Sukses adalah pencapaian yang
menyenangkan dalam setiap pelayanan rohani. Namun sukses yag dimaksud berbeda
dengan kesuksesan duniawi atau yang dibayangkan sebagian besar manusia pada
umunya. Sukses dalam hal rohani ialah terpenuhinya pencapaian pertumbuhan, baik
jemaat maupun para pelayannya, yang mana mereka semua bangga atau puas dengan
hal itu.
Paulus dalam ayat ini (1Tes.
3:1-5) jelas sekali mengutamakan sukses rohani jemaat terlebih dahulu baru ia
menyadari pelayanannya sukses dengan berkata: “...Timotius datang kembali dari kamu dan membawa kabar yang
menggembirakan...” (3:6a). Disini terlihat betapa sukacitanya Paulus ketika
ia mendengar kabar yang sangat ia nanti-nantikan. Betapa tidak demikian, sebab
dialah perintis pelayanan tersebut, sehingga penting baginya untuk memastikan
pelayanan di Tesalonika berjalan baik dan jemaat bertumbuh dalam kerohanian. Tiga
belas ayat dalam 1Tesalonika 3:1-13 terangkum dalam ayat 6 yang merupakan inti
perenungan saya. Sehingga kita akan lebih fokus pada ayat 6.
Ada beberapa pilar untuk
menopang “SUKSES JEMAAT DAN PARA PELAYANNYA”.
1. Membangun
iman yang Kokoh.
Frasa pertama dalam ayat 6
menyebutkan bahwa Paulus bergembira mendengar kabar tentang iman jemaat
Tesalonika. Tentunya jika Paulus gembira maka kabar tentang iman jemaat
Tesalonika tidak mengecewakan. Saya melihat disini Paulus merasa pelayanannya
di Tesalonika tidaklah sia-sia. Pelayanan di kota tersebut sukses, dan pula itu
menjadi suksesnya jemaat Tesalonika dalam iman mereka. Iman inilah yang terus
dibangun, baik oleh Paulus maupun oleh rekan pelayan yang lain (ay.10).
Saya yakin Paulus adalah Hamba
Tuhan yang bertanggung jawab, bukan hanya mendirikan jemaat, tetapi juga ketika
dia sudah tidak lagi di sana, dia masih mencari tahu bahkan dia kuatir mengenai
keadaan mereka sehingga dia berkata “kami tidak dapat tahan lagi” (1), “tidak
dapat tahan lagi” (5). Frasa tersebut menunjukkan betapa Paulus, bukan sekedar
terkenang akan orang-orang yang dia layani, tetapi emosi dan pikirannya
terlibat.
Seringkali kita terkenang akan
orang yang pernah kita layani, mengingat mereka, namun adakah kita seperti
Paulus, yang bukan hanya terkenang, tetapi berpikir dan mengupayakan
pertumbuhan iman mereka yang pernah ia layani sehingga dia mengutus Titius
untuk melayani terlebih untuk mengukur bagaimana pertumbuhan iman jemaat
Tesalonika. Hendaklah kita sebagai Tubuh Kristus yang pernah melayani sesama
orang percaya, yang pernah terlibat pemenangan jiwa, yang pernah terlibat dalam
pelayanan kategorial di gereja, atau apapun keterlibatan anda dalam Tubuh
Kristus menyadari betapa pentingnya membangun iman yang kokoh di antara kita. Seperti
Petrus pernah berkata: “justru karena itu kamu harus dengan
sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada
kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, dan kepada
penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan
kasih akan saudara, dan kasih akan saudara kasi aka semua orang.” Iman
perlu mengalami pertumbuhan, baik itu jemaat-jemaat dan pelayan-pelayan Tuhan.
2. Membangun
Kasih yang Murni.
Dalam ayat 6 ini juga Paulus
menyebut satu kata “kasihmu” sebagai hal yang membuat ia bergembira. Kasih adalah
ajaran yang populer dalam tulisan Paulus. Ketika Paulus menasihati supaya
jemaat Tesalonika bertumbuh dalam kasih, ia sendiri menjadikan dirinya sebagai
teladan dalam hal kasih (ay.12). untuk membangun kasih yang murni Paulus mulai
dengan dirinya. Kita dapat melihat bagaimana kasih dan perhatian Paulus kepada
jemaat. Tidak pernah ia menjadi beban bagi mereka. Tidak pernah ia menuntut
sesuatu dari mereka yang ia layai. Paulus berjuang dan bekerja keras sendiri
dengan tidak memusingkan kehidupannya sendiri. Ini semua ia lakukan karena ia
sangat mengasihi jemaat yang ia layani.
Kasih ini mencakup dua hal umum:
- Kasih kepada sesama anggta Tubuh Kristus (ay. 12). Ini merupakan prioritas kasih orang percaya, seperti juga Paulus menasihati jemaat di Galatia untuk mengasihi terutama saudara seiman terlebih dahulu (Galatia 6:10). Ini harus menjadi perhatian orang percaya, mengingat tidak jarang dijumpai orang percaya kurang care kepada sesama orang percaya, tapi kepada orang tidak percaya lebih. Ini bukan mengajarkan tidak mengasihi sesama manusia, namun berbicara prioritas utama kasih kita.
- Kasih terhadap semua orang (ay.12). kasih kepada sesama manusia jangan pernah diabaikan. Sangatlah penting untuk mengasihi sesama siapa pun dia.
3. Membangun
Kenangan yang Manis.
Suatu kenangan merupakan
ingat-ingatan tentang masa lalu yang menyenangkan maupun tidak. Kenangan atau
ingatan peristiwa masa lalu dapat menjadi dorongan bagi orang percaya untuk
membangun langkah-langkah pelayanan ke depan dengan lebih baik. Dalam ayat 6
ini Paulus mengatakan “kamu selalu
menaruh kenang-kenangan yang baik akan kami”. Disini kita melihat bahwa
suksesnya jemaat dan pelayannya terbangun ketika ada kenangan baik tentang
pelayanan di masa lalu. Hal-hal kurang baik mungkin saja pernah terjadi dan
masih terngiang dalam ingatan masing-masing anggota jemaat. Namun dalam hal ini
Paulus TIDAK membangun kenangan yang pahit, dan mengingat-ingat hal buruk yang
pernah terjadi dalam pelayanan di masa lalu.
Sering kita mendengar jemaat
menolak pelayanan seorang pelayan karena ingat akan hal-hal buruk padanya di
masa lampau. Jika itu terjadi ini akan menjadi penghambat bagi tercapainya
sukses dalam jemaat.
Jadi janganlah kita membuat
kenangan akan hal buruk dalam pelayanan, melainkan jadikan hal-hal baik sebagai
kenangan yang indah yang menggembirakan ketika kita mengingat-ingatnya.
Refleksi:
SUKSES
JEMAAT, SUKSES PARA PELAYANNYA. Ini dapat terwujud apabila semua komponen
membangun iman yang kokoh, dan kasih yang murni, serta membangun kenangan akan
hal-hal positip untuk memotivasi pergerakan pelayanan pada kekinian.
Tuhan
Yesus memberkati.
(>YB<)
Μακάρι να ενισχύσει
τις καρδιές σας, να είναι άμεμπτη και άγια ενώπιον
του Θεού και Πατέρα μας, με την έλευση του Ιησού,
τον Κύριό μας, με όλους τους αγίους
Tidak ada komentar:
Posting Komentar