Oleh: Yoel
Benyamin, M.Th[1]
Abstract
This
paper presents an answer to the question of the royal kingdom of the various
interpretations of the Bible. The positive thing from this article is to reveal
three aspects of God's kingdom, which have different characteristics from one
another. Also has a purpose, patterns, and different ways. These three aspects
can not be mixed-mortar understanding, so as to avoid errors in interpretation
of various patterns will be the kingdom of God.
Keywords:
royal, spiritual, political, universal, Israel, the Body of Christ
Abstrak
Tulisan ini
menghadirkan jawaban bagi pertanyaan tentang kerajaan dari berbagai pemahaman
kerajaan dalam Alkitab. Hal yang positif dari tulisan ini ialah mengungkapkan
tiga aspek kerajaan Allah, yang memiliki sifat berbeda satu dengan yang
lainnya. Juga memiliki tujuan, pola, dan cara yang berbeda. Tiga aspek ini
tidak dapat dicampur-adukan pemahamannya, sehingga tidak menimbulkan kekeliruan
pada berbagai pola penafsiran akan kerajaan Allah.
Kata kunci: kerajaan, rohani, politis, universal, Israel, Tubuh Kristus.
Pendahuluan
Dalam kuliah
program studi Teologi, pertanyaan ini merupakan salah satu pertanyaan yang
sering diperdebatkan dalam diskusi kelas. Biasanya ada dua pendapat utama:
kelompok pertama berkata kerajaan Allah sudah datang, kelompok kedua akan
berkata Kerajaan Allah belum datang. Pada pemikiran pertama menganggap Kerajaan
Allah ialah masa sekarang ini, Gereja sekarang adalah Kerajaan Allah yang
dimaksud itu. Dan kebanyakan dari mereka
memikirkan Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga sebagai konsep yang sepenuhnya
rohaniah, dimana mendapat penggenapannya dalam bentuk gereja atau bersekutunya
orang-orang Kristen sekarang. “Sebagian dari alasan pemikiran demikian berakar
dari teologi mereka, yaitu bahwa bangsa Yahudi sudah menolak Kristus sebagai
Mesias, Karena itu mereka bukan lagi Bangsa Pilihan Allah. Semua berkat-berkat
yang dijanjikan kepada mereka dianugerahkan ke dalam kehidupan orang-orang yang
sudah berada disini sekarang.”[2] Jadi
Gereja sebagai tempat menggenapkan
seluruh janji-janji Kerajaan yang gagal dimiliki Israel sebelumnya karena
ketidak-taatan mereka kepada Allah. Sedangkan pemikiran kedua menganggap
Kerajaan Allah akan datang nanti. Dengan tersingkirnya Yesus Yang diurapi, maka
Kerajaan tersebut telah
ditangguhkan untuk sementara
pemenuhannya pada masa kini dan mendapat
pemenuhannya pada masa yang akan datang.
Aspek Kerajaan
Seorang pakar
Perjanjian baru, Eldon Ladd, memberikan gambaran aspek dari kerajaan itu
meliputi masa kini dan yang akan datang, yang berarti kerajaan Allah sudah
mulai datang dan akan mengalami kepenuhannya ketika Kristus datang kedua kali
(Ladd, Injil Kerajaan) untuk menegakkan Kerajaan Allah atas alam semesta ini.
Namun demikian belum terlihat adanya ketegasan dalam konsep ini. Seolah-olah
pendapat “belum” dan “sudah” dirangkul dalam satu kesimpulan damai disini.
Progresivitas dalam mencapai pemenuhan ditekankan.
Hendaklah
pembaca perhatikan bahwa ada “dua program utama dalam
Kitab Suci yang harus dilakukan pembedaan
yakni: (1) Israel dengan hukum taurat dan pengharapan kerajaan, dan (2) Gereja Tubuh Kristus, program Anugerah dan pengharapan surgawi. Banyak orang senang berbicara tentang kerajaan dan berdoa untuk
kerajaan yang akan datang tetapi memiliki
gagasan yang agak kabur seperti apa acuan tentang kerajaan yang mereka maksud.
