak yang bernama dana misi. Kekurangan dana penginjilan terkadang membuat penginjil kurang bersemangat atau kurang giat menginjil.

3.             Solusi Bagi Efektivitas Model Penginjilan di Pedalaman Kalimantan Barat
Penginjil perlu memiliki motivasi kasih. Memandang seseorang sebagai pribadi yang membutuhkan pertolongan, bimbingan, arahan dan kasih untuk datang kepada Tuhan. Manusia yang telah percaya kepada Allah hendaknya digembalakan dengan sungguh-sungguh agar memiliki perbuatan yang menyenangkan hati Allah, termasuk timbulnya kesadaran untuk melaksanakan ibadah dan perintahNya.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang ada, beberapa solusi yang ditempuh yaitu memiliki program yang disusun secara baik dan cermat, baik program jangka pendek, program menengah dan program jangka panjang. Program tersebut yaitu:
1.      Program jangka pendek
a.       Doa khusus. Cara klasik yang sudah ditempuh para tokoh gereja dan berlaku berabad-abad yaitu doa. Doa khusus dilakukan dengan mengajak teman/anggota jemaat membentuk team doa penginjilan. Team doa mengadakan pertemuan doa satu minggu satu kali. Team doa mendoakan secara khusus hal-hal yang berkaitan dengan penginjilan.
b.      Melibatkan jemaat. Penginjilan di pedalaman tidak dapat dilaksanakan sendirian sehingga perlu melibatkan jemaat sebagai pendukung. Jemaat diajak untuk mengumpulkan dana penginjilan setiap minggu sesuai dengan kerelaan, mendoakan dalam doa keluarga dan diajak untuk pergi ke daerah penginjilan, dll.
2.      Program jangka menengah
a.       Kelas baca tulis. Orang-orang tua yang tidak bersekolah dibantu dengan membuka kelas baca tulis. Jemaat yang dapat membaca dan menulis diminta untuk mengajar membaca dan menulis. Alkitab merupakan materi pokoknya. Setelah diajar dan mengenal huruf, mereka langsung belajar membaca Alkitab. Kelas ini kemudian berkembang menjadi sekolah-sekolah.
b.      Pendalaman Alkitab. Seorang penginjil hendaknya membuka diri kepada kemungkinan menetap lebih lama di suatu daerah untuk mengadakan pemuridan. Beberapa jemaat yang dianggap mampu diajar mengenal, menafsir, menyelesaikan masalah-masalah sesuai firman Tuhan dan berkotbah sederhana. Hal ini dilakukan setiap hari selama 3 bulan dan diharapkan menjadi cikal bakal terbentuknya gereja.
c.       Membangun ekonomi bersama. Seorang penginjil dituntut memiliki penghasilan sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Hamba Tuhan biasanya bekerja sebagai guru agama (tenaga honorer) dengan penghasilan sekedarnya atau menyadap getah milik jemaat dengan hasil yang tidak tentu. Penghasilan tersebut belumlah memadai bagi keluarga hamba Tuhan. Kondisi jemaat yang bekerja pada hari minggu menjadi alasan utama kurangnya jemaat beribadah  di gereja.
3.      Program jangka panjang
a.       Mendirikan sekolah
Salah satu cara meningkatkan kualitas jemaat adalah dengan mendirikan sekolah, dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai perguruan tinggi. Sekolah negeri di pedalaman belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Daya tampung sekolah negeri juga masih kurang sehingga banyak anak-anak yang terancam putus sekolah. Sekolah Kristen juga merupakan sarana penginjilan karena memiliki kesempatan dan keluasan untuk memberitakan injil kepada siswa-siswi yang berasal dari kepercayaan lain.
b.      Mendirikan gereja
Jiwa-jiwa baru yang percaya kepada Kristus sangat memerlukan pembinaan dan tuntunan untuk hidup dalam kebenaran firman Tuhan. Penginjil tidak dapat meninggalkan petobat baru yang telah diinjili, terutama jika di daerah tersebut tidak ada gereja/hamba Tuhan yang mengembalakan. Maka merupakan kewajiban dan tanggung jawab penginjil untuk mengembalakan mereka, sehingga perlu dibangun sebuah gereja.
c.       Sertifikasi. Program ini bertujuan memberikan peningkatan kualitas bagi hamba-hamba Tuhan yang memulai penginjilan di desa. Hamba-hamba Tuhan yang merintis penginjilan di desa kebanyakan tidak melalui pendidikan Alkitab yang memadai. Untuk itu mereka perlu dibekali dan dilengkapi dengan pendidikan Alkitab setara dengan pendidikan yang ditempuh di sekolah tinggi Alkitab. Tetapi kebanyakan dari mereka juga tidak mengikuti pendidikan SMA oleh sebab itu dibuatlah program sertifikasi. Program ini adalah program pendidikan setara pendidikan tinggi teologi (S1) tetapi setelah lulus mereka mendapatkan ijazah berupa sertifikat. Mereka juga mendapatkan kemudahan seperti beasiswa dan juga layak untuk mengikuti wisuda yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan tinggi teologi.