Ketika kita berbicara tentang kerajaan kita mengacu kepada nubuatan, milenium, Kerajaan
mesianis yang akan didirikan di atas bumi.”[3] Perlu ketegasan untuk
menyatakan ada perbedaan antara Israel dan Gereja supaya dapat melihat
sisi-sisi dari kerajaan yang dijanjikan Alkitab. “Kedatangan
Mesias dan pemerintahanNya dari Yerusalem merupakan pengharapan besar Israel sejak mereka
ditegakkan sebagai suatu bangsa. Kenyataan demikian diungkapkan secara terus menerus melalui pelayanan
para nabi-nabi Israel”.[4] Dan sulit dibantah bahwa
program kerajaan yang dijanjikan secara harafiah bukanlah program bagi gereja
kini namun bagi Israel.
Hal yang perlu
kita perhatikan disini ialah bagaimana sifat kerajaan yang dimaksud. Saya
berpendapat bahwa kerajaan Allah memiliki sifat universal, rohani dan politis.
Universal berarti
meliputi pemerintahan Allah dalam alam semesta atas seluruh alam semesta dari
awal zaman sampai akhir zaman. Artinya Kerajaan Allah adalah situasi sepanjang
masa dimana Allah berdaulat, berkuasa, mengendalikan, mengatur semua tatanan
yang berjalan dan semuanya tunduk di bawah pemerintah Allah. Secara universal
KerajaanNya sudah dapat dirasakan oleh segenap ciptaan sejak dunia dijadikan
hingga sekarang. Karena Kerajaan Allah bersifat universal maka ini dapat
mencakup kerohanian manusia yang ciptaan di dalamnya, yang berada di bawah
kendali tatanan dan pengaturan Allah.
Secara rohani
kerajaan Allah sudah ada bahkan sebelum Yesus datang memproklamirkan Injil Kerajaan Allah tersebut.
Ini tampak dalam pola Teokrasi yang terjadi dalam kehidupan Israel sebelum pemerintahan sekuler masa Saul
dan Raja-Raja Israel berikutnya.
Kerajaan Rohani ialah pemerintahan Allah dalam hati orang percaya pada masa
kini, secara rahasia. Kerajaan rahasia ini bukanlah yang kegenapan dari yang
telah dinubuatkan Perjanjian Lama, tetapi rahasia yang tersembunyi dalam Allah
dan disingkapkan kepada manusia melalui Paulus (Ef.3). Berkhof berkata “kerajaan Allah hadir dalam zaman
gereja masa sekarang”.[5] Juga Harun Hadiwijono
menggambarkan bahwa “orang-orang beriman sekarang ini sudah turut memerintah bersama-sama
dengan Kristus.”[6]
Dengan demikian keterlibatan gereja dijelaskan sebagai bentuk rohani kerajaan.
Selanjutnya, Bruce mengatakan: “Orang Kristen adalah manusia baru, yang
dipersatukan dengan Kristus dalam kematian, kebangkitan dan Kerajaan-Nya, dan
ikut mempunyai kekuasaan dalam zaman baru kerajaan oleh Roh Kudus.”[7] Tidak ada lagi
pemerintahan kerajaan yang akan datang, sebab inilah saatnya kerajaan itu dan
inilah saatnya pemerintahan Mesias yang dimaksud itu. Pandangan tersebut
meniadakan sama sekali unsur nubuatan tentang janji kerajaan bagi Israel. Dan
jika demikian mengapa Yohanes masih berseru: Bertobatlah sebab Kerajaan Allah
sudah dekat? Dan mengapa murid-murid masih menanyakan kapan waktunya kerajaan
itu akan direalisasikan bagi Israel?
Secara politis
atau harafiah memang Kerajaan tersebut belum terlihat pada masa kini. Secara Harafiah menyangkut
adanya sistem pemerintahan, Raja yang memerintah, dan wilayah pemerintahan.
Kerajaan politis ini dari segi pandangan manusia ditunda. Ryrie mengatakan: “Kebenarannya adalah bahwa kerajaan
Mesias akan diresmikan pada kedatangan Kristus yang kedua. Kemudian janji tanah
yang dibuat kepada Abraham dan keturunannya akan dipenuhi.”[8] Ketika dalam pelayanan-Nya
Yesus juga memberitakan hal yang sama, janji Kerajaan akan dipenuhi bagi
Israel, meski dapat dikatakan tertunda. “Tanpa Kerajaan Seribu tahun, di mana
seluruh janji-janji ini dapat dipenuhi, maka janji-janji tersebut harus
dibatalkan.”[9]
Saya
pikir pertanyaan murid-murid dan jawaban Yesus dalam Kisah Para Rasul 1:6,7
dapat menegaskan kepada kita
bahwa harafiahnya kerajaan itu pada masa yang akan datang. Dikatakan: “Maka
bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: Tuhan, maukah Engkau pada masa ini
memulihkan kerajaan bagi Israel? jawabNya: “Engkau tidak perlu mengetahui masa
dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.”
Tanya-jawab tersebut seakan-akan sedang membawa mereka pada suatu situasi
dimana hal yang mereka nantikan itu akan terwujud secara riil atau politis
namun di masa yang akan datang. Pernyataan ini seharusnya telah memberi tahu
kepada murid bahwa Tuhan Yesus tidak akan mendirikan kerajaan dengan segera
ketika itu. Namun, “tampaknya mereka tidak memahami hal ini, bahkan sampai
waktu Tuhan Yesus terangkat ke surga mereka masih ingin mengetahui kapan Yesus
akan mendirikan kerajaan itu.”[10]
Murid-murid tidak salah karena janji kerajaan itu telah disampaikan oleh nenek
moyang mereka jauh sebelumnya. “Kata-kata seperti ini tidak dapat
berarti apa-apa selain dari harapan para rasul akan kerajaan Daud dipulihkan
dan mereka menduga bahwa restorasi mungkin sangat dekat. Tidak dapat pula
dikatakan bahwa rasul dalam mengajukan pertanyaan ini, tidak mengetahui tentang
sifat sebenarnya dari kerajaan yang Tuhan Yesus akan dirikan.”[11]
Fakta
Tentang Kerajaan yang Tertunda
Dapatkah dikatakan para rasul keliru tentang hal itu dan
berbohong? Tidak. Sebaliknya dapat dikatakan kekeliruan jelas terdapat pada
penentang kerajaan futuristik, bukan pada para rasul. Tidakkah
Allah dalam perjanjian yang suci berjanji kepada Daud: "Keluargamu dan
kerajaanmu kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk
selama-lamanya"? (II Sam. 7:16).
Paling tidak ada
empat fakta kebenaran yang dapat saya sampaikan tentang kerajaan dari ayat
tersebut.
Pertama, selama pelayanan Yesus, kerajaan belum dapat
terrealisasikan berhubung penolakan orang Yahudi sendiri. Terbukti pada akhir
pelayananNya, Yesus, Sang Mesias, tersalib akibat pemufakatan jahat dan
ketegaran hati mereka, “karena
pengadilan dilangsungkan dengan tak menuruti peraturan-perauran Yahudi
sendiri.”[12]
Dalam
pelayanan menyembuhkan yang sakit dianggap menggunakan kuasa belzeebul,
difitnah mengatakan melarang membayar pajak kepada kaisar, dan masih banyak
lagi peristiwa
lain yang menegaskan ketidaksetujuan mereka. Berulangkali Yesus memberitakan kerajaan itu dalam banyak perumpamaan,
namun tidak diterima dan dipahami oleh Israel. Kedatangan Kristus Kedua kali
pada masa yang akan datang “akan mengubah jalannya kejadian-kejadian di bumi
dan akan mendatangkan kerajaan yang dijanjikan dan yang diperintah oleh Kristus
Raja yang agung.”[13]
Kedua, harapan akan datangnya
kerajaan masih kuat dalam diri orang Israel atau para murid setelah Yesus terangkat ke sorga.
Jangan lupa bahwa salah satu tujuan inkarnasi Kristus
adalah “untuk memenuhi perjanjian kepada Daud,”[14] yakni mendirikan kerajaan
damai bagi Israel, umat Allah. Sekalipun nikmatnya
kerajaan itu sudah dicicipi dalam pelayanan Yesus selama masa penawaran
kerajaan itu, namun ungkapan permohonan untuk “memulihkan kerajaan bagi Israel”
haruslah dimengerti bahwa kerajaan bagi Israel belum dipulihkan atau kejayaan
kerajaan Daud di masa lampau belum dikembalikan bagi Israel. Tidak dapat disangkal bahwa “jemaat mula-mula hidup di
tengah-tengah harapan bahwa Tuhan yang mereka kasihi itu akan kembali”[15] serta menetapkan
kekuasaanNya di bumi dalam kerajaanNya.