KESIMPULAN
            Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan penginjilan merupakan tanggungjawab semua orang percaya Kristus. Sebuah penginjilan dikatakan berhasil jika petobat baru dihantar pada tahap pertumbuhan iman sesuai firman Tuhan yang ditampilkan dengan perilaku hidup sehari-hari. Dan mewariskannya kepada generasi berikutnya.  Penginjilan juga berarti jemaat belajar bertumbuh dalam persekutuan yang indah sebagai keluarga Allah dalam gereja. Ada hambatan-hambatan penginjilan yang harus diselesaikan secara bersama-sama. Penginjilan harus disertai dengan program yang tepat guna dan tepat sasaran.


BIBLIOGRAFI

_________ , Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta, 2003.
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, 2003.
Badan Statistik Provinsi Kal-Bar https.//kalbar.go.id diakses pada 21 Maret 2016.
BAMAG, (Badan Musyawarah Antar Gereja: Pontianak: Traktat, 2016).
Ginting, Edi Suranta. Pelayanan Gereja yang Kontekstual, Tiranus, Bandung, 2010.
Hakh, Samuel Benyamin. Pemberitaan Tentang Yesus (Menurut Injil-injil Sinoptik), Jurnal Info Media, Bandung, 2008.
Hill, J. Reginal. Sekolah Minggu, Badan Penerbit Kristen, Jakarta, 1962.
http://www.gkri-exodus.org/page.php?ART-MS-Gereja_Misioner, diakses pada 21 April 2016. J.I.
http://www.perkantasjkt.org/ArticleDetail.asp?id=16 diakses pada 21April2016.
http://www.sabda.org/publikasi/misi/2008/19/, diakses pada 21 April 2016.
https.//id.tesis.com 2013 diakses pada 21 Maret 2016
Packer. Evangelism And The Sovereignty Of God, Momentum, Surabaya, 2003.
Selan, F. Ruth. Pembinaan Warga Jemaat, Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2006.
Simin, Barnabas. Tabur Tuai di Tanah Borneo, Muare PR (Publik Relation), Pontianak, 2011.
Sumiyatiningsih, Dien. Bertumbuh Kembang Bersama Tuhan, Andi Offset, Jakarta, 2007.
Wongso, Peter. Tugas Gereja dan Misi Masa Kini, Departemen Literatur SAAT, Malang, 1999
Wawancara
  1. Pdt. DR. Barnabas Simin
  2. Pdt. Paul Nyerom Kanoh/Ibu Kristina Kanoh, S.Pd.K
  3. Pdt. Akiong Epit, S.Th , M.Pd.K
  4. Pdt. William Herjinto, M.Div.


Tidak ada komentar:

DOKTRIN KRISTUS (KRISTOLOGI)

PANDANGAN KONTEMPORER TENTANG KRIST US A.       Ebionisme: “Yesus manusia biasa, diangkat menjadi Mesias karena kesalehan.” Go...