Pemikiran ini
menguatkan nubuatan Daniel tentang pemulihan bangsa Israel dalam Daniel 9:24-27, bahwa itu
terjadi setelah 70 kali 7 masa. Satu kali tujuh masa dalam catatan Daniel itu
yang belum terjadi sebelum tibanya pemulihan bagi Israel. Pemulihan Israel atau
Kerajaan itu tidak ditiadakan atau diganti!!. Dan berita ini sesudah kenaikan
Yesus ke sorga pun masih disampaikan Petrus dalam khotbahnya, “bahwa Ia (Allah) akan mendudukkan seorang
dari keturunan Daud sendiri di atas takhtaNya”
(Kis.2:30). Teranglah bahwa takhta selalu mengacu kepada suatu kerajaan, yaitu
kerajaan Mesianis yang keberadaannya akan digenapkan secara harafiah dalam
kerajaan Millenium yang akan datang
(ada keharusan penerapan harafiah karena bukti-bukti Alkitab mengatakannya).
Ketiga, Yesus tidak mengatakan bahwa Dia tidak
akan datang lagi bagi Israel, kini ataupun nanti,
tetapi Dia mengatakan masa dan waktunya tidak memungkinkan sekarang (waktu
percakapan itu) atau tentang kapan itu direalisasikan bukan merupakan urusan
kalian tetapi Bapa yang akan menentukan. Khotbah
Petrus dalam Kisah Para Rasul 3 menyatakan bahwa “semua nubuat yang berkenaan
dengan penderitaan Kristus sudah terpenuhi, sehingga hal yang diharapkan
tinggallah kedatangan kembali Kristus untuk memulihkan segala sesuatu dalam
Kerajaan Millenial.”[16] Juga Thiessen berkata:
“Ketika Kristus datang kembali, Ia akan membebaskan Israel dari lawan-lawan
mereka di dunia.”[17] Kedaulatan
ada dalam tangan Bapa sorgawi yang berdasarkan kehendak kekal menetapkan kapan
masanya segala sesuatu terjadi dalam kalender ilahi. Yang diharapkan atau
dinantikan dalam hal ini adalah penerimaan Israel secara Nasional akan berita
kerajaan ini, maka Yesruaslem akan menjadi pusat pemerintahan kerajaan Mesias
yang penuh damai dan sejahtera.
Stam
mengatakan “sebelum Yerusalem (ibu kota bangsa Ibrani)
menerima Mesias, dunia yang damai dan sejahtera tidak akan pernah ada.”[18]
Oleh karena itu Rasul-rasul diinstruksikan oleh Yesus untuk memulai pelayanan
mereka dari Yerusalem. Supaya kerajaan Allah yang penuh harapan itu ada di Israel
kemudian ke seluruh penjuru dunia. Israel dari sejak dahulu menjadi prioritas
Allah, sebagai biji mata Tuhan. Kepada merekalah terlebih dahulu berita
pendamaian dan pemulihan kerajaan disampaikan.
Keempat, pelayanan misteri
belum diungkapkan dalam percakapan mereka. Karena mereka memang memiliki misi
kerajaan sehingga kepada mereka tidak
disingkapkan ataupun disampaikan
tentang pokok-pokok pelayanan
misteri supaya tetap tersembunyi dalam Allah sampai Paulus dipanggil untuk
tugas tersebut. Jadi kesebelas
Rasul jelas tidak memahami pelayanan Rahasia,
bahkan tidak menerima mandat rahasia seperti yang diterima rasul Paulus dari Tuhan
sendiri. Sehingga arah pelayanan, spirit, misi, tujuan dan isi
pengajarannya
berbeda. Tim Petrus berbeda dengan Tim Paulus. Mereka melayani Tuhan yang sama
namun memiliki fokus pelayanan masing-masing yang berbeda. “Petrus ada pada masa pelayanan Kristus, telah
diberikan kunci kerajan sorga. Kerajaan sorga mengacu kepada pemerintahan Allah
di bumi. Paulus, di pihak lain diberikan mandat pelayanan di antara Tubuh
Kristus sebagai rasul bangsa non Yahudi.”[19] Sehingga terdapat
perbedaan dalam gerakan pelayanan mereka. Sebagaimana
telah kita ketahui, “rencana
Allah untuk mendirikan Kerajaan Mesianik
bukanlah rahasia bagi orang Yahudi yang menantikan hari itu. Kerajaan merupakan
tema utama dari nubuatan Perjanjian Lama.”[20] Itulah yang diberitakan
oleh para murid Yesus dalam pelayanan mereka.
Hal yang patut
dipahami oleh pemikir teologi Kristen adalah kedatangan Yesus pertama kali
dalam Injil Sinoptik ialah untuk memproklamirkan pendirian Kerajaan Allah yang
dijanjikan bagi Israel secara politis di bumi yang disampaikan oleh Allah dengan sumpah
kepada hamba-hamba-Nya
terdahulu. Namun pada akhirnya penawaran kerajaan itu ditolak Israel secara
nasional. Sebab demikianlah disampaikan Yohanes Pembaptis: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat” (Mat.3:2), yang
menunjuk pada telah datangnya (lahir) Sang
Mesias itu di bumi sebagai punggawa
dari kerajaan, namun Kerajaan tersebut belumlah berdiri ketika
itu. Kerajaan inilah yang dijanjikan bagi bangsa
Israel
dan keturunannya dengan perantaraan Daud, hambaNya. Dikatakan dalam 2 Samuel 7:16, “Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk
selama-lamanya di hadapanKu, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya”.
Nubuat ini diteguhkan pula dari silsilah Yesus yang dicatat dalam Matius
1:1-14, dimana keturunan Salomo
secara fisik dalam Yusuf suami Maria.
Menurut Yehezkiel
kerajaan Daud ini akan ada pada masa depan bangsa Israel (Yeh.37:21-28). Disana
Nabi Yehezkiel menyebut bahwa penggenapan janji Daud itu akan terjadi dalam
hubungan dengan pengumpulan kembali bangsa Israel ke negeri Perjanjian. Mungkin
ini mengacu berpulangnya orang-orang Yahudi ke Israel. Agaknya kita dapat lebih setuju pada
pendapat Walvoord bahwa
“Jika nubuat-nubuat ini ditafsirkan dengan benar, maka penggenapan perjanjian
Daud baru akan terjadi pada masa depan, dan bukan pada masa kini.”[21] Banyak
catatan tentang nubuatan kerajaan dalam kitab-kitab nabi belum mendapat
pemenuhannya pada masa sekarang ini.
Pendekatan Biblikal Pemahaman Kerajaan
Beberapa kelompok
pemikiran teologi yang menganggap orang-orang Kristen sebagai Bangsa yang
terpilih, menggantikan Israel yang tidak mau bertobat, dan bahwa merekalah yang
berhak mewarisi berkat-berkat Israel (kerajaan fisik, dan berkat jasmani) dalam
bentuk spiritual. Pendapat demikian menekankan bahwa janji kerajaan ini mengacu
kepada takhta rohani dan kepada setiap orang beriman di masa sekarang ini. Ada
indikasi pemikiran demikian adalah tindakan merebut atau merampas janji berkat yang
diperuntukkan bagi Israel, dengan kata lain gereja telah merampas paksa hak, kedudukan dan janji
yang telah Allah buat dengan Israel dengan sumpah. Beberapa keberatan berikut
dapat diajukkan atas tafsiran tersebut:
Pertama, janji kerajaan itu
diucapkan kepada Daud dan keturunannya (Israel). Kerajaan yang dijanjikan
adalah politis dan harafiah sebagaimana dijanjikan dengan sumpah kepada Daud,
bukan rohani. Bahkan janji berkat ini juga sudah disampaikan kepada Abraham.
Saya berpendapat Thomas Davis benar ketika ia berkata: “Selama matahari terbit
di pagi hari, bintang-bintang bersinar pada waktu malam dan bumi berputar pada
porosnya, Allah masih akan menggenapi janji-janji-Nya kepada Abraham.”[22]
Bahkan kemerosotan moral dan rohani
Israel sekalipun tidak dapat mempengaruhi janji Allah, karena Dia berjanji
tanpa syarat. Ketidaksetiaan manusia tidak dapat membatalkan kesetiaan Allah.
Saya pikir ketidaktahuan banyak kalangan teologi Kristen akan penyataan Misteri
adalah penyebabnya, seperti yang dikatakan Cornelius Stam:
“Mereka
yang mengajarkan spiritualisasi dari
nubuatan Kitab Suci tidak mengetahui penyataan misteri sesudah penyataan
nubuatan. Sekali mereka mengerti Pelayanan Paulus dan khotbahnya tentang Yesus
Kristus menurut penyataan misteri, mereka akan sadar bahwa kesebelas Rasul dan
Tuhan mereka memiliki pemikiran tentang pemulihan nyata kerajaan Israel.”[23]
Ketidaktahuan yang
dimaksud tersebut dapat disebabkan beberapa hal: unsur kesengajaan atau
pembiaran; tidak mau menyelidiki kembali dengan saksama; sudah puas dengan
pemahaman diri yang terbatas; acuh terhadap penyingkapan kebenaran baru; takut
membebani pikiran; sulit meninggalkan pola pemikiran tradisional lama; dan
egosentris kelompok pemikiran homogen.
Hal yang harus
orang kristen sadari adalah mereka sekarang ini sedang hidup dalam masa rahasia
(misteri) yang tersembunyi di dalam
Allah berabad-abad lamanya, dalam suatu penatalayanan baru di mana rasul
Pauluslah yang memulai tugas itu, bukan dua belas murid.
Kedua, tidak ada catatan kitab
Perjanjian Baru tentang peralihan bentuk kerajaan harafiah yang dijanjikan ke
bentuk kerajaan rohani atau masa Gereja Tubuh Kristus sekarang, sebagai
perubahan bentuk dari kerajaan yang dimaksud. Dalam Kisah Para Rasul 1:7 Yesus
tidak mengatakan akan menggantikan kerajaan itu dari kerajaan fisik kepada
kerajaan rohani, tetapi Dia hanya menekankan waktu dan masa yang telah
ditetapkan Bapa untuk memulihkan kerajaan bagi Israel sesuai janji-Nya. Paling tidak ada
beberapa unsur tindakan pemaksaan terhadap bagian ini: memaksakan gereja berada
dalam kerajaan; memaksakan penggantian janji kerajaan dengan gereja; memaksakan
bentuk kerajaan secara rohani saja; memaksa pemenuhan janji kerajaan harus
tergenapi pada masa gereja kini.
Ketiga, penjelasan cabang
zaitun liar dalam Roma 11 mengindikasikan tertundanya kerajaan bagi Israel itu
karena penolakan dari Israel sendiri. Dan program ilahi secara misteri beralih
untuk sementara kepada semua bangsa tanpa membedakan Yahudi dan non-Yahudi,
dalam berita Anugerah Allah kepada segala bangsa. Saya pikir tidak seorangpun
penafsir yang cermat, transparan, jujur dan tegas terhadap Alkitab, memiliki
penafsiran lain ketika membaca Roma 11:13-24, selain berpikir adanya peralihan
sementara program Israel kepada bangsa-bangsa. Israel akan dikembalikan lagi
dalam program ilahi, itulah kerajaan yang bersifat eskatologis yang didirikan sebagaimana
janji Allah kepada nenek moyang bangsa Israel.
Atas analogi pohon
zaitun liar ini kita amat sangat bersyukur dapat berada dalam program Allah
sampai pengangkatan nanti. Kebenaran pohon zaitun liar ini membungkam pemikiran
bahwa gereja adalah kelanjutan
dari Israel. Sebab pohon zaitun liar dalam Roma 11 itu ditempelkan pada pokok
zaitun menggantikan cabang zaitun asli yang telah “disingkirkan sementara” itu.
Keempat, agaknya Tuhan
tidak konsisten apabila menjanjikan dengan sumpah mengenai kerajaan tersebut
(2Sam.7:16), namun di lain waktu membatalkannya atau menggantikannya dengan
bentuk lain dan Israel ditinggalkan sama sekali setelah kegagalan mereka.
Kekecewaan besar dialami Israel karena ternyata Tuhan Allah “tidak setia” pada
umat-Nya,
biji mataNya. Sehingga kredibilitas Allah dalam mewujudkan setiap rancanganNya
dapat diragukan.
Kebenaran biblikal
ialah ketidaksetiaan dan ketidaktaatan manusia tidak akan dapat membatalkan
rencana Allah. Tuhan tetap berkuasa melaksanakan apa yang telah dijanjikanNya. Ketika Yesus mengajar dan melayani di bumi, “Ia sedang
memperkenalkan diri-Nya sendiri sebagai Raja mereka, yang akan mendirikan
kerajaan di bumi, yang dipersiapkan dalam kerangka rencana Allah yang kekal,
seperti yang dijanjikan dalam Perjanjian Allah yang kekal, dan dibuktikan dalam
Anak Allah yang kekal.”[24] Lagi
pula permintaan duduk di sebelah kiri dan sebelah kanan takhta Yesus dalam
Matius 20:21-23 akan menjadi aneh bila ditafsirkan “duduk secara rohani” dan
Yesus tidak membantah keyakinan mereka tersebut dalam teks ini, bahkan
menjelaskan bahwa itu telah disediakan Bapa bagi siapa yang
dikehendakiNya.
Menafsirkan
kerajaan itu secara fisik di masa yang akan datang adalah lebih tepat daripada
mengatakan sekarang inilah kerajaan itu. Kerajaan adalah program Allah atas
bangsa pilihan, Israel. “Kedatangan
kerajaan adalah persfektif masa depan yang dipersiapkan oleh kedatangan Mesias
dalam meratakan jalan bagi Kerajaan Allah.”[25] Sampai
sekarang gereja sangat tidak mungkin merebut atau menggantikan posisi Israel
dalam perjanjian kerajaan politis itu dengan merohanikan nilai-nilai dari
kerajaan tersebut. Bahkan dalam beberapa
kegerakan
praktis gereja mencoba mendemonstrasikan hal-hal yang pernah dibuat Yesus
semasa penawaran kerajaan itu dalam pelayanan yang menggiurkan tapi mengandung
kekosongan makna rohani dan teologi.
Berita kerajaan
ini mengingatkan kita pada janji pemulihan Israel dalam Daniel 9:25-27 bahwa
setelah 69x7 masa maka tibalah pemulihan bagi Israel. Jika dihitung tahun dari
ditulisnya kitab Daniel sampai Yesus “disingkirkan” (disalib) tahun 32 Masehi
kurang lebih 483 tahun.[26]
Seharusnya tiba kesusahan besar selama 1x7 masa bagi Israel setelah Yesus
“didingkirkan”. Namun 1x7 masa belum terjadi, karena Tuhan menurunkan suatu
program rahasia sebagai jeda di antara 69x7 masa dan 1x7 masa.
Kesimpulan
Selama pelayanan Yesus, kerajaan belum dapat terealisasikan
berhubung penolakan orang Yahudi sendiri. Terbukti pada akhir pelayananNya,
Yesus, Sang Mesias, tersalib akibat pemufakatan jahat dan ketegaran hati mereka
Secara politis
atau harafiah memang Kerajaan tersebut belum terlihat pada masa kini. Secara harafiah menyangkut adanya
sistem pemerintahan, Raja yang memerintah, dan wilayah pemerintahan. Kerajaan
politis ini dari segi pandangan manusia ditundaYesus tidak mengatakan bahwa Dia tidak
akan datang lagi bagi Israel, kini ataupun nanti,
tetapi Dia mengatakan masa dan waktunya tidak memungkinkan sekarang (waktu
percakapan itu) atau tentang kapan itu direalisasikan bukan merupakan urusan
kalian tetapi Bapa yang akan menentukan.
Harapan akan datangnya kerajaan masih kuat dalam diri
orang Israel atau para murid setelah
Yesus terangkat ke sorga
Janji kerajaan itu diucapkan
kepada Daud dan keturunannya (Israel). Kerajaan yang dijanjikan adalah politis
dan harafiah sebagaimana dijanjikan dengan sumpah kepada Daud, bukan rohani.
Bahkan janji berkat ini juga sudah disampaikan kepada Abraham
Menafsirkan
kerajaan itu secara fisik di masa yang akan datang adalah lebih tepat daripada
mengatakan sekarang inilah kerajaan itu. Kerajaan adalah program Allah atas
bangsa pilihan, Israel. Tuhan
tetap berkuasa melaksanakan apa yang telah dijanjikanNya. Kebenaran biblikal ialah
ketidaksetiaan dan ketidaktaatan manusia tidak akan dapat membatalkan rencana
Allah.
Kepustakaan
Alkitab.
Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010.
Baker,
Charles F. A Dispensational Theology.
Grand Rapids: Grace Publications, 1971.
______________.
Studies In Dispensational Relationship. Grand
Rapids: Grace Publications, 1999.
______________.
Bible Truth. Grand Rapids: Grace
Publications, 1995.
______________.
Understanding The Book of Acts. Grand
Rapids: Grace Bible College, 1981.
Berkhof,
Louis. Systematic Theology. Grand
Rapids: Eerdmans, 1941.
Countdown to Armageddon. Editor: Ryrie, Charles., Joe Jordan dan Tom Davis.
Batam: Gospel Press, 2002.
Exegetical Dictionary Of The New Testament, vol.1, 2 dan 3. Editor:
Horst Balz dan Gerhard Schneider. Grand Rapids: W.B. Eermans Publishing Co.,
1994.
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, jilid 2. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
2002.
Figart,
Thomas O. “Kerajaan yang akan Datang: Hak Kristus Atas Takhta Itu” dalam Countdown to Armagedon. Batam: Gospel
Press, 2002.
Finck, Joel. The Mistery. South Dakota: Grace Bible
Church Publications, 1997.
Hadiwijono,
Harun. Iman Kristen. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2001.
LaVier, John D. The Lord Has
Spoken. Taxes: Grace Bible Church of
Fort Worth, November 1996.
MacDonald, S.Craig. Understanding Your Bible. Grand Rapids: Grace Bible College Publications, 1984.
Marantika,
Chris. Kristologi. Yogyakarta: Iman
Press, 2008.
Menzies,
William W. & Stanley M. Horton. Doktrin
Alkitab. Malang: Gandum Mas, 2003.
Milne, Bruce.
Mengenali Kebenaran. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2002.
Ryrie,
Charles C. Teologi Dasar, Jilid 2,.
Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2005.
Stam,
Cornelius R. Acts, vol.1. Wisconsin:
Berean Bible Society, 1996.
_______________.
Things That Differ. Germantown: Berean Bible Society, 1985.
_______________.
The Controversy. Germantown: Berean
Bible Society, 1963.
Thiessen, Henry
C. Teologi Sistematika. Malang:
Gandum Mas, 2003.
Walvoord,
John F. Penggenapan Nubuat Masa
Kini-Zaman Akhir. Malang: Gandum Mas, 1996.
[1]Dosen Tetap
STT Borneo dalam bidang studi Teologi Sistematik.
[2]Thomas O.
Figart dalam “Kerajaan yang akan Datang: Hak Kristus Atas Takhta Itu”, Countdown to Armagedon, (Batam: Gospel
Press, 2002), 150.
[3]John D. LaVier, The Lord Has Spoken, (Taxes: Grace Bible
Church of Fort Worth, November 1996), 41.
[4]S.Craig
MacDonald, Understanding Your Bible,
(Grand Rapids: Grace Bible College Publications, 1984), 48
[5]Louis
Berkhof, Systematic Theology (Grand
Rapids: Eerdmans, 1941), 708.
[6]Harun
Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2001), 491.
[7]Bruce
Milne, Mengenali Kebenaran, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2002), 347.
[8]Charles C.
Ryrie, Teologi Dasar, Jilid 2,
(Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2005), 347
[9]Ryrie, Teologi Dasar, jilid 2, 347.
[10]John F.
Walvoord, Penggenapan Nubuat Masa
Kini-Zaman Akhir, (Malang: Gandum Mas, 1996), 241.
[11]Cornelius
R. Stam, Acts, vol.1, (Wisconsin: Berean
Bible Society, 1996), 18
[12]Chris
Marantika, Kristologi, (Yogyakarta:
Iman Press, 2008), 82
[13]John F.
Walvoord, Penggenapan Nubuat Masa
Kini-Zaman Akhir, (Malang: Gandum Mas, 1996), 412.
[14]Chris
Marantika, Kristologi, (Yogyakarta:
Iman Press, 2008),58.
[15]William W.
Menzies & Stanley M. Horton, Doktrin
Alkitab, (Malang: Gandum Mas, 2003), 213.
[16]Charles F.
Baker, Studies In Dispensational
Relationship, (Grand Rapids: Grace Publications, 1999), 25.
[17]Henry C.
Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang:
Gandum Mas, 2003), 553.
[18]Cornelius
R. Stam, Acts,19.
[19]Joel Finck,
The Mistery, (South Dakota: Grace
Bible Church Publications, 1997), 63.
[20]C.R. Stam, Things That Differ, (Germantown: Berean
Bible Society, 1985), 34.
[21]John F.
Walvoord, Penggenapan Nubuat Masa
Kini-Zaman Akhir, (Malang: Gandum Mas, 1996),121.
[22]Thomas
Davis, “Tuntutan dan Hak Israel Atas Palestina” dalam Countdown to Armageddon, (Batam: Gospel Press, 2002), 140.
[23]Cornelius
R. Stam, Acts, vol.1, 20.
[24]Figart, Countdown to Armagedon, 151.
[25]H.N.
Ridderbos, “Kerajaan Allah” dalam Ensiklopedia
Alkitab Masa Kini, jilid 2, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2002),
294.
[26]Thomas N.
Davis, “70 Masanya Daniel” dalam Countdown
to Armageddon, (batam: Gospel Press, 2002), hal. 293.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